Sepak bola adalah olah raga paling populer dan disukai di dunia.
Entah kapan jenis olah raga lain bakal mampu melampauinya.
Bulan Juli 2024, sepak bola menjadi siksa nikmat dimana - mana.
Piala Eropa dan Copa America 2024 diselenggarakan bersamaan, di belahan waktu yang berbeda. Ajang kompetisi seru yang pasti tak kan terlewatkan bagi penggilanya.
Para penggemar bola Indonesia memelototi layar kaca, sejak dari pertengahan malam hingga menjelang tengah hari berikutnya. Memaksa tubuh begadang, demi siaran langsung bola dari Jerman dan Amerika.
Dua benua kampiun bola itu seolah bersaing. Memamerkan kualitas, bagaimana bermain bola yang  efektif. Benua mana dianggap paling unggul, yang layak menyandang penguasa budaya bola nomor satu.
Rule of the game yang diterapkan dalam dua kompetisi akbar ini nyaris sama. Hanya sedikit yang berbeda, yaitu pada tanding babak gugur.
Di Piala Eropa, masih diterapkan waktu perpanjangan 2 x 15 menit, saat tempo normal 2 x 45 menit kedua tim skornya berimbang. Apabila waktu perpanjangan usai skor tetap imbang, baru dilakukan adu finalty. Untuk menentukan siapa pemenang, siapa pulang kandang.
Sedangkan di copa America, tidak ada lagi waktu perpanjangan. Ketika waktu normal skornya imbang, langsung babak adu finalty.
Tentu dua model waktu perpanjangan dan non perpanjangan itu ada plus minusnya.
Menurut anda, mana yang lebih tepat?
Meskipun bukan fanatikus bola, awak sebenarnya pingin nonton, menikmati siksa bola itu semua - muanya. Baik piala Eropa maupun Copa America. Namun berhubung fisik sudah senior walau kemauan junior, awak lebih banyak nonton langsung laga - laga piala Eropa.
Piala Eropa 2024, barangkali adalah laga major perpisahan bagi para veteran jagoan bersama timnasnya.
Seperti, Cristiano Ronaldo dan Pepe untuk timnas Portugal. Lalu Luka Modric dari Kroasia. Dan Toni Kross bersama timnas Jerman.
Ketiga timnas itu kandas di awal dan di babak perempat final. Ronaldo menangis, Modric tercenung sedih. Kross tetap dingin, wajahnya datar, khas Bavaria.
Selanjutnya kisah perjuangan, perjalanan penuh warna dan emosional bersama timnas akan menjadi memori dan nostalgia indah nan mengharukan bagi para veteran itu.
Selain moment babak akhir kiprah para gaek bola, di kompetisi seru ini kita dikejutkan tim - tim non unggulan. Yang membuat para unggulan kandidat juara kalang kabut.
Tim non unggulan seperti Swiss, memupus harapan Italy juara piala Eropa 2020, mengalahkannya di babak 16 besar. Di perempat final, Swiss juga hampir memulangkan Inggris, finalis piala Eropa 2020. Inggris baru bisa mengalahkan Swiss di babak adu finalty.
Tim non unggulan lainnya Slovakia, negara kecil pecahan Ceko Slovakia juga memberikan perlawanan sengit, membuat repot tim besar. Kemudian Albania dan Georgia.
Slovakia, membobol gawang Inggris di babak awal pertandingan 16 besar. Inggris baru menang dramatis, memasukkan 2 gol saat injury time. Melalui tendangan salto Bellingham penyerang Real Madrid. Dan tandukan Harry Kane, striker Bayern Munchen.
Dan tentu saja kejutan dari negeri setengah Eropa setengah Asia. Yakni Turki, yang menyajikan aksi - aksi ciamik tak terduga. Kegarangan laskar negeri tari perut itu nyaris menghentikan langkah timnas Belanda melangkah ke semi final. Namun Belanda selamat, saat babak akhir pertandingan berhasil melesakkan 2 gol.
Kini babak perempat final tlah usai. Empat tim unggulan Jerman, Portugal, Italy dan Belgia luruh, menelan kenyataan pahit, tersingkir dari arena.
Terutama Jerman yang sejatinya main solid sejak awal. Namun sayangnya terlalu cepat bertemu skuad Matador yang lagi tajam - tajamnya menusuk. Dan Der Panzer harus bertekuk lutut, mengakui keunggulan tim merah Mediterania itu.
Sebagai tuan rumah Jerman sangat kecewa. Demikian juga para pemirsa seluruh dunia. Karena babak final akan lebih menarik dan emosional manakala tuan rumah menjadi salah satu finalisnya.
Namun apa mau dikata. Dewi Fortuna menggariskan hal tak sesuai harapan mayoritas. Jerman tlah gugur kepagian.
Kini empat unggulan telah menyematkan stempel babak semi final. Spanyol akan menghadapi Prancis, juara piala dunia 2018. Dan semi finalis lainnya, Inggris tim 3 singa akan duel melawan laskar William Orange, Belanda.
Siapa calon juara jagoan anda?
Dari catatan, Spanyol tlah meraih juara Eropa sebanyak 3 kali. Prancis 2 kali dan Belanda 1 kali. Sedangkan Inggris belum pernah sekalipun juara. Di piala Eropa 2020, Inggris berhasil sampai di babak final. Namun gugur di kandang sendiri, di stadion Wembley London. Di depan suporter fanatiknya, dikalahkan Italy saat adu finalty.
Kini di babak - babak akhir piala Eropa 2024, dari sisi ambisi, tekad dan materi skuad tentu Inggris yang paling memikul motivasi tinggi, sekaligus menanggung beban misi untuk meraih juara pertamanya.
Saya pribadi memperkirakan, Inggris bakal bertemu Spanyol di final. Dan potensi Inggris untuk menjadi pemenang diatas 50 persen.
Mari kita tunggu dan lihat laga - laga seru berikutnya di babak semi final dan final Piala Eropa.
Biarlah siksa nikmat bola mendera kita - kita.
Selamat bersitegang dan bersuka ria bola.
Selesai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H