Menuju Henningsvaer, saya teringat pameo dari seorang wisatawan kawakan. Yang mengatakan bahwa, sometimes in the journey destination is the journey itself. Memang perjalanan menuju Henningsvaer adalah serangkaian tujuan wisata yang sambung menyambung.
Sepanjang perjalanan, bus menyusur di tepian pantai yang nampak ganas bergelombang di sisi kanan. Sedangkan di sisi kiri adalah masif dinding karang menjulang tinggi dengan tekstur permukaannya yang kasar dan kuat. Liar namun indah, jangan sampai tertidur melewatkan sineri ini, rugi.
Akhirnya kami sampai di kota Henningsvaer. Langit kelabu saat kami berleha - leha santai berjalan kaki di kota yang rapi, sepi ini.
Tersuruk - suruk di bawah rintikan hujan tipis, akhirnya stadion bola yang konon berada di titik paling utara benua Eropa itu kami temukan.
Apakah benar bahwa stadion ini berada di titk paling utara Eropa? Saya kira tidak benar. Karena kalau kita melihat peta, masih ada wilayah berpenduduk yang lebih utara dari Norway. Yakni negara Islandia dan juga pulau - pulau berpenduduk di wilayah kerajaan Denmark.
Stadion ini unik dari sisi lokasinya. Di atas karang yang menjorok ke laut liar. Tetapi keunikan ini akan terlihat sempurna kalau kita bisa menerbangkan drone di sini. Dengan potret hasil drone stadion Henningvaer akan terlihat unik, istimewa dan berbeda. Sayang rombongan kamu tidak ada yang membawa drone.
Berjalan berkeliling, diterpa sedikit angin dan gerimis kecil, tak mengurangi antusiasme kami untuk menikmati kecantikan suasana kota. Gedung - gedung kantor, perumahan, jembatan, lorong - lorong, plasa dan alun - alun. Serta tentu saja dermaga - dermaga rapi dan desa nelayan. Serba cantik dan fotograpic.
Di jantung kota, kami menemukan resto Jepang bernama Sakura. Yang  sangat recommended, terutama bagi yang kangen nasi. Menu Jepang enak yang disajikan oleh para pramuniaga bule.
Â
Namun sayang ada telpon ke Anthony. Yang mengabarkan agenda Eagle watching yang mendebarkan itu batal. Karena kondisi cuaca sedikit ekstrim. Tidak memungkinkan perahu untuk melaut. Ombak terlalu besar untuk ukuran kapal yang akan kita gunakan.
Ini adalah kondisi force majeur yang terkadang terjadi dalam perjalanan wisata. Apa boleh buat. Menghadapi kondisi seperti ini pasti harus memilih safety first. Keselamatan dan keamanan yang utama, walau sedikit kecewa.
Membolak balik brosur yang saya temukan tentang program ini, saya berimajinasi. Membayangkan terapung - apung di laut lepas, berperahu diantara pulau - pulau kecil terjal. Â
Dan di tengah laut menyaksikan Elang - elang beringas itu terbang, menukik dan menyelam ke pedalaman samudera. Dan sejenak kemudian muncul dari laut, terbang kembali ke udara. Di cakarnya tercengkeram ikan besar hasil buruan.