Hanya gara-gara sebutir nasi yang menempel di sudut bibirnya ketika makan malam di restoran tadi, Raka malam ini harus menerima omelan yang berlanjut dengan perlakuan dingin istrinya. Sejak meninggalkan restoran, tak ada sepatah katapun yang keluar dari istrinya. Hingga mereka sampai di rumah dan tidur.
Kejadian ini bukan yang pertama kali. Istri Raka memang sering marah setiap kali melihat sebutir nasi menempel di bibir suaminya. Sementara Raka selalu mengaku tak pernah merasa jika ada nasi di bibir kecuali setelah ia menyapunya dengan tangannya sendiri.
Istri Raka merasa malu apalagi jika mereka makan di tempat banyak orang. Padahal selama menikah bertahun-tahun tak pernah ada masalah semacam itu. Istri Raka menjadi heran dengan kelakuan suaminya belakangan ini yang seperti anak kecil.
“Masa sih Mas, kamu tidak sadar kalau ada nasi di bibir? Atau setidaknya kamu sering-sering lah membersihkan mulut. Itukan bukan hal yang sulit,” ucap istrinya kesal.
“Bener deh. Aku sama sekali tidak merasa. Dan aku juga sudah membersihkannya. Tapi kenapa masih ada ya?” Raka heran sendiri yang membuat istrinya semakin kesal.
“Ini cermin. Bawa cermin ini setiap kali Mas makan!” perintah istri Raka sambil menyodorkan cermin kecil berbentuk bulat ke hadapan suaminya.
“Untuk apa cermin ini?” tanya Raka lagi.
“Tentu saja untuk Mas bercemin setiap kali selesai makan agar tidak ada lagi nasi yang menempel.”
Raka mengamati cermin yang ada di tangannya. Ia tak habis pikir kenapa harus sampai sejauh ini. Namun daripada istrinya terus-terusan marah, tak ada salahnya ia mencoba. Dari cermin itu, Raka bisa melihat wajahnya. Benar saja, masih ada nasi di dekat dagunya. Sejak saat itu Raka sering membawa cermin, khususnya ketika ingin makan di luar rumah.
Meski begitu, pertengkaran kecil antara Raka dan istrinya masih terus berlanjut. Membawa cermin ternyata tidak serta merta menyelesaikan masalah. Selain kadang lupa membawa, Raka juga merasa malu jika sering bercermin setelah makan. Baginya itu sesuatu yang aneh dan membuatnya risih.
“Ada nasi di bibir kamu,” ucap Istri Raka dengan nada ketus dan wajah kesal. Hari itu mereka sedang menghadiri acara pernikahan teman Raka.