Memang pada jaman itu belum ada asap, selain dari perapian dapur dan juga perapian ngaben orang yang meninggal. Maka setiap orang bisa mengenali bau dari setiap orang dan apa yang diperbuat setelahnya. Disana orang bisa mencium amis sperma orang yang baru bermain perempuan ataupun orang yang baru mandi disungai. Dan anehnya orang-orang menghapali bau-bau itu, tentu jika mereka mendapati bau baru apalagi dari seorang pangeran tentu dirasa curiga. kabar akan mengalir dari mulut ke mulut jika mereka tidak mengetahui kesaksian dari seseorang itu maka akan menjadi penasaran dan akan menjadi geger seluruh negeri. Dan biasanya kabar akan terjawab dari setiap kesaksian di bale pasaksen. Seperti kasus yang menimpa Rupakenca sebagai orang yang hidup dilingkungan kerajaan maka harus disumpah di bale pasaksen. Maka didapatilah jika dia menderita penyakit raja singa akibat sering bermain di gubuk asmara. Konon, bale pasaksen adalah tempat dimana salah satu ubinnya berasal dari batu Nirwana dan apabila disitu ada pasaksen, maka mulut akan jujur berucap apa yang diperbuat.
Hal itulah yang dihindari dari Ki Wisanggeni selain dia adalah calon penerus kerajaan. Dia juga harus menghindari hal-hal yang mencurigakan dari penduduk dan penciumanya. Apalagi sampai dibawa ke bale pasaksen dan dia mengaku membawa rokok yang beraroma dari abad ke16 tentu akan membuat geger seluruh negeri tentang kesaktianya. Hal itulah yang dihindari karena kesaktianya hanya dimiliki olehnya dan keluarga Lurah Semar. Bahkan sang ayah Sri Baginda Janaka tidak mengetahui kesaktian anaknya tersebut. Karena semata dari hasil semedi dan laku baik yang dijalaninya sehingga bathara guru welas kepadanya dan memberi apa yang ia minta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H