Namun tidak seperti Hamlet yang penuh keraguan, to be or not to be bagi Spanyol dan Inggris adalah optimisme untuk meraih mahkota bola Eropa 2024.
Di perhelatan ini, Spanyol membukukan kemenangan sempurna enam kali berturut - turut.
Inggris akan menjadi mangsa ke tujuh atau terakhir yang harus ditumpas.
Bila tim matador berjaya, maka raihannya tak lagi tertandingi negara bola lainnya di benua biru. Menyandang mahkota terbanyak, empat kali. Meninggalkan Jerman yang pernah menang 3 kali.
Bagi lawan - lawannya, Spanyol di piala Eropa 2024 adalah sebuah teka - teki strategi dan improvisasi. Enigma tak terduga yang akan memberikan kejutan buruk bagi rival - rivalnya yang sedikit saja lena.
Inggris adalah musuh terakhir Spanyol yang harus memecahkan rahasia enigma tim matador ini. Tim yang diperkuat oleh barisan senior dan para belia yang berbahaya.
Bagi Inggris, tim bertaburan bintang dan telah menemukan jati dirinya, akankan ini menjadi perkara rumit memusingkan bagi Southgate untuk memenangkan laga?
Untuk menguak rahasia kekuatan musuhnya, perlukan Inggris harus berpura-pura gila seperti pangeran Hamlet. Menerapkan strategi non strategi, taktik non taktik, bertahan yang sejatinya menyerang. Atau berkamuflase menyerang, yang sebetulnya bertahan.
Tentu tidak harus seperti itu. Perkara rumit dan komplek justru biasanya memiliki solusi sederhana.
Publik Inggris diliputi optimisme dengan performa Inggris saat menundukan Belanda.
Permainan Inggris di semi final itu ibarat karyawan pergi liburan. Rilek, percaya diri dan menikmati suasana. Kebalikan dari aksi - aksi sebelumnya, Â yang seperti pegawai pulang pergi kantoran. Teratur, kaku, melelahkan tak inspiratif.
Tiga singa telah meluapkan bah dari potensi banjir yang dimilikinya. Merapal dan menumpahkan tenaga dalam yang mengalir di tubuhnya. Memupus harapan laskar Oranje di semi final.