Argentina kaget dan marah. Segera mengobarkan permainan. Menggedor dan mengurung. Suplai dan umpan ciamik Angel Di Maria yang khas dan berbahaya beruntun mengalir ke lini pertahanan Arab.
Namun kiper hebat dan defender tim hijau bak benteng Konstantinopel yang masif, pengkuh tak tertembus. Sampai peluit akhir berbunyi, skor tak berubah 2 - 1 untuk Saudi Arabia.
Sungguh kemenangan yang sakral mahal dan tak ternilai.
Gugur sudah reputasi Argentina sebagai tim jawara yang dalam 36 pertandingan terakhir berturut - turut tak terkalahkan. Terdelete oleh lawan yang tak diperhitungkan. Sungguh kenyataan tak terduga amat pahit yang tak bisa diterima.
Eforia kemenangan Arab tidak hanya dirayakan di negeri Saudia saja. Ketika raja Salman memberi libur nasional bagi seluruh pekerja untuk bergembira mensyukuri kejayaan. Namun kemenangan Arab kali ini juga kompak dirayakan oleh negara - negara jazirah Arab lainnya. Perayaan itu sungguh kekompakan yang sangat jarang terjadi.
Kemenangan Arab adalah kemenangan timnas Asia pertama di ajang piala dunia atas tim Argentina. Kemenangan yang menginspirasi tim Asia lainnya untuk bertarung lebih hebat dan berjaya.
Kita sering mendengar istilah bahwa kemenangan itu menular di lingkungannya. Penularan itu terbukti di fase grup hari berikutnya. Jepang seolah terinspirasi, dan mengulang sukses Arab saat menghadapi dan menumbangkan tim raksasa Der Panzer, Jerman.
Publik masih mengira, pada babak awal Jerman akan mudah menekuk tim Samurai biru Jepang.
Skoring Jerman vs Jepang ini mirip dengan hasil duel Argentina vs Arab.
Di menit 33, Gundogan pemain Jerman dari klub Manchester City sukses mengeksekusi penalti untuk kemenangan Der Panzer.
Namun sebagaimana tim Arab, di babak kedua keuletan dan ngototnya tim matahari terbit membuat Jerman tunggang langgang kelimpungan. Tusukan dan tebasan beruntun Samurai 2 kali menjebol gawang Der Panzer di menit 75 dan 83. Jepang menang 2 - 1, Jerman terpuruk.