Ini ceritaku di liburan akhir tahun.
Cerita ini dimulai dengan sambutan kebahagiaan saat diumumkannya hari libur. Sorak sorai teriakan kebahagiaan nampak terpancar dari raut wajah siswa-siswi. Bagaimana tidak, akhirnya untuk sejenak kami bisa melupakan sibuk dan padatnya hari-hari belajar. Dan ya, kenyataan bahwa kami akan menempuh ujian kelulusan bisa dikesampingkan sejenak.
Kuawali liburanku dengan mengikuti pesta yang diadakan saudaraku di Solok. Disana aku pergi berkelana kian kemari menyusuri kota. Aku hiasi hari-hariku dengan pergi belanja, beli jajanan, dan kulineran. Tak terasa sudah 3 hari aku berada disana. Part terfavorit selama aku disana, adalah ketika aku berjalan malam dengan motor bersama saudaraku yang seumur. Itu benar-benar membuatku susah untuk move on.
Setelah dari sana, perjalanan langsung kulanjutkan dengan pergi ke Rantau Panjang, Jambi. Sepanjang menyusuri perjalanan, mataku dimanjakan dengan kebun-kebun sawit yang berjejer.Â
Tampak hijau mataku sepanjang menatap jalan. Perjalanan ditempuh kurang lebih 9Â jam.
Ragaku sampai ditujuan jam 10 malam. Aku langsung tidur untuk memulihkan tenaga menyambut hari esok yang panjang.Â
Kutersentak ketika jam menunjukkan angka 5. Segera kulangkahkan kaki munuju kamar mandi bersial untuk shalat shubuh. Setelah selesai shalat, aku mandi bersiap-siap untuk pergi ke destinasi yang sudah direncanakan.
Kami berangkat meninggalkan rumah pukul 08.45 WIB. Perjalanan ditempuh kurang lebih satu jam 15 menitan. Destinasi yang dituju bernama Athaya Garden yang berlokasi di merangin.
Memasuki kawasan, kami disambut dengan pegawai ramah yang menjelaskan lokasi yang akan kami lewati. Satu langkah masuk, mataku langsung disuguhkan dengan pemandangan hijau yang menyejukkan mata. Berjalan menyusuri kawasan, hingga sampai di salah satu spot yang seakan-akan me-rem kaki mendadak.
Dua adik sepupuku langsung berlari menuju kolam berenang. Â Aku dan kakak memilih untuk pergi ke tempat swafoto. Satu hari itu aku habiskan dengan menikmati spot yang disediakan.
Keesokan hari, tepatnya di sore hari, aku pergi ke Bangko. Menikmati malam indah Bangko. Aku pergi ke pasar malam. Berfoto di bianglala adalah bagian favoritku. Manaiki kora-kora berkali-kali, menyaksikan langit yang dipenuhi bintang gemerlap. Hingga aku sadar tubuhku tak sanggup lagi melanjutkan malam, aku memutuskan untuk pulang. Lelah menghabiskan malam, akhirnya tubuhku jatuh tertidur.
Esoknya adalah hari perpisahanku dengan kota ini. Aku harus kembali ke habitat asliku, sedih memang kurasakan. Tapi waktu memaksaku pergi berpisah. Perpisahan yang datang sebab pertemuan yang diadakan.
 Beberapa hari ini pikiranku dipenuhi rasa tenang, tentram. Ingin rasanya aku kekal berada di posisi ini. Ya namanya hidup, tidak ada yang monoton selalu berubah bak siang hari yang berganti malam.
Baru saja aku memikirkannya, rasa cemas langsung mengeroyokku. Rasa cemas diikuti panas dingin membayangkan apa yang akan dilihat oleh mataku 4 januari nanti. Hari itu adalah hari aku melihat apa yang aku tuai selama satu semester ini. Dan rasa penasaran bagaimana ekspresi orang tuaku melihatnya.Â
Sampai hari ini, kepalaku masih dipenuhi rasa takut, cemas akan hasil jerih payahku satu semester ini. Aku berharap itu hasil baik dari yang terbaik yang telah Allah rencanakan untukku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H