Mohon tunggu...
Rilin M
Rilin M Mohon Tunggu... Freelancer -

Hanya seorang gadis yang menyukai seni dalam bentuk apapun

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Jika Sukses Hanya karena Ingin Dipuji Manusia Lain, Maka Hancur Hidupmu

5 April 2019   22:59 Diperbarui: 21 April 2021   16:49 1447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orang dapat melalui proses yang sama, cara yang sama, metode yang sama, tapi hasilnya belum tentu sama. Kita pun tahu sudah berapa banyak motivator yang kita tonton, mereka membagikan metode kesuksesannya dan caranya.

Kita boleh menerapkan semua metode itu, tapi jangan harap hasilnya akan sama persis. Jika mendapat hasil yang kita anggap gagal, ambilah hasil tersebut sebagai pelajaran dan carilah cara lain yang kira-kira bisa kita tempuh. Jangan menganggapnya sebagai benar-benar sebagai kegagalan, karena kamu akan binasa.

Salah satu cara untuk meraih kesuksesan adalah menjadi diri sendiri. Gali potensi yang ada dalam diri. Kita harus benar-benar mengenali diri kita sendiri, apakah kita tipe hardworker, atau tipe yang tidak ingin terlalu banyak bekerja. Tipe yang bisa ekspos di depan banyak orang, atau hanya dibalik layar. Temukan pekerjaan atau bisnis yang sesuai dengan tipe diri kita.

Baca Juga: Paidi, Mantan Pemulung yang Kini Sukses Menjadi Petani Porang

Jangan memaksakan diri menjadi orang lain. Kita sudah banyak melihat motivator membagikan caranya meraih sukses dan suka dukanya, itu karena mereka mengenali diri mereka sendiri dan cara untuk survive pada saat mengerjakan proses. Belum tentu kita adalah tipe orang yang sama seperti mereka. Jadikan semuanya sebagai pembelajaran untuk lebih mencari tahu tentang diri kita.

Jangan berhenti belajar. Tidak perlu sekolah mahal, kursus mahal, atau seminar mahal jika belum bisa. Cobalah terus cari cara belajar secara mandiri dan otodidak. Setelah itu jika ada rezeki lebih, barulah ikut pelatihan yang berbayar. Namun pastikan ilmu yang didapat langsung dipraktekkan, jangan disimpan saja.

Jangan juga membanding-bandingkan hasil yang didapat orang lain dengan kita, atau kita dengan si A si B, dll. Kita melihat mereka hanya sebagai contoh dan referensi kita untuk melangkah saja, namun bukan untuk bahan perbandingan. Terlalu banyak membandingkan akan membuat kita merasa gagal dan putus asa.

Bisa juga membandingkan dari segi kesombongan kita. Misalnya kita merasa lebih baik karena kita punya rumah mewah yang luas dan megah seperti istana, mobil 3, HP 10 hasil kerja keras dan usaha kita, lalu membandingkan dengan pedagang bakso yang rumahnya kecil, tidak punya mobil, HP pun hanya 1 untuk berdagang, kita menganggap ia tidak sukses, dan hidupnya tidak makmur.

Kita kenal pedagang bakso itu adalah teman kita yang dulu sama-sama berjuang, namun hasilnya tidak sama seperti yang kita dapatkan. Padahal kita tidak pernah tahu bisa saja pedagang bakso punya banyak uang dan bisa menyekolahkan anak di sekolah yang mahal dan bagus pendidikannya, bisa menyumbang ke banyak panti asuhan. Bisa jadi kita yang sebenarnya kerja keras punya rumah mewah, mobil 3, HP 10 adalah hasil hutang sana sini, kredit, tagihan, dll.

Tapi pedagang bakso punya rumah kecil adalah hasil uang jualan baksonya sendiri. Namun kita pasti maunya bisa punya rumah mewah, mobil 3, HP 10 hasil kerja keras sendiri tapi tanpa utang, cicilan, kredit sana sini dong. Hehehehe.

Kalo bisa ya gak apa-apa, kalo gak bisa ya jangan maksa dengan ambil jalan pintas utang (dibilang pintas tapi prosesnya tetep lama, tapi kalo gak pake kredit, utang, prosesnya lebih lama dan belom tentu tercapai, makanya utang dan kredit udah dibilang jalan paling pintas karna gak mau lebih lama).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun