Mohon tunggu...
Munir Sara
Munir Sara Mohon Tunggu... Jurnalis - Tenaga Ahli Anggota DPR RI Komisi XI

Hobi traveling, kuliner dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jebakan Ketidakpastian di Tahun Politik

12 Maret 2023   19:42 Diperbarui: 12 Maret 2023   19:55 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: Pixabay)

Pepatah petitih Minang bertuah, "Naiklah dari janjang, turunlah dari tanggo." Ikutilah semua aturan yang berlaku, agar disiplin terjadi. Demokrasi kita harus disiplin konstitusi. Kalau sudah inkracht di MK demokrasi proporsional terbuka, ya sudah.

Toh tak ada sistem yang sempurna! Eksperimen politik yang terus berubah-ubah, membuat konsolidasi demokrasi dan ekonomi kita akan terus berfluktuasi. Lantas kapan kita bisa menjadi negara maju? Masa sih, demokrasi prosedural kita terus gonta-ganti pola.

Kalau norma puncak konstitusional siklus demokrasi lima tahun ya sudah. Tak usahlah melakukan anasir politik penundaan Pemilu. Demokrasi kita harus compliance secara konstitusional.

Kalau demokrasi sudah tak compliance, yang terjadi adalah ketidakpastian. Belajarlah dari negara-negara lain. Begitu demokrasinya tidak compliance terhadap konstitusi, yang terjadi justru kekacauan sosial politik dan ekonomi. Ini fakta.

Politik kita sedang menghadapi situasi ketidakpastian, soal Pemilu jadi atau tunda, soal sistem proporsional tertutup atau terbuka; dua-duanya berpotensi mengakibatkan turbulensi.

Demokrasi hendak flight, cuma pesawat dan calon pilot masih bongkar pasang. Spekulasi primordial (pembelahan politik) diantaranya juga tinggi--tentang pesawat apa dan pilotnya siapa. Padahal, kita tengah menghadapi risiko turbulensi.

Setali tiga uang dengan ekonomi, yang juga menghadapi situasi ketidakpastian. Soal inflasi global yang ambigu, soal suku bunga global, hambatan _supply chain global_ akibat perang; juga berpotensi menimbulkan turbulensi.

Twain uncertainty and turbulence ini, sebenarnya bisa dimitigasi. Pertama, rezim politik penguasa saat ini berhentilah melakukan anasir-anasir dengan blok politik yang tajam dan saling menegasi.

Saran I, you cukup jadi negarawan. Tak usah jorokin tangan wahai SANG BEBEK LUMPUH. Bermainlah dengan politik level tinggi; dengan political wisdom !

Dengan begitu, berbagai blok sistem negatif dalam politik saat ini bisa termoderasi. Pesawat demokrasi kita bisa soft landing dan nggak jadi crash akibat turbulence parah.

Kedua, di tahun 2023, target investasi sebesar Rp.1.400 triliun. Semua orang pun tahu, target investasi demikian, ekspektasinya pertumbuhan ekonomi bisa di atas 5%, bahkan kalau bisa 7% sesuai janji politik.

Tapi apa iya target investasi itu bisa tercapai, bila terjadi huru hara politik? Bila demokrasi terjebak dalam ketidakpastian dan turbulence? Politik dan ekonomi itu satua kesatuan ekosistem. Bila instabilitas politik terjadi, maka target investasi sulit dicapai.

Semua orang tahu, bahwa target investasi akan berhadapan dengan sikap wait and see pelaku usaha. Why?? Yak arena pelaku usaha akan menunggu seperti apa policy profile rezim berikutnya.

Secara alamiah, situasi ketidakpastian ekonomi dan investasi itu potensial terjadi. Jangan diperparah dengan menambah ketidakpastian (anasir politik menunda pemilu dan trade off_ sistem Pemilu). Impaknya bumerang bagi pemerintah sendiri. Bak pepatah lawas "Menepuk air di dulang kena muka sendiri."

Ada sebuah kisah menarik dibalik digdaya mantan penguasa Uni Soviet Mikhail Gorbachev. Kala ia tak lagi berkuasa, suatu waktu, ia melewati jendela rumah warga, kepalanya diludahi warga yang dulu takzim padanya. Kenapa? Karena meninggalkan legacy yang buruk. Jangan sampai you demikian tuanku, meninggalkan legacy demokrasi yang buruk !

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun