Terdapat titik persamaan antara tasawuf, ilmu kalam, dan filsafat Islam. Persamaan terletak pada proses pencarian segala sesuatu yang bersifat rahasia (ghaib) yang dianggap sebagai 'kebenaran terjauh' dimana tidak semua orang dapat melakukannya dan dari ketiganya berusaha menemukan apa yang disebut Kebenaran (al-haq). Kebenaran dalam tasawuf berupa tersingkapnya (kasyaf) Kebenaran Sejati (Allah) melalui mata hati. Kebenaran dalam ilmu kalam berupa diketahuinya kebenaran ajaran agama melalui penalaran rasio lalu dirujukkan kepada nash (al-Qur'an & Hadis). Kebenaran dalam filsafat berupa kebenaran spekulatif tentang segala yang ada (wujud) yakni tidak dapat dibuktikan dengan riset, empiris, dan eksperimen. Filsafat menemukan kebenaran dengan menuangkan akal budi secara radikal, integral, dan universal.
Meskipun tasawuf dalam perkembangannya terpengaruh oleh filsafat, proses pertumbuhannya tetap bersumber dari Islam. karena mereka berbicara tentang moral luhur. Pada abad ke 6 hijriyah timbul sekelompok tokoh sufi yang memadukan tasawuf dengan filsafat, dengan teori-teori mereka yang tidak komfrehensif dalam artian: disebut tasawuf murni bukan, filsafat juga bukan. Diantaranya adalah Al-Syuhrawardi Al-Maqtul ( w. 549 H), pengarang kitab Al-Hikmah Al-Isyraq, syeikh akbar Muhyidin ibn Arabi (w. 638 H), Abdul Karim bin Ibrahin Al- Jilli ( w. 1417 ), serta tokoh--tokoh lain yang yang sealiran dengannya. Mereka banyak mengambil sumber dan pendapat selain islam, seperti filsafat Yunani dan khususnya Neo-Platonisme, yang tentunya ajaran tasawuf mereka banyak terpengaruh oleh teori-teori filsafat. Mereka ini banyak mempunyai teori mendalam mengenai soal jiwa, moral, pengetahuan, wujud, yang berdampak besar bagi para sufi sesudahnya.
Secara umum, tasawuf dan filsafat memiliki korelasi yang saling melengkapi. Berikut beberapa keterkaitan antara tasawuf dan filsafat:
- Filsafat merupakan pengetahuan rasional yang dibatasi hukum alam. Dan tasawuf merupakan pengetahuan yang supra rasional, atau pengetahuan mistik, karena memahami sesuatu yang ada di luar hukum alam.
- Filsafat dan tasawuf sama-sama logis. Filsafat adalah logis rasional, sedangkan tasawuf adalah logis supra rasional.
- Walaupun filsafat menggunakan akal, dan tasawuf menggunakan hati, akal dan hati sama-sama berada dalam setiap individu manusia. Dengan demikian filsafat dan tasawuf, sama-sama dibutuhkan dan tidak boleh dihilangkan salah satunya dalam diri manusia. Menghilangkan filsafat, dunia akan hilang dari genggaman, menghilangkan tasawuf, akhirat akan menjadi penderitaan.
D. ULASAN AKHIR
Secara singkat bisa difahami bahwa antara Filsafat dan Tasawuf ternyata bisa disatukan dalam dimensi  kehidupan. Ketika Filsafat adalah obat bagi akal, maka Tasawuf adalah obat bagi hati nurani. Artinya, ketika akal dan hati telah bersih dari penyakit-penyakit maka akan terbentuk pula karakter dan pribadi yang unggul. Dalam bahasa lain, jika seseorang dapat memaksimalkan akal dan hatinya dalam berkehidupan, tentunya akan membuat ia lebih mudah dapam mengarungi kehidupan yang penuh akan rintangan.
Untuk itu, marilah menjadi pribadi yang berkarakter moderat, seimbang antara hati dan akal, seimbang dunia dan akhirat, yang tidak fanatik dan selalu bijaksana dalam berkehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Syarif, Endang, Pertemuan Agung Filsafat dan Tasawuf, ( Jurnal Hikamia: Jurnal Pemikiran Tasawuf dan Peradaban Islam, Volume 2, No 1, Maret 2022)
Eka, Andi, Tasawuf, Ilmu Kalam, Dan Filsafat Islam, (Jurnal Al-Adyan Volume 07, N0. 02 Juli-Desember 2012)
Muliadi, Filsafat Umum, cetakan I (Bandung: Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati, 2020)
Rohmah, Siti, Akhlak Tasawuf, Cetakan 1 (Pekalongan: PT. Nasya Expanding Management, 2021)