Dimana sekarang lenggahnya. Anak berapa, cucu berapa, masih aktif. Dan ditutup dengan perkataan harapan bersama. Sing penting sehat.
Diantara pilar - pilar perkasa di Balairung megah itu, 45 tahun lalu kita mencanangkan cita dan merenda harapan masa depan. Pilar - pilar yang menjadi saksi bisu kegembiraan lulus ujian. Juga saksi rasa frustrasi sulitnya menulis skripsi.
Di acara welcome dinner malam itu, saya akan mengusap pilar bulat penopang tegaknya gedung pusat UGM. Seraya membisiki, barangkali juga menitikan tetes luh kaulah salah satu saksi utama perjalananku, aku ingin sekuat kamu disisa waktu pengembaraan ku.
Di Balairung itu pula, pertama kali saya percaya diri menyanyi lagu legenda Bengawan Solo karya Gesang. Penuh penghayatan diiringi piano dan ensemble gitar akustik teman se fakultas. Suara dan harmoni konser mini itu menggaung melingkar - lingkar mengusapi puluhan pilar perkasa itu. Menjadi ruwatan gairah hidup kala itu.
Betapa epik kenangan Balairung. Perjalanan hidup adalah rangkaian memori - memori yang beriring. Gembira maupun sedih. Di Balairung jejak langkah kami tersaksi.
Reuni selalu menggugah dan membangunkan energi. Energi positif baru sebagai bekal menuntaskan misi hidup yang tersisa. Namun juga akan mengingatkan kembali kepada teman - teman yang telah berpulang mendahului. Semoga para sahabat mendiang tenang dan tersenyum di alam sana. Ikut menikmati kebersamaan dan kegembiraan reunian akbar 77.
Selamat bereuni temanku, rekan seperguruan di padepokan Bulak Sumur angkatan 77. Empat puluh lima tahun kebersamaan, persahabatan dan perjuangan. Selamat berbahagia dan terharu biru, bercengkerama mengenang masa lalu.
Hidup begitu indah. Jangan sia - siakan. Hanya nikmati.
Tetap sehat dan semangat. Yang penting ojo lali hepi.
Selesai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H