Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Norwegia Utara di Musim Gugur, Catatan Perjalanan #3

26 Oktober 2024   12:14 Diperbarui: 27 Oktober 2024   16:14 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Night Ferry, CPH - Oslo

Hari kedua. Sore, sekitar pukul 14.00 rombongan tur Lofoten telah siaga di dermaga ferry CPH.

25 koper-koper besar milik 24 peserta dan 1 tour leader telah dimasukan ke dalam satu kerangkeng warna biru. Akan ditaruh di bagasi kapal.

Masing-masing peserta membawa hand bag untuk dibawa ke kamar.

Sore ini, sepanjang malam sampai besok pagi kami akan berada dan menginap di kapal. Diperkirakan pukul 10 pagi ferry akan merapat di pelabuhan Oslo.

Sore itu, tepat waktu ferry DFDS melepas sauh, bertolak meninggalkan dermaga CPH.

DFDS, Det Forenede Dampskibs Selskab atau perusahaan kapal uap bersatu adalah company pemilik dan operator ferry ini.

DFDS adalah tulang punggung angkutan laut negara pulau Denmark ke berbagai negara Scandiv lainnya. Didirikan tahun 1886 oleh pengusaha Denmark. Dengan memerger 3 perusahaan kapal uap besar di Denmark kala itu. DFDS berjaya hingga hari ini.

Tidak sebesar cruise pada umumnya, yang kebanyakan memiliki panjang lebih dari 200 meter. Ferry kami panjangnya sekitar 100 meter.

Dek tertinggi adalah lantai 11, rooftop terbuka. Penumpang bisa naik ke sini untuk menikmati panorama 360 derajat sekitarnya

Kamar kami berada di dek 5. Agak sempit namun kompak, lengkap dan cukup nyaman. Ada jendela kaca oval di sisi laut. Penumpang bisa melihat ke luar, menengok perairan dan daratan. Yang nampak bergerak berlawanan arah.

Kapal melaju sekitar 24 knots. Atau setara 44 km per jam. Cukup cepat.

Santai, berbaring telentang di ranjang 90 cm, menatapi langit - langit kamar yang pendek. Merasakan getaran ombak laut yang tenang.

Sinyal internet telah putus. Kecuali kita membeli di reception lantai tujuh, seharga sekitar 16 Euro. Berfungsi selama pelayaran, sekitar 18 jam.
Saya tidak membeli wifi. Komunikasi hp terputus.

Menunggu makan malam. Baring melamun. Merasakan terapung - apung entah dimana, puluhan ribu kilometer dari tanah air. Berpikir, ngapain jauh - jauh di sini?

Terbebas dari komunikasi WA, dsb. Isteri juga tidur - tidur ayam di ranjang sebelah. Sunyi terasa sempurna, hanya debur ombak laut utara sayup menerobos kamar. Damai, nikmat terayun - ayun.

Saat makan malampun tiba. Lebih awal, pukul 5 sore.

Bergegas ke dek 7 di sisi haluan, sudah ramai. Makan malam prasmanan gratis, sudah termasuk dalam ongkos penyeberangan. Shift makan malam pertama diberi waktu 1,5 jam untuk menuntaskan santap. Akan disambung shift kedua, pukul 8.00 malam.

Mulai survey berbagai jenis gelaran makanan komplit. Kecuali nasi, tidak ada.

Melihat-lihat makanan terserak. Yang terlintas bukan apa yang akan dipilih, tetapi malah teringat budayawan Yogya. Almarhum prof Umar Kayam. Membayangkan bagaimana pak Kayam menghadapi situasi seperti yang saya hadapi saat ini. Menyeleksi makanan yang berlimpah.Tulisan - tulisan beliau banyak mengulas tentang kulineran.

Umar Kayam adalah profesor, dosen fakultas sastra UGM, juga penulis handal. Mengaku sebagai seorang hedonis kecil - kecilan, penikmat dan pengamat kehidupan.

Karya-karyanya yang terkenal. Seperti Seribu Kunang - Kunang di Manhattan, Sang Priyayi, Mangan Ora Mangan Kumpul, Sugih Tanpo Bondo, Madhep Ngalor Sugih Madhep Ngidul Sugih, dsb. Bacaan enak kaya wawasan.

Saya membayangkan bagaimana beliau akan memilih makanan - makanan ini. Selera kulinernya acap dituangkan dalam tulisan.

Sajian makanan dipilah menjadi 4 kategori. Enak dan berkualias, enak tidak berkualitas, berkualitas tidak enak. Dan terakhir tidak enak dan tidak berkualitas. Saya selalu sulit membedakan kalau hanya mengamati.

