Mohon tunggu...
muna warman
muna warman Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Terus Mengejar Mimpi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Makna Kehidupan

28 Desember 2022   22:58 Diperbarui: 28 Desember 2022   23:20 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemudian ditambah lagi, adik mertua akan memasang listrik dan air kerumah tersebut. Hanya dua minggu berselang rumah tersebut telah dipasang listrik dan air oleh adik mertuanya. Sungguh mulia hati adik mertua (angah) kepada ana dan suaminya. Tentu ini adalah sebuah rizki dari yang maha kuasa yang harus disyukuri. 

Lalu keesokan harinya ana dan suami melihat keadaan rumah tersebut, sekalian membersihkan rumah dan pekarangan. Tiga hari kemudian mereka pindah kerumah tersebut, namun saat ia pindah listrik dan air bersih belum masuk ke situ. Ke pindahan mereka mendapat perhatian dari keluarga, baik dari pihak keluarga ana maupun dari keluarga suaminya. Banyak fasilitas yang diberikan oleh ibu kandungnya maupun ibu mertuanya, khususnya peralatan kebutuhan rumah tangga. Mulai hari itu mereka harus hidup mandiri dan berjuang untuk keluarganya sendiri.

Di tempat tinggal yang baru, mereka harus mampu menyesuaikan diri dengan tetangga dan masyarakat sekitarnya. Ana ingin sekali membantu sang suami mencari pekerjaan atau kegiatan untuk membantu mencari uang dalam memenuhi kebutuhan mereka, khususnya kebutuhan sehari-hari dan uang kuliah suami. Ana mulai bergaul dengan tetangga dan masyarakat sekitar untuk mencari informasi tentang rencananya. Beberapa hari kemudian rencana ana untuk membantu suami mencari uang akhirnya tercapai. Ibu mertua yang hampir setiap hari singgah ke tempat tinggalnya setelah pulang dari tempat mengajar, menawarkan kepada ana untuk berjualan di lokasi sekolahnya. Dengan senang hati ana menerima tawaran dari mertuanya yang sudah dianggapnya sebagai ibu kandungnya. Sore itu juga ana dan suami melihat dan sekaligus membenahi tempat jualan jajanan anak-anak yang bersekolah disitu. Tempat jualan yang sederhana sore itu juga telah selesai dibuat dan telah siap pakai. Keesokan harinya ana mulai belanja ke pasar untuk keperluan jualannya. Adapun jenis jualan yang direncanakan adalah kue instan yang telah jadi serta makanan ringan olahan sendiri, seperti nasi goreng, mie goreng, goreng pisang, bakwan dan dan lain-lainnya. 

Malam itu ana mempersiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang akan dimasak besok pagi. Keesokan harinya mereka bangun cepat-cepat untuk mulai memasak jualan mereka. 

Dengan semangat ana memasak satu demi satu jualannya, dengan melupakan kalau ia sedang sakit dan mengandung anak pertamanya. Setelah semua selesai, lalu ia yang ditemani suami cepat-cepat pergi menuju tempat jualan mereka. Hari itu ana sangat senang sekali, karena jualannya dibeli dan di kerumuni oleh anak-anak murid di sekolah itu. Aktivitas sehari-hari suami ana juga bertambah, ia pergi ke kantornya setelah ia membantu menyiapkan dan membawakan jualan mereka. 

Mulai hari itu ana telah mempunyai usaha sendiri, walaupun kecil-kecilan. Setiap hari ia menyampaikan hasil jualannya kepada suami tercinta. Saat itu penghasilannya rata-rata perhari sekitar rp. 30.000,-50.000,- yang alhamdulillah bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Dan sedikit demi sedikit ana juga sudah bisa menabung untuk keluarganya.

Pengalaman ana dalam berjualan banyak sekali suka-duka nya. Ada juga orang berjualan di sekolah itu merasa tidak suka atas keberadaan ana disitu. Ia menganggap bahwa ana adalah saingan dalam mencari nafkah. Cerita itu diketahui dari tetangganya yang mendengar cerita orang tersebut. Awalnya ana tidak mempercayai dan tidak peduli dengan cerita tetangganya. Namun lama-kelamaan ia baru percaya, kalau ada orang yang iri dan tidak suka kepadanya. Hal tersebut diketahui ana dan suami ketika datang pagi-pagi mengantar jualan. Tiba-tiba mereka melihat tempat jualannya telah rusak berat, bahkan meja dan bangku tempatnya berjualan tak tampak lagi disitu. Saat itu ia yang ditemani suami menangis merasakan kesedihan berat. Namun suami memberikan motivasi kepada ana, agar ia dapat bersabar dan tetap semangat berjualan.  Mulai saat itu mereka mempercayai cerita tetangganya, bahwa ada orang yang tidak suka atas keberadaannya berjualan ditempat itu. Dengan perasaan yang sedih, ia tetap berjualan ditempat itu. Malamnya ia menyampaikan kepada suaminya, kalau ada orang yang tidak suka atas keberadaannya disitu. Namun suami tetap memberi 

semangat kepada kepadanya sembari mengatakan bahwa perjuangan hidup tidaklah mudah, perlu kesabaran dan kerja keras. Peristiwa yang dialaminya tersebut, bukanlah satu-satunya kejadian. Tempat ia berjualan makin lama makin sering diganggu. Rusaknya tempat jualannya semakin lama semakin sering terjadi. Yang paling keji lagi meja dan bangku tempatnya berjualan sering di ganggu bahkan kotoran manusia sering juga diletakkan disitu. "Dunia memang kejam" , inilah perkataan yang sempat dilontarkan oleh ana. Tujuan orang berbuat sedemikian, tentu agar ana berhenti berjualan. Namun ia tidak menyerah mendapat perlakuan yang sedemikian buruk. Ana tetap berjualan, demi memenuhi kebutuhan keluarganya.

Lebih kurang sebulan berjualan, tiba-tiba ana mengalami sakit. Dadanya secara mendadak terasa sakit dan sesak. Itu terjadi saat ia sedang mempersiapkan bahan-bahan jualannya ketika malam hari, lalu suami membawa ana pergi ke klinik dokter untuk diperiksa. Setelah sesampainya di klinik, ia langsung diperiksa serta diberi oksigen untuk membantu bagian pernapasan. " Istri bapak ini terkena Asma" , kata dokter kepada suaminya. Dokter juga menyampaikan bahwa penyakit ini sudah lama. " dan lumayan parah" , sambung dokter menjelaskan. Setelah ia meminum obat, tak lama kemudian Asma nya pulih dan normal kembali. Sekitar dua jam di klinik, dokter mempersilakan mereka pulang. Sebelum pulang, dokter berpesan kepada suaminya, " istri bapak memiliki sakit maag, dan sakit itulah yang membuat ia terkena Asma" . Dokter juga berpesan, jangan terlalu dibebani dengan pekerjaan dan pikiran, karena ia perlu banyak-banyak istirahat. Saat di jalan hendak pulang kerumah, ia mengatakan kepada suaminya, " maaf ya bang! Telah menyusahkan" . Suaminya hanya bisa menganggukkan wajahnya sebagai bentuk kesedihan melihat sang istri yang sakit.  Karena sakit, ia terpaksa berhenti berjualan dan harus istirahat berbaring dirumah. Tapi seminggu kemudian ia berjualan lagi, walaupun belum sembuh betul. Suaminya sudah melarangnya untuk tidak jualan dulu, karena keadaan sakit yang dialaminya betul pulih. Namun ia tetap pergi ke pasar berbelanja untuk bahan-bahan jualannya. Setelah kejadian itu, kadang seminggu berjualan dan terkadang beristirahat beberapa minggu. Keadaannya juga begitu, kadang sehat dan terkadang sakit. Begitulah keadaannya, sampai ia melahirkan anak pertamanya. Saat itu uang tabungan mereka sudah habis, bahkan mereka malah telah memiliki hutang kepada orang lain untuk keperluan berobat ketika sakit.

Disaat umur kandungannya sembilan bulan, suami berfikir kalau istrinya tidak lama lagi akan melahirkan. Rasa galau dan panik pun meliputi pikiran sang suami. Beberapa hari 

kemudian, tepatnya hari minggu pagi ana memanggil suaminya. Ia mengatakan kepada suaminya kalau perutnya makin lama makin sakit saja.  Dengan tidak panjang cerita, suami membawa ana kesalah satu klinik bidan yang berada dikota yang berjarak dua kilometer dari rumahnya. Suaminya tidak sadar kalau uang dikantongnya saat itu hanya Rp. 10.000,- saja, yang hanya cukup ongkos becak untuk pulang pergi. Sesampainya di klinik persalinan, ana langsung diperiksa oleh bidan tersebut. Namun bidan mengatakan kalau ana akan melahirkan nanti malam, dan menganjurkan kalau nanti malam saja dibawa kemari. Lalu suaminya membawa ana pulang kerumah sambil merintih kesakitan. Sambil menunggu malam tiba, suaminya mencari uang pinjaman kepada keluarga untuk kebutuhan persalinan. Berjumpa dengan sepupu mertuanya, dengan tidak panjang cerita langsung saja memberikan uang kepada suami ana untuk biaya persalinan. Malam itu suaminya pergi kerumah bidan tadi, namun lagi-lagi ia mengatakan bahwa waktu melahirkan masih lama. Dan mereka terpaksa pulang kerumah lagi. Saat itu ibu mertua dan beberapa keluarga sedang berada diluar kota menghadiri pesta perkawinan sanak saudara, yaitu dikota medan.  Saat tengah malam tiba, ana lagi-lagi meriang kesakitan. Rupanya saat itu ketubannya sudah pecah sebagai tanda bahwa waktunya lahir sudah tiba. Suami tidak lagi membawa ana ke bidan yang tadi, namun ia memanggil Bidan desa yang tak jauh dari rumahnya. Bidan desa tersebut menemaninya sampai melahirkan. Ana melahirkan anak pertamanya tepat pukul: 09:00 pagi, setelah perjuangan yang melelahkan serta menyakitkan. Ana dan suami sangat senang sekali telah memiliki anak, sebagai tanda bahwa mereka telah menjadi orang tua. Begitulah sepotong kisah tentang perjuangan seorang istri yang setia terhadap suami dan keluarganya. Kisah ana ini, hanya sebagian dari lika-likunya menjadi seorang istri dan ibu yang kuat dan hebat. Masih banyak kisah perjalanan hidupnya yang mengesankan dan penuh keteladanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun