Mohon tunggu...
Rilin M
Rilin M Mohon Tunggu... Freelancer -

Hanya seorang gadis yang menyukai seni dalam bentuk apapun

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Jika Sukses Hanya karena Ingin Dipuji Manusia Lain, Maka Hancur Hidupmu

5 April 2019   22:59 Diperbarui: 21 April 2021   16:49 1447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sukses bukan untuk mendapat pengakuan dari orang lain. | pexels

Apa sih sukses itu? Setiap manusia menginginkan sukses. Karena sukses dapat membuat diri sendiri dan orang lain terutama keluarga bangga. Ada rasa kepuasan dari diri sendiri ketika keinginan yang sudah kita bangun dengan usaha dan kerja keras tercapai. Ada yang sukses karena gelar, jabatan, karir, kekayaan, popularitas, usaha maju, dan lain-lain.

Mendapatkan pujian dan pengakuan dari orang lain adalah salah satu bentuk kesuksesan tercapai. Karena dengan mendapat pengakuan dan dikenal banyak orang, itu menandakan bahwa kita benar-benar sukses.

Manusia selalu haus akan pujian. Tanpa sadar akan melakukan apapun demi mendapatkan pujian. Apalagi jika bisa diomongi banyak orang. Diomongi tetangga, teman orang tua, dan kenalan lainnya betapa suksesnya kita.

Pujian demi pujian mengalir begitu deras. Dan betapa senangnya hati kita. Jika seandainya orang lain tidak tahu tentang kesuksesan kita, rasanya seperti belum dikatakan sukses. Begitulah mindset kita tanpa sadar akan tersirat. 

Satu hal yang perlu kita tahu, apa definisi sukses sebenarnya? Sukses adalah ketika manusia memiliki impian, lalu impian itu tercapai, ada rasa bangga. Itulah sukses. Sukses sebenarnya sangat sederhana. Jika kita dulu ketika masih sekolah, kita belajar untuk ujian, satu impian kita saat itu adalah lulus sekolah.

Ketika sudah lulus sekolah, kita akan senang dan bahagia. Karena impian kita tercapai. Orang-orang di sekitar kita terutama orang tua merasa senang pada kita. Menjadi bahan omongan ke orang-orang "anak saya sudah lulus". Kemudian contoh kecil pada keinginan-keinginan sederhana kita. Ketika kita melihat orang yang sedih, kita punya keinginan membuat dia bahagia, lalu kita berusaha menghiburnya sampai kesedihannya hilang. Lalu kita senang, itu juga sukses.

Walaupun sukses tidak harus selalu dikaitkan dengan kerja keras yang tinggi dan hasil yang tinggi. Yang terpenting, selama kita memiliki keinginan, sesederhana atau setinggi apapun keinginan kita, ketika usaha kita membuat tercapai dan membuat kita bahagia (bahagia yang benar-benar mendapatkan ketenangan dalam hati kita, bukan pura-pura bahagia), itulah sukses.

Lalu ada lagi tentang definisi bahagia. Bahagia selalu dikaitkan dengan kesuksesan. Percuma kita sukses namun kita tidak bisa bahagia. Ada orang yang kaya, jabatan dan gelar tinggi, namun dia tidak pernah bahagia, akhirnya bunuh diri. Mengapa orang kaya belum tentu bahagia? Setiap manusia memiliki rasa ketidakpuasan masing-masing. 

Banyak orang berlomba mencari harta dan menumpuk harta, namun bukan mencari kebahagiaan. Sederhana mengapa harta tak bisa membawa kebahagiaan, karena tidak pernah bersyukur. Orang yang selalu bersyukur, dengan makan singkong setiap hari saja ia sudah menemukan ketenangan dan kebahagiaan dalam hidup. Tidak perlu sibuk mencari harta, kekayaan, gelar, jabatan.

Kita kadang sibuk mencari kesuksesan, sibuk menggapai impian kita yang tinggi, namun kita lupa mencari kebahagiaan. Banyak orang yang sudah bekerja keras, karir tinggi, namun ketika mendapat masalah keuangan, ia merasa tidak puas, ia ingin mencari-cari terus uang untuk menghidupi kebutuhannya. Dan ia juga bekerja keras agar tidak dipandang rendah oleh orang lain.

1 saja perkataan orang lain yang merendahkan, ia akan berusaha menutupinya. Tanpa sadar menjadi gila kerja. Padahal bisa jadi masalah keuangan yang ia hadapi karena kebanyakan gaya hidup dan meninggikan gaya hidup. Cara mengatasinya bukan terus-terusan bekerja cari uang, melainkan mengelolanya dengan baik. Hanya saja, tidak semua orang memahaminya.

Mindset ini yang harus diubah, agar kita bisa lebih bahagia. Apabila kita hidup selalu meninggikan gaya hidup dan juga berusaha meninggikan derajat agar mendapat pujian dan pengakuan orang lain, mindset kita akan selalu mengatakan "tidak cukup, harus lebih! Lebih!"

Dan tanpa sadar, kita akan terus mencari uang dan harta agar mendapat pengakuan dari orang lain. Dan kita tidak mendapatkan ketenangan. Karena kebahagiaan yang kita pikirkan hanyalah "harus kaya, harus tinggi, kalo kaya pasti bahagia".

Ketika kita mendapatkan 1 harta, kita merasa bahagia, tapi ketika melihat ada orang lain yang hartanya lebih bagus, kita iri, lalu berusaha cari lagi harta atau kedudukan yang lebih hebat. Ini bukanlah bahagia yang akan mendapatkan ketenangan. Karena kita tidak akan merasa puas.

Ada orang yang sudah kaya, jabatan tinggi, banyak harta, dan lain-lain, namun bisa bunuh diri hanya karena ada masalah. Mereka tidak bisa mencari kebahagiaan ketika semua sudah didapat. Tidak mendapatkan ketenangan. Terlalu banyak menumpuk harta, tapi tidak mencari kebahagiaan dan ketenangan.

Baca Juga: Kisahku: Gadis Desa Putus Sekolah, Dinikahkan Dini, tapi Bisa Sukses

Perlu kita tahu, bahagia itu bisa dicari dan diciptakan namun tidak bisa dipaksakan. Ada seorang pejabat tinggi, mobilnya ada 30, namun anaknya tidak pernah tersenyum. Dibelikan banyak barang dan hadiah tak cukup membuatnya tersenyum. Karena pada dasarnya mindset kita selalu berkata "setiap orang yang dikasih barang pasti bahagia".

Ketika kita memberi dan membelikan banyak barang untuk anak-anak kita, atau orang-orang terdekat kita, tanpa sadar kita memaksa mereka bahagia dengan apa yang kita berikan.

Bisa jadi yang sebenarnya yang dibutuhkan seorang anak itu bukanlah barang, namun hal lain, seperti perhatian, pengertian, dan kasih sayang. Kasih sayang orang tua kepada anaknya janganlah sebatas mencukupi sandang pangan papannya, namun juga memberikan perhatian dan pengertian psikologis yang anak butuhkan.

Saya jadi teringat di keluarga saya, ketika ayah saya selalu menanyakan saya barang/makanan apa yang saya inginkan. Atau eyang saya yang kadang menanyakan saya apa yang saya inginkan ketika saya ulang tahun. Orangtua selalu merasa bahagia apabila mereka selalu bisa memberikan sesuatu yang diinginkan anak-anaknya, atau yang berguna untuk mereka.

Saya sendiri dulu memang terbiasa "meminta" kepada mereka barang apa saja yang saya butuhkan. Apabila saya menolak meminta sesuatu ketika mereka menawarkan, mereka akan berpikir bahwa saya tidak normal. Karena seharusnya saya bisa meminta sesuatu ke mereka dan mereka dengan senang hati mengabukannya.

Sebenarnya ketika saya menolak, saya hanya tidak ingin merepotkan saja, atau saya ingin melatih diri saya sendiri untuk berjuang mendapatkan sesuatu dari hasil jerih payah saya sendiri. Terkadang saya meng-iya-kan ketika mereka sedang menawarkan untuk saya minta dibeli sesuatu atau menerima pemberian dari mereka yang sebenarnya saat itu saya tidak dikasih pun tidak apa-apa, hanya untuk melihat mereka bahagia.

Hingga akhirnya saya tersadar suatu hal bahwa bukan barang-barang atau makanan lah yang benar-benar saya butuhkan untuk membuat diri saya bahagia. Melainkan saya hanya membutuhkan ridha dari orang tua terhadap apapun yang saya lakukan. Karena ridha dari orang tua adalah salah satu gerbang menuju kesuksesan. Mungkin saya bisa meminta apa saja dari orang tua, namun semua itu bukan jaminan kebahagiaan saya.

Kebahagiaan yang saya inginkan hanya satu : orangtua dapat memberikan ridha terhadap apa yang saya lakukan selama yang saya lakukan bukanlah sebuah keburukan. Selama saya belum bisa mendapatkan ridha dari mereka, hati saya tidak akan bahagia, mau sebanyak apapun orang tua membelikan barang, makanan atau memberikan uang jajan.

Perlu juga dibedakan antara orang yang benar-benar sukses atau yang hanya terlihat sukses di depan orang. Orang yang benar-benar sukses adalah orang benar-benar berusaha dan bekerja keras. Dan tujuannya meraih keinginannya bukan untuk dipandang orang, tujuannya pasti adalah untuk dapat memberikan manfaat bagi orang-orang sekitar.

Orang yang benar-benar sukses hanya berfokus pada apa yang dilakukannya tanpa mempedulikan perkataan orang lain. Mereka dapat membedakan mana perkataan yang harus didengar, mana yang tidak. Orang sukses selalu berusaha mencari dukungan meskipun 1000 orang di sekitarnya tidak ada yang memberinya dukungan.

Orang sukses tidak pernah menganggap bahwa kegagalan adalah hasil akhir, mereka justru akan menerima kegagalan sebagai bentuk pembelajaran dari sebuah proses, bahkan mereka tidak akan menganggap bahwa itu adalah kegagalan walau orang-orang di sekitarnya menganggap ia gagal.

Orang sukses tidak terlalu memikirkan hasil akhir, hanya terus fokus pada usaha, bahkan walau belum ada hasilnya, ia akan menikmati sebuah proses. Karena sebuah proses adalah kenyamanan untuk orang sukses. Orang sukses tidak berharap pujian atau pengakuan dari banyak orang untuk apa yang ia lakukan dan hasil yang didapat, cukup diri sendiri, orang terdekat, dan Tuhan yang tau. 

Orang sukses selalu merendahkan dirinya meskipun ia terlihat tinggi di depan orang-orang, tidak pernah merendahkan orang lain, dan tidak pernah selalu meninggikan dirinya untuk mendapat pujian.

Orang sukses tidak hanya stop pada satu keinginan yang telah ia raih. Ia akan selalu berusaha mencapai suatu tujuan yang lain. Karena orang sukses sangat menikmati proses. Ia tidak peduli apabila yang dilakukannya akan menemui kegagalan, karena ia selalu puas dengan proses yang ia lakukan. Ada pembelajaran yang selalu bisa diambil dari kegagalan yang ia dapatkan.

Orang sukses tidak terlalu banyak memiliki mimpi yang hanya menjadi angan belaka. Ia hanya fokus pada mimpi yang dapat membawa manfaat kepada orang-orang sekitar atau untuk hidupnya yang lebih menenangkan.

Orang sukses tidak punya gengsi berlebihan.

Orang sukses tau mana yang worth it serta bermanfaat, dan mana yang hanya sekedar mahal atau terlihat mahal tapi keren dipamerkan. Tahu mana yang lebih bermanfaat, mana yang hanya buat gaya.

Orang sukses bisa manajemen waktu dengan baik. Tahu kapan harus istirahat, kapan harus bekerja keras. Tidak menggunakan semua waktunya untuk bekerja atau bermalas-malasan.

Dan orang sukses yang sesungguhnya adalah orang yang selalu mensyukuri apa yang didapat, bisa mencari kebahagiaan di tengah kesusahan. Masih banyak lagi ciri-ciri orang sukes yang tidak bisa disebutkan semua. Yang jelas, orang sukses pastinya orang yang bisa selalu bahagia dan tenang.

Sedangkan orang tidak sukses, ia hanya berproses karena menginginkan hasil yang sesuai dengan apa yang dibayangkannya. Orang tidak sukses terlalu mendengarkan kata orang lain, mereka ingin dipuji, bukan dihina. Apabila dihina, mereka mencari orang-orang yang dapat memuji mereka. Karena begitu ingin dipuji dan dilihat. Mereka juga memiliki "gengsi".

Orang tidak sukses akan melakukan usaha apa pun demi mendapat pujian dan pengakuan orang lain, bukan untuk dirinya sendiri. Misal, ada orang-orang di sekitarnya yang memamerkan HP baru, orang tidak sukses ingin mendapat pengakuan juga dari orang-orang sekitarnya. Maka dari itu, ia akan berusaha mendapatkan HP baru yang canggih meskipun harus utang dan cicilan, demi gaya hidup yang bisa dilihat banyak orang.

Orang tidak sukses hanya ingin terlihat baik di depan orang lain. Bukan berusaha menjadi baik sesungguhnya.

Orang tidak sukses selalu membanding-bandingkan kesuksesan diri sendiri dan juga orang lain. Membandingkan juga antara kesuksesan si A dan si B.

Orang tidak sukses hanya menilai dari hasil. Ia hanya akan mau berproses ketika mengetahui hasilnya sudah pasti sesuai dengan keinginan.

Orang tidak sukses hanya selalu mengulangi proses yang sama namun menginginkan hasil yang berbeda.

Masih banyak lagi kriteria orang tidak sukses yang sebenarnya tidak kasat mata.

Tentunya kita semua pasti inginnya menjadi orang yang sukses, banyak uang, kedudukan tinggi, tapi bahagia dan juga tenang. Wkwkwkwk. Tidak ada yang salah dengan pemikiran seperti ini. Asal prosesnya tepat. Tapi ingatlah, tak ada yang "sempurna" di dunia ini. Menikmati proses, banyak bersyukur, itulah bahagia.

Apabila kita hanya berangan, namun prosesnya tidak tepat, terlalu banyak berkhayal tanpa melakukan, kita tidak akan mendapatkan kebahagiaan juga ketenangan. Yang penting, setelah kita berjuang, apapun hasilnya, baik atau buruk, jika kita bisa menerima dengan rasa syukur, kita akan mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan. Itulah sukses.

Setiap orang dapat melalui proses yang sama, cara yang sama, metode yang sama, tapi hasilnya belum tentu sama. Kita pun tahu sudah berapa banyak motivator yang kita tonton, mereka membagikan metode kesuksesannya dan caranya.

Kita boleh menerapkan semua metode itu, tapi jangan harap hasilnya akan sama persis. Jika mendapat hasil yang kita anggap gagal, ambilah hasil tersebut sebagai pelajaran dan carilah cara lain yang kira-kira bisa kita tempuh. Jangan menganggapnya sebagai benar-benar sebagai kegagalan, karena kamu akan binasa.

Salah satu cara untuk meraih kesuksesan adalah menjadi diri sendiri. Gali potensi yang ada dalam diri. Kita harus benar-benar mengenali diri kita sendiri, apakah kita tipe hardworker, atau tipe yang tidak ingin terlalu banyak bekerja. Tipe yang bisa ekspos di depan banyak orang, atau hanya dibalik layar. Temukan pekerjaan atau bisnis yang sesuai dengan tipe diri kita.

Baca Juga: Paidi, Mantan Pemulung yang Kini Sukses Menjadi Petani Porang

Jangan memaksakan diri menjadi orang lain. Kita sudah banyak melihat motivator membagikan caranya meraih sukses dan suka dukanya, itu karena mereka mengenali diri mereka sendiri dan cara untuk survive pada saat mengerjakan proses. Belum tentu kita adalah tipe orang yang sama seperti mereka. Jadikan semuanya sebagai pembelajaran untuk lebih mencari tahu tentang diri kita.

Jangan berhenti belajar. Tidak perlu sekolah mahal, kursus mahal, atau seminar mahal jika belum bisa. Cobalah terus cari cara belajar secara mandiri dan otodidak. Setelah itu jika ada rezeki lebih, barulah ikut pelatihan yang berbayar. Namun pastikan ilmu yang didapat langsung dipraktekkan, jangan disimpan saja.

Jangan juga membanding-bandingkan hasil yang didapat orang lain dengan kita, atau kita dengan si A si B, dll. Kita melihat mereka hanya sebagai contoh dan referensi kita untuk melangkah saja, namun bukan untuk bahan perbandingan. Terlalu banyak membandingkan akan membuat kita merasa gagal dan putus asa.

Bisa juga membandingkan dari segi kesombongan kita. Misalnya kita merasa lebih baik karena kita punya rumah mewah yang luas dan megah seperti istana, mobil 3, HP 10 hasil kerja keras dan usaha kita, lalu membandingkan dengan pedagang bakso yang rumahnya kecil, tidak punya mobil, HP pun hanya 1 untuk berdagang, kita menganggap ia tidak sukses, dan hidupnya tidak makmur.

Kita kenal pedagang bakso itu adalah teman kita yang dulu sama-sama berjuang, namun hasilnya tidak sama seperti yang kita dapatkan. Padahal kita tidak pernah tahu bisa saja pedagang bakso punya banyak uang dan bisa menyekolahkan anak di sekolah yang mahal dan bagus pendidikannya, bisa menyumbang ke banyak panti asuhan. Bisa jadi kita yang sebenarnya kerja keras punya rumah mewah, mobil 3, HP 10 adalah hasil hutang sana sini, kredit, tagihan, dll.

Tapi pedagang bakso punya rumah kecil adalah hasil uang jualan baksonya sendiri. Namun kita pasti maunya bisa punya rumah mewah, mobil 3, HP 10 hasil kerja keras sendiri tapi tanpa utang, cicilan, kredit sana sini dong. Hehehehe.

Kalo bisa ya gak apa-apa, kalo gak bisa ya jangan maksa dengan ambil jalan pintas utang (dibilang pintas tapi prosesnya tetep lama, tapi kalo gak pake kredit, utang, prosesnya lebih lama dan belom tentu tercapai, makanya utang dan kredit udah dibilang jalan paling pintas karna gak mau lebih lama).

Bersyukur dengan memiliki semampu kita tidak ada salahnya. Kadang kita selalu membandingkan, kita lebih baik atau lebih buruk dengan orang lain berdasarkan hasil yang didapat. 

Berhentilah terlalu banyak membandingkan dan mengkotak-kotakan pikiran. Membandingkan hanya sebagai referensi pilihan proses dan pilihan hidup kedepan tidak masalah, tapi bukan sebagai patokan untuk menentukan kita lebih baik atau lebih buruk dari orang lain.

Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Kita sadar akan hal ini, tapi tanpa sadar kita menuntut kesempurnaan. Kesempurnaan yang menurut kita baik saja, yang sesuai dengan yang kita pikirkan. Kita menuntut kesempurnaan yang sesuai dengan apa yang kita bayangkan. Banyak hal yang tidak kita sadari, maka dari itu, tetaplah mensyukuri dan sambil terus berusaha. Jangan terlalu memikirkan hasil, hasil yang kita bayangkan jadikan sebagai motivasi saja, dan lakukan semuanya dengan ikhlas.

Dan jangan lupa tentang hasilnya, bisa jadi hasil yang kita anggap buruk, sebenarnya itu adalah yang terbaik untuk kita. Bisa jadi yang kita anggap baik, itu yang buruk untuk kita. Kita sebagai manusia banyak nggak tahunya. Karena itu, apabila hasil tersebut bukanlah yang merugikan walaupun tidak memuaskan, banyak-banyaklah bersyukur dan jangan mengeluh. Mengeluh hanya sekedar meluapkan tidak apa-apa, tapi bangkitlah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun