Mohon tunggu...
Mita
Mita Mohon Tunggu... Administrasi - -

Just share my thoughts

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

New Normal, Menuju Kewarasan Baru

1 Juni 2020   00:04 Diperbarui: 3 Juni 2020   13:02 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Coba pikirkan kira-kira diri sendiri lebih sering berada di posisi mana? Ternyata selama ini kita korban gashlighting atau justru kita lah pelaku gaslighting atau disebut gaslighter. Pelaku atau korban tidak ada gender spesifik. 

Kalau kalian merasa sering berbohong dan meyakinkan kebohongan, memutarbalikan fakta, memelintir cerita dan cenderung meyalahkan korban kemungkinan kalian adalah gashlighter. Selama ini memikirkan siapa toxic people, memikirkan siapa orang yang jadi villain di hidup kita, tapi kita lupa mikir sebenarnya kita yang toxic buat orang lain. Kita yang jahat ke orang lain tanpa kita sadari.

4. Ghosting

Pasti sering dengar kalimat "ditinggal pas lagi sayang-sayangnya". Kalimat itu kedengarannya nyelekit banget ya apalagi buat orang yang sudah pernah merasakan. Tapi tenang kamu ga sendiri kok. 

Setiap orang pasti pernah mengalami. Dalam hal ini seseorang pasti punya alasan tersendiri mengapa harus mengakhiri sebuah hubungan dan merupakan hal yang lumrah. Namun bagaimana cara mengakhiri sebuah hubungan bisa menjadi tolak ukur sikap kedewasaan seseorang. 

Jika datang dengan baik-baik, maka pergi juga harus permisi. Dan pergi begitu saja tanpa alasan yang jelas adalah buruk dari yang terburuk. Hal ini disebut ghosting. 

Ghosting 

20200531-235454-5ed5421cd541df3dc17a2982.jpg
20200531-235454-5ed5421cd541df3dc17a2982.jpg
bisa diartikan pergi menghilang begitu saja tanpa kabar dan alasan yang jelas seperti hantu. Banyak alasan kenapa orang melakukan ghosting, di antaranya tak ingin ambil pusing untuk menghindari dari kemungkinan perdebatan atau pertengkaran, meremehkan keberadaan orang lain, dan yang pasti tak ada etika atau anak jaman sekarang menyebutnya "ga ada akhlak lo !". 

Orang yang ghosting memang pengecut dan kekanakan. Orang memang cenderung menghindar dari masalah, namun jika kita masih berada pada suatu urusan, baiknya diselesaikan sebagaimana mestinya. Kita bukan anak kecil yang sehabis bermain lalu mainan ditinggal berserak nanti tinggal mama yang merapihkan. Karena sebagai orang dewasa kita tahu yang namanya sebuah tanggung jawab.

Jika kita terkena ghosting orang lain, mungkin tanpa disadari malah justru membuat kita intropeksi diri mengapa hal ini mesti terjadi namun jangan menyalahkan diri sendiri. Beri batasan sampai kapan kita perlu menghubungi dan yang pasti tak perlu mengejar. Biarkan dia pergi mungkin dia butuh inang baru. Tapi lain hal jika yang ghosting adalah orang yang punya hutang kejar terus jangan kasih kendor haha.

5. Love Yourself

Pegal jika leher terus menghadap ke atas. Stop membandingkan pencapaian diri sendiri dengan orang lain. Terima dan sayangi diri sendiri.  Setiap orang punya timeline masing-masing. Kalau di sekeliling terasa lebih sukses, yakini saja setiap orang ada masanya. Jangan lepas dari rahmat Tuhan. Kalau saat ini terasa begitu buruk coba ingat kalimat ini "my current situation is not my final destination". Bagu yang sudah merasa mencapai semuanya cukup hargai perjuangan orang. Setiap orang medan tempurnya berbeda. Kalo kamu merasa lebih sukses bukan berarti lebih hebat tapi mungkin saja bisa jadi ombak nya tak seekstrim orang lain. Ada kalimat "nakhoda yang tangguh tak lahir dari ombak yang tenang".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun