Mohon tunggu...
Mita
Mita Mohon Tunggu... Administrasi - -

Just share my thoughts

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Penghuni Lapas yang Berubah Menjadi Gay

7 September 2019   17:15 Diperbarui: 25 Juni 2021   16:14 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika membuka YouTube seketika saya langsung tertarik begitu membaca sebuah judul dari kanal YouTube detikcom yaitu "Terpaksa Menjadi Gay di Balik Jeruji Besi". 

Dari judulnya saja menjadi terbayang apakah memang benar jika di dalam penjara sesama lelaki pun bisa "diincar". Benarkah selentingan kabar di masyarakat yang mengatakan penjara sangat keras. 

Apa yang saya pernah tonton di film berlatar penjara seperti Shawshank Redemption dan Miracle in Cell No. 7 menggambarkan para narapidana masih bisa menikmati hal yang mereka inginkan, seperti memesan barang yang mereka mau bahkan menyelundupkan alat komunikasi. 

Dan kitapun tercengang saat menonton acara yang dipandu Najwa Shihab di mana ia mensidak lapas para koruptor yang ternyata sangat mewah. 'Kamar' sepertinya bisa dibeli. Benar-benar sisi gelap dari penjara yang kita baru tahu. Dan yang lebih ekstrimnya lagi adalah napi yang berada di penjara terpaksa menjadi gay karena keadaan.

Baca juga :LGBT dalam Persepektif Hak Asasi Manusia

Di detikcom seorang reporter wanita mewawancarai seorang mantan napi dari lapas di jawa barat. Pria itu menceritakan keadaan di lapas bahwa berhubungan sesama jenis merupakan hal yang sering terjadi.

Mereka bisa membeli pasangan dengan uang, narkoba, atau iming-iming lainnya. Juga mereka saling berebut, berkelahi dan menusuk dengan sikim. Sikim adalah istilah yang digunakan untuk sikat gigi yang ditajamkan seperti pisau. 

Napi dan petugas sudah sama-sama tahu mengenai hal ini. Dan alasan mengapa mereka melakukan hubungan sesama jenis karena dorongan kebutuhan biologis, sudah terbiasa, atau terpaksa karena kebutuhan ekonomi. 

Bisa dikatakan kebutuhan ekonomi karena untuk makan di dalam penjara pun mereka harus membeli karena makanan yang disediakan di dalam penjara tidak layak makan. Biaya makan paling tidak Rp10.000/hari.

Saat melakukan hubungan seksual mereka lakukan di kamar mandi dan ada yang mengawasi agar tidak kepergok petugas. Di samping itu napi juga lebih pintar. Jika ada napi yang baru masuk maka sudah pasti menjadi sasaran empuk, terlebih jika orang itu masih muda, putih, dan bersih. Jika ada waria, mudah saja mendapatkan mereka. Cukup hanya bermodalkan mie instan atau rokok para wariapun bersedia. 

Menurutnya seharusnya ada penjara khusus waria karena keberadaannya malah berpengaruh untuk yang lain, yang semula normal lalu menjadi penyuka sesama jenis. 

Baca juga : Kasus LGBTQ yang Kembali Hadir di Masyarakat Dunia

Namun tidak semua napi seperti itu, beberapa ada yang melampiaskan dengan cara onani atau sex by phone. Fenomena demikian sudah menjadi rahasia umum namun sesama napi lebih memilih untuk diam dan enggan melapor karena nantinya tidak ingin menjadi saksi dan menambah masalah.

Kemudian wawancara beralih ke sebuah yayasan di Tasikmalaya yaitu yayasan Manasix yang merupakan sebuah yayasan bagi para mantan napi yang concern dengan kegiatan positif  seperti bakti sosial, dan penyuluhan narkoba. Yayasan ini dikepalai oleh bapak Asep Ugar. 

Menurutnya kelebihan kapasitas penjara bisa menjadi faktor yang mendorong napi menjadi penyuka sesama jenis di mana kondisi kamar yang sempit memaksa para napi tidur berdempetan dan tidak ada fasilitas untuk menyalurkan hasrat seksual seperti bilik asmara. 

Bilik asmara seharusnya disediakan khusus untuk napi yang sudah menikah agar hasratnya tersalurkan dan tidak melakukan hal menyimpang.

Menurut pakar andrologi Dr.Nugroho Setiawan, apa yang dialami oleh para napi di penjara yang semula heteroseksual lalu berubah menjadi homoseksual adalah homoseksual situasional. Belum tentu orang tersebut selamanya berubah orientasi seksnya. Saat keluar menghirup udara bebas dan bertemu pasangannya bisa jadi ia akan kembali normal.

Baca juga : Maraknya LGBT yang Terjadi pada Remaja Saat Ini

Fokus saya justru tertuju pada para napi yang masih bisa memesan narkoba meski berada di balik jeruji besi. Entah bagaimana peraturan dan keadaan di sana, imajinasi penjara memang langsung terbayang tempat yang buruk. 

Dan penjara yang mungkin menurut pemikiran orang awam seperti saya di mana tempat itu benar-benar terisolasi dengan kehidupan luar, seharusnya adalah tempat yang membuat narapidana jera karena ketatnya peraturan, tak hanya jera namun berubah menjadi baik karena bimbingan. Namun apa yang terjadi prakteknya sepertinya tidak sepenuhnya demikian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun