Mohon tunggu...
Rilin M
Rilin M Mohon Tunggu... Freelancer -

Hanya seorang gadis yang menyukai seni dalam bentuk apapun

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Jika Sukses Hanya karena Ingin Dipuji Manusia Lain, Maka Hancur Hidupmu

5 April 2019   22:59 Diperbarui: 21 April 2021   16:49 1447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sukses bukan untuk mendapat pengakuan dari orang lain. | pexels

Mindset ini yang harus diubah, agar kita bisa lebih bahagia. Apabila kita hidup selalu meninggikan gaya hidup dan juga berusaha meninggikan derajat agar mendapat pujian dan pengakuan orang lain, mindset kita akan selalu mengatakan "tidak cukup, harus lebih! Lebih!"

Dan tanpa sadar, kita akan terus mencari uang dan harta agar mendapat pengakuan dari orang lain. Dan kita tidak mendapatkan ketenangan. Karena kebahagiaan yang kita pikirkan hanyalah "harus kaya, harus tinggi, kalo kaya pasti bahagia".

Ketika kita mendapatkan 1 harta, kita merasa bahagia, tapi ketika melihat ada orang lain yang hartanya lebih bagus, kita iri, lalu berusaha cari lagi harta atau kedudukan yang lebih hebat. Ini bukanlah bahagia yang akan mendapatkan ketenangan. Karena kita tidak akan merasa puas.

Ada orang yang sudah kaya, jabatan tinggi, banyak harta, dan lain-lain, namun bisa bunuh diri hanya karena ada masalah. Mereka tidak bisa mencari kebahagiaan ketika semua sudah didapat. Tidak mendapatkan ketenangan. Terlalu banyak menumpuk harta, tapi tidak mencari kebahagiaan dan ketenangan.

Baca Juga: Kisahku: Gadis Desa Putus Sekolah, Dinikahkan Dini, tapi Bisa Sukses

Perlu kita tahu, bahagia itu bisa dicari dan diciptakan namun tidak bisa dipaksakan. Ada seorang pejabat tinggi, mobilnya ada 30, namun anaknya tidak pernah tersenyum. Dibelikan banyak barang dan hadiah tak cukup membuatnya tersenyum. Karena pada dasarnya mindset kita selalu berkata "setiap orang yang dikasih barang pasti bahagia".

Ketika kita memberi dan membelikan banyak barang untuk anak-anak kita, atau orang-orang terdekat kita, tanpa sadar kita memaksa mereka bahagia dengan apa yang kita berikan.

Bisa jadi yang sebenarnya yang dibutuhkan seorang anak itu bukanlah barang, namun hal lain, seperti perhatian, pengertian, dan kasih sayang. Kasih sayang orang tua kepada anaknya janganlah sebatas mencukupi sandang pangan papannya, namun juga memberikan perhatian dan pengertian psikologis yang anak butuhkan.

Saya jadi teringat di keluarga saya, ketika ayah saya selalu menanyakan saya barang/makanan apa yang saya inginkan. Atau eyang saya yang kadang menanyakan saya apa yang saya inginkan ketika saya ulang tahun. Orangtua selalu merasa bahagia apabila mereka selalu bisa memberikan sesuatu yang diinginkan anak-anaknya, atau yang berguna untuk mereka.

Saya sendiri dulu memang terbiasa "meminta" kepada mereka barang apa saja yang saya butuhkan. Apabila saya menolak meminta sesuatu ketika mereka menawarkan, mereka akan berpikir bahwa saya tidak normal. Karena seharusnya saya bisa meminta sesuatu ke mereka dan mereka dengan senang hati mengabukannya.

Sebenarnya ketika saya menolak, saya hanya tidak ingin merepotkan saja, atau saya ingin melatih diri saya sendiri untuk berjuang mendapatkan sesuatu dari hasil jerih payah saya sendiri. Terkadang saya meng-iya-kan ketika mereka sedang menawarkan untuk saya minta dibeli sesuatu atau menerima pemberian dari mereka yang sebenarnya saat itu saya tidak dikasih pun tidak apa-apa, hanya untuk melihat mereka bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun