Tak berapa lama meluncur, bus menepi di area drop off depan istana. Rombongan turun disambut rintik gerimis musim gugur.
Anthony memandu kami berjalan kaki menyusur promenade depan isatana.
Tak lama berjalan, belok ke kiri sampailah kami di lapangan depan gedung balai kota Oslo yang megah. Balai kota ini akan menjadi tik mul dan tik pul ( titik mulai dan titik kumpul ) acara bebas hari ini.
Dari gedung balai kota, para Lofoteners menyebar menuju jalan paling ramai dan legendaris di kota Oslo. Yakni Karl Johan gate.
Belum beranjak masih di lapangan, saya memandangi gedung balai kota itu. Yang di tengahnya adalah bangunan utama tower kembar menjulang tinggi. Tower ini memiliki dua sayap, sedikit melengkung ke depan di kiri kanan. Ada fountain tegak klasik di depan tower. Di keredupan senja gedung megah ini nampak coklat kemerahan, anggun.
Di balai kota ini setiap tanggal 10 Desember diselenggarakan acara penganugerahan Nobel Prize kategori Perdamaian. Selain memperoleh diploma dari kerajaan Swedia, para pemenang nobel mendapatkan pula penghargaan finansial, dengan jumlah fantastis.
Kita semua tahu, pendiri dan pemrakarsa anugerah Nobel ini adalah Alfred Nobel. Orang Swedia, pengusaha produsen bahan peledak yang  berhasil dan kaya raya. Ketika wafat tahun 1895, Almarhum meninggalkan wasiat. Yakni agar disisihkan sebagian hartanya yang melimpah untuk penyelenggaraan anugerah hadiah Nobel.
Pada mulanya hadiah Nobel diberikan hanya kepada para kreator maha karya di bidang Fisika, Kimia, Kedokteran, Sastra dan bidang perdamaian. Lalu mulai tahun 1969 ditambahkan anugerah nobel bidang Ekonomi.
Hanya nobel bidang perdamaian yang dianugerahkan di Oslo. Di gedung di depan saya itu. Sedangkan bidang lainnya dianugerahkan di kota Stockholm, ibukota Swedia.
Sampai saat ini belum jelas alasannya, apa yang terlintas di benaknya, mengapa pak Alfred memilih Oslo ibukota negara tetangga sebagai tempat penganugerahan nobel perdamaian. Salah satu spekulasi yang beredar, karena Alfred Nobel beranggapan bahwa Norwegia adalah negara yang lebih demokratis dibanding dengan Swedia. Entahlah.
Para pakar, teknokrat, sastrawan, ekonom dan negarawan dari seluruh penjuru dunia tentu sangat bangga jika mendapatkan award prestisius ini.