Mohon tunggu...
murdjani dada
murdjani dada Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Psikis Terduga Korupsi

22 September 2017   09:16 Diperbarui: 22 September 2017   09:26 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi pada umumnya, mental sang koruptor yang di proses itu akan jatuh, karena beban psikis setiap hari muncul, seperti nama baik di publik hancur, istri malu dengan tetangga yang biasanya ikut arisan berpakaian serba wah, kini, kurang aktif. Biasanya pergi ke mall belanja percaya diri, kini mulai malu sendiri karena ketahuan dia istri sang koruptor yang nama suaminya meledak di media massa.

 Rumah yang biasanya banyak kedatangan tamu, mulai sepi.

 Anak yang masih di sekolah bercerita kepada ibu dan ayahnya saat besuk di tahanan, tentang  kena ejekan teman- teman-temannya dengan perkataan yang menyakitkan seperti  ayahnya korupsi sehingga tidak aneh pakaian dan sepatu serta tas dipakai harganya mahal. Lain lagi mobil pribadi merk mewah yang setiap hari mengantar dan menjemput disindir tidak heran jika itu hasil korup. Maluuuu sekaliiiii.

Jadi, beban mental yang ditanggung oleh koruptor sangat berat sekali, ibaratnya kepala ini ditusuk dengan jarum dan diketuk palu. Jika bunuh diri itu tidak dilarang oleh Tuhan, ya, masih ingat Tuhanlah walapun berbuat dosa di sengaja. Kan, Tuhan Maha Pengampun, jika saja boleh bunuh diri, ya, sudahlah alih dunia saja, tidak mampu menahan malu di luar penjara.

Dari semua beban itulah muncul depresi. Nah, menurut beberapa tulisan di buku, orang mengalami depresi ini lama kelamaan akan mengalami kedatangan penyakit yang sebelumnya belum dirasakan seperti, darah tinggi atau rendah, gangguan jantung, ginjal, lever dan lainnnya.

Yang jelas dari beberapa terduga koruptor yang mengalami sakit ini ada yang meninggal saat dalam tahap proses pemeriksaan  KPK terhadap dugaan korupsi. Kasihan juga, ya...

Jadi, soal mental sang koruptor, ada yang kuat dan melemah tapi kebanyakan melemah.

Saat menemui teman terduga korupsiketika dirawat di rumah sakit, karena dia sudah jadi tahanan  KPK, terlihat sekali mentalnya tertekan. Biasanya dia kuat, tegar, ketika di rumah sakit agak sulit berdiri, jika keluar kamar karena ingin menghirup udara, ya, harus pakai kursi roda. Penulis waktu itu hampir tidak percaya, jangan-jangan ini hanya action saja, tapi setelah seharian bersamanya, dia mengalami kelemahan syaraf di kaki sehingga sulit berdiri.

Hal yang kurang mengenakan saat di rawat di rumah sakit, pasien biasanya hanya di jaga oleh perawat sementara sang koruptor penjagaan ditambah oleh polisi di depan kamar rawatnya.

Mental yang menjatuhkan lagi, saat pemeriksaan di Gedung KPK, di sini sang koruptor ketika mau masuk ke g edung KPK harus memaka baju khas, memakai baju ini saja sangat memalukan karena ada tulisan Tahanan KPK. Ditambah jepretan blitz dari kamera fotograper, sorot lampu dari berbagai crew tv, sodoran mikropon selain dari tv, radio unruk minta jawaban dari sang terduga korupsi.

Ada dua gaya sang terduga korupsi saat diabadikan foto atau direkam kamera ketika berada di lobi gedung KPK, ada yang melambai tangan seakan-akan merasa tidak bersalah, juga ada diam tertunduk malu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun