Aklamasi, sobats Lofoten sepakat menjelang tengah malam ini untuk tetap melanjutkan perburuan. Dahaga belum terpuaskan. Ingin jumpa cahaya utara yang lebih terang dan jelas. Michael pun tidak keberatan.
Bus putih tunggangan kami beranjak, meninggalkan pangkalan campervan. Michael menghela bus, menyusur jalan gelap, mendaki perbukitan lebih tinggi.
Jalanan bertabur es keras nampak lebih licin. Satu saat di tikungan tajam mendaki ke kiri, bus berhenti sejenak. Menggeram mengambil ancang-ancang, bus menggeremet pelan susah payah dan menikung lambat. Kami menahan nafas. Dengan kepiawaiannya, akhirnya Michael sukses melewati tikungan licin itu. Lega.
Setelah beberapa saat menguak kegelapan malam, bus berhenti di dataran tinggi perbukitan. Di bawah sana, pendaran lampu - lampu kota Abisko menerangi langit.
Turun dari bus, memencar ke segala sudut. Kami menjepretkan kamera gadget ke berbagai arah. Try and errors, mendeteksi keberadaan aurora.
Setelah sekitar lima belas menit mencoba dan penasaran, akhirnya kami mengakhiri perburuan. Hasil di ketinggian ini tidak lebih bagus dibanding perburuan di pangkalan campervan.
Pukul 11 malam, udara semakin dingin menusuk. Kami naik bus, berserah dan kembali ke resort. Bus putih meluncur pelan meninggalkan perbukitan. Menembus kegelapan menyusuri turunan.
Aurora hunting malam ini, apakah kami berhasil? Less expectation adalah sikap mental yang disarankan Anthony, saat kita akan mulai berburu sore tadi.
Ya harapan terlalu tinggi seringkali berakhir dengan kekecewaan yang besar pula.
Kalau dalam agenda ini target kita tinggi, yakni melihat aurora dancing di langit dengan mata telanjang, maka itu belum berhasil. Walakin ini sebenarnya  tergolong hasil cukup memadai dibandingkan cerita teman - teman yang pernah melakukan hal yang sama.
Lalu sebagai pengalaman, perburuan aurora adalah satu petualangan menarik dalam berwisata.