Saya bayangkan Ki Ageng, (sebutan Umar Kayam pada dirinya sendiri, di buku kumpulan kolomnya yang terkenal) akan memilih salad dengan racikan sayur berkelas. Dipadu dengan potongan ayam negeri suwir, ditumpuki irisan tipis bulat ayam kalkun (Turkeys). Dan topping yang dipilih pastilah saus thousand islands, berasa asam gurih manis segar. Makanan pembuka yang sehat, renyah dan nikmat.

Lalu mengiris bread kering Prancis serta memilih croisant isi atau kosong. Diolesi mentega Lurpak putih lembut. Yang menurut prof Kayam, lurpak adalah salah satu penyaji mentega terbaik dunia. Akan lumer lembut di lidah.

Di sajian sea food yang tidak begitu banyak pilihan, salah satunya teronggok tumpukan udang tak biasa. Sebesar jempol kaki, berwarna sangat merah, bercapit.

Udang merah itu tampil liar, menyeramkan. Matanya terbuka, seolah si merah itu masih hidup. Penasaran.

Konon udang itu peranakan dari lobster dan udang biasa. Entah darimana warna merah membara itu berasal. Harus dicoba nanti, bagaimana pula rasanya udang anomali itu.

Usai makan malam, beranjak ke dek 7 sisi buritan. Ya, ada mini mall di situ.

Teman pernah bercerita, paling senang membeli hem cowboy kotak - kotak dan polo santai, saat menumpang ferry DFDS di perairan Scandinavia. Baju dengan warna - warna bright dan deep.

Malam itu hem dan polo yang dipajang tak sesuai ekspektasi. Warna - warnanya kurang menyala, kurang garang. Kantong terhemat, kotak - kotak merah maroon harapan tak ada.

Pukul 2.00 pagi, alarm biologis berdering. Masih jetlag. Terbangun. Pukul 2.00 di sini identik dengan pukul 7.00 pagi kalau di rumah. Naluri tubuh masih seperti di rumah, walau saat ini sudah di wilayah lingkaran arctic.

Suara debur ombak keras terdengar. Pagi ini kapal bergoyang lebih kencang dibanding sore tadi. Untung istri masih lelap, tak perlu mengambil bekal antimo.
Bagi saya ombak seperti ini belum seberapa.

Terayun - ayun saat dini hari yang hening, romantik. Mencoba tidur lagi, namun tak bisa. Mata tak mau kompromi.

Ya sudah. WApun tak bisa masuk, atau dikirim. Tapi masih ada lagu - lagu yang bisa dinikmati. Sepagi ini duet Josh Groban melantun syahdu lewat earphone. Lagu coveran, From Both Side Now.

Norwegia Utara

Pukul 10. 00 pagi ferry merapat di Oslo, ibukota Norwegia. Tak ada waktu city tur terlebih dulu. Dari pelabuhan, rombongan ditransfer ke bandara.

Dari Oslo kami terbang dengan pesawat domestik ke Tromso.

Tromso akan menjadi titik awal destinasi utama perjalanan kami,  Norwegia Utara.

Senjakala, setelah terbang sekitar 2 jam pesawat mengangkasa rendah di atas  bukit - bukit berselimut salju. Panorama helicopter view yang cantik. Dan landing di landasan yang dikitari nuansa kecoklatan.

Bandara Tromso | Dokumentasi pribadi
Bandara Tromso | Dokumentasi pribadi

Bus putih telah menunggu. Bus yang akan menjadi tunggangan kami selama kelana di utara lebih dari sepekan.

Michael dan temannya sigap menata 50 an koper besar kecil di bagasi.

Michael akan menjadi driver tetap kami, menyertai pengembaraan.

Tinggi besar putih, berwajah dingin, tak pernah tersenyum. Itulah tampilan Michael yang berasal dari Belarusia, negara pecahan Uni Soviet. Belarusia berarti Rusia Putih.

Walau tampilannya terkesan gangster, namun Michael berhati baik, kooperatif dan perhatian.

Menuju pusat kota, aura musim gugur segera terasa. Pohon - pohon kecoklatan, demikian juga rerumputan.

Lanskap Norwegia Utara didominasi perbukitan. Sering dijuluki sebagai Swiss di utara, karena kemolekan alamnya.

Bus menembus perut perbukitan lewat terowongan panjang. Terowongan pertama Norwegia yang kami lewati. Nanti selanjutnya puluhan terowongan cantik ala utara ini akan kembali kami jelajahi.

Terowongan Tromso | Dokumentasi pribadi
Terowongan Tromso | Dokumentasi pribadi
Langit mulai gelap, kami tiba di pusat kota. Suhu berkisar 5 derajat celsius.

Merapatkan jaket, santai berjalan kaki kami mengeksplore jantung kota kecil Tromso.

Kota Tromso | Dokumentasi pribadi
Kota Tromso | Dokumentasi pribadi
bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun