Mohon tunggu...
murdjani dada
murdjani dada Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Psikis Terduga Korupsi

22 September 2017   09:16 Diperbarui: 22 September 2017   09:26 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada umumya, sekarang ini,  banyak yang diam tertunduk ketika diabadikan, hal ini setelah mereka mengambil pengalaman dari para terduga korupsi sebelumnya yang ada saat  diabadikan melambaikan tangan seakan-akan dia artis sinetron. Oleh beberapa koleganya, jika tampil di publik ini ya buatlah wajah yang memelas biar ada kesan orang kasihan dan terlihat tidak terlibat dengan tuduhan kepadanya.

Celaka lagi, nah, kayak penulis seorang koruptor saja sedang di periksa KPK saat siapapun yang datang ke KPK, apakah sebagai saksi untuk diminta keterangannya dalam mengusut satu kasus, atau ditetapkan sebagai tersangka. Atau hasil dari OTT, mereka ini saat mau masuk ke gedung harus melalui satu pintu di lobi gedung, apakah untuk masuk atau keluar.  

Sementara, ketika melalui lobi ini terlebih dahulu harus mengisi buku daftar tamu di meja penerima tamu. Di sini saja wartawan bisa mengambil foto yang datang ke gedung ini, apalagi yang datang itu wajahnya familiar di publik. Karena wajah dan nama sudah dikenal, tentu saja jadi incaran para wartawan yang nongkrong meliput di gedung ini.

Jangankan namanya sudah ditetapkan sebagai tersangka terlibat dalam satu kasus korupsi, yang diundang sebagai saksi untuk diminta keterangan saja sudah menjadi incaran para fotograper, kameraman televisi juga reporter tulis untuk dijadikan berita.

Beda lagi jika nantinya sudah ditetapkan sebagai tersangka, ya, siap malu dengan tampil memakai baju khas tahanan KPK. Sudah mental terpuruk nama jelek, ditambah lagi foto yang sulit dihapus atau rekaman yang sulit dikubur, hasilnya abadi. Muncul di media stream, you tube foto di Google, sang koruptor memakai baju tahanan.

Sebenarnya semua itu peringatan bagi para pejabat tinggi lainnya, atau pegawai negeri sipil atau siapa sajalah, agar tidak melakukan korupsi. Karena jika ketangkap jadi tersangka, ya, malu tanggung sendiri.

Tetapi, peringatan dini agar tidak melakukan korupsi itu tidak digubris justru sebagian mereka sudah kena OTT ini  herpura-pura tidak tahu. Setelah ketangkap dan diproses di KPK baru, deh, seperti orang gimana gitu....

Ada yang mengusulkan semestinya KPK itu mencegah bukan menangkap. Lah, sudah banyak peringatan jangan koruptor, tetapi tidak diingat dan dibaca. Aneh saja, masa pejabat yang cerdas dan pandai tidak mengetahui dia korupsi. Sudah banyak pengalaman orang yang ditangkap dengan modus yang sama, jadi, jika ketangkap modusnya sama, itu bukan karena tidak tahu tapi gambling aja, jika tidak ketahuan untung besar dapat duit miliaran atau triliunan, jika ketahuan ketangkap, ya, nasib apeeeeeees sekali....  

   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun