Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pengalaman Memimpin Korporasi BUMN di Indonesia Timur (1)

14 Oktober 2021   08:00 Diperbarui: 6 November 2021   08:17 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
View Pelabuhan Makassar. (Dokpri)

  

Hampir dipastikan pekan ini PT Pelindo 1,2,3 dan 4 akan berstatus Almarhum. Bakal lahir entitas baru PT Pelindo sebagai hasil peleburan 4 perusahaan pelabuhan laut itu. 

- PT Pelindo adalah BUMN yang bergerak di bidang Pandu Tunda kapal, Bongkar Muat barang dan petikemas, penumpukan di gudang dan lapangan, jasa lainnya - 

Barangkali itu memang tuntutan jaman. Atau mungkin juga kebutuhan para stake holder. 

Peleburan Pelindo menjadi takdir yang tak terelakan dan harus segera terjadi. Jam tayangnya pun telah ditetapkan. Bersamaan dengan hari kesaktian Pancasila, satu Oktober 2021 pukul 0.00.

Saya sebagai alumnus Pelindo4 dan Pelindo2 ikut berharap, mudah mudahan Pelindo baru hasil merger ini akan menjadi new entity yang juga sakti. Bermanfaat dan membuat bahagia seluruh stake holder, para pemangku kepentingannya. Sehingga muksa nya Pelindo 1, 2, 3 dan 4 tidak percuma dan bukan hanya sekedarnya. Semoga.

Sebagai alumnus, yang 9 tahun lebih ikut bahu membahu bersama warga Pelindo4 lainnya, tentu banyak kenangan suka duka bekerja di wilayah Indonesia Tengah dan Timur ini. 

Kenangan dan kesan yang tertoreh bak diorama di permukaan batu gilang hitam keras. Yang akan sulit terkikis oleh guyuran air atau dengan berlalunya waktu sekalipun.

Catatan catatan berikut ini adalah sebagian untaian memori yang saya lakoni selama di Pelindo4.

Menjadi Warga Pelindo4

Bulan Mei tahun 2002, saya mendapat undangan dari kantor Kementerian BUMN. Besok sore akan dilantik menjadi salah satu direktur di PT Pelindo4.

Menjadi direktur di Pelindo4?
Tak pernah sedikitpun terlintas di pikiran, selama hampir dua puluh tahun merintis karir di Pelindo2. Waktu itu saya telah lebih dari 3 bulan menjadi pelaksana tugas Direktur Keuangan Pelindo dua. Karena dirkeu, pak Thantawi Hamid (Almarhum) telah dilantik menjadi Dirut PT Djakarta Lloyd. Bahkan sebagai Plt, pelaksana tugas saya merasa yakin akan segera dikukuhkan sebagai Direktur Keuangan Pelindo2 definitif.

Undangan itu cukup mengagetkan dan tak terantisipasi. Tapi itulah undangan yang datang sore itu.

Menjadi direksi BUMN adalah suatu berkah sekaligus tantangan pengabdian. Namun bagi saya kala itu akan dilantik sebagai Direktur Pelindo4 adalah berkah yang tak diharapkan.

Bakda Mahrib di kantor, dengan hati gundah bersama staf merampungkan bahan rapat dengan Dewan Komisaris besok pagi. Mungkin akan menjadi rapat terakhir saya di Pelindo2.

Bakda Isya telah di rumah, berkumpul dengan isteri dan dua anak yang masih SMP dan SD.

Di perjalanan tadi, dari Tanjung Priok menuju pulang hati tambah panas, merasa kecewa dan mutung. Di atas tol Cawang memutuskan, akan segera mengundurkan diri setelah pelantikan besok sore dan pensiun dari Pelindo 2. Entah selanjutnya bagaimana, itu urusan nanti.

Di rumah menyampaikan niat undur diri itu kepada keluarga. Isteri sependapat dan mendukung pengunduran diri. Anak yang SMP cuek mengatakan terserah bapak, bapak yang menjalani.

Giliran si bungsu berpendapat. Dengan polos berkata, kalau mundur ilmu bapak  tidak akan bertambah.

Kata kata si bungsu seperti sinar laser menusuk gumpalan keras kekecewaan. Emosi itu sedikit luntur, pikiran mulai bekerja.

Masuk kamar, menghubungi senior pejabat di Kementerian Keuangan. Mengemukakan persoalan, minta pertimbangan.

Senior mendengarkan curhat saya, hening. Suara saya tersendat sendat mendominasi pembicaraan.

Setelah mendengarkan beberapa saat senior mulai bicara menusuk. Sudah selesai unek uneknya Mul? Aku paham kamu kecewa. Tapi sadar tidak? Menurutku kamu menghargai diri sendiri terlalu tinggi sehingga kecewa berlebihan dengan putusan itu. Mengangkat, menghentikan, memindah adalah hak pemegang saham. Entah salah entah benar. Yang jelas pasti kamu belum memahami apa yang terkandung seluruhnya dari rencana kepindahanmu itu. Barangkali niatnya memang baik. Atau ini adalah bagian misteri karir yang harus dihadapi. 

Coba kamu sareh dulu dan berpikir agak jangka panjang. Kalau kamu mundur setelah dilantik itu menunjukan kamu kekanakan, hanya memuaskan ego saja. Pemegang saham pasti tersinggung, persepsi tentangmu buruk. Saran saya jalani dulu SK itu. Setelah nanti 3 bulan merasa tidak cocok, kamu boleh mengajukan pengunduran diri. Tapi jangan besok setelah pelantikan.

Pada jaman apapun nasihat senior yang lebih berpengalaman itu memang selalu diperlukan. Saya dengan segala rasa kecewa yang tersisa menuruti nasihat itu.

Sore hari berikutnya saya dilantik sebagai Direktur Keuangan Pelindo4. Pak Fariz Assagaf ( skrng Almarhum) sama sama Senior Manager di Pelindo2 juga dilantik sebagai Direktur Personalia dan Umum Pelindo4. Pak Djarwo Surjanto dari Pelindo3 menjadi Direktur Utama yang baru, pak Alfred Natsir orang dalam Pelindo4 sebagai Direktur Usaha yang baru. Sedangkan Direktur Teknik tetap dijabat oleh pak Sudarmadji.

Kebalikan dari saya, pak Fariz sangat bersemangat dipromosikan menjadi Direktur di Pelindo4. Karena beliaunya asli kelahiran pulau Ternate yang pelabuhannya berada di wilayah Pelindo4. Juga pak Fariz adalah alumnus Universitas Hasanuddin Makassar.

Pak Fariz tahu saya kecewa. Untuk keberangkatan ke Makassar beliau bersusah payah mengurus dan membelikan tiket pesawat untuk saya dan isteri. Naik Mandala Airline yang akan transit terlebih dahulu di Surabaya.

Siang itu dengan pesawat Mandala, kami suami isteri berempat tinggal landas menuju Makassar via Surabaya.

Tahun 2002 sebagian tempat duduk di deretan belakang pesawat diperuntukkan bagi para smoker. Pak Fariz dan isteri duduk di belakang. Wajahnya berseri seri mendapat promosi di Makassar, sembari tak henti hentinya mengepulkan asap berbatang batang Gudang Garam filter.

Sore yang basah, saat Mahrib waktu Makassar. Menembus guyuran hujan, Mandala mendarat keras di landasan bandara Sultan Hasanuddin lama.

Kami berjalan beriringan. Pak Fariz turun dari pesawat melangkah gagah bak jagoan dari super hero serial Marvel. Saya berjalan disampingnya lesu seperti serdadu kalah perang.

Masuk gedung bandara, beberapa staf Pelindo4 tergopoh gopoh menyongsong. Segera mengurus bagasi kami yang nanti akan disampaikan di kamar hotel.

Keluar ruang utama bandara, di tengah kerumunan sesosok wajah hitam manis bersisir rambut belah tengah mendekat, tersenyum lebar. Menyapa ramah, selamat datang bapak bapak direksi dan ibu di Makassar.

Itulah kali pertama saya mengenal pak Jopy Uktolseja nyong Ambon (skrng Almarhum) yang kala itu menjabat sebagai Senior Manajer Umum Pelindo4.

Jabatan hangat, sapaan menghormat pak Jopy memberikan kesan pertama terhadap Pelindo4 yang bersahabat. Hatipun ikut merasa hangat.

Dari bandara menuju hotel Quality di pantai Losari. Saat itu hotel ini adalah yang terbaru di Makassar. Kami akan menginap di hotel itu beberapa hari sebelum pindah ke perumahan di jalan Alaudin.

Hampir pukul 19.00 kami tiba di hotel. Di lobi pak Djarwo dengan hem lengan pendek warna kuning bergaya hormat main main ke arah kami. Kami membalasnya. 

Rupanya pak Djarwo sudah kenal akrab dengan pak Fariz cukup lama. Saya belum begitu mengenal pak Djarwo. Gaya hormat tidak sungguh sungguh itu memberikan kesan tak terlupakan bagi saya, humble dan menghargai orang lain.

Tergesa gesa kami bergabung acara makan malam bersama Dekom, direksi lama dan direksi baru di RM Surya.

Di ruangan telah hadir lengkap anggota Dekom. Pak komut Eteng Amin, Prof Burhamzah, pak Mustafa, pak Sumartono dan anggota komisaris satunya saya lupa. Masing masing bersama isteri.

Juga direksi lama Pak Prayitno, pak Chalid Tahir, pak Bambang Istijab, pak Dunda, pak Sudarmaji. Juga dengan para isteri.

Pak Djarwo dan ibu, pak Alfred dan ibu sudah hadir pula. Kami berempat datang paling belakang.

Malam perkenalan dan ramah tamah Dekom dan Direksi lama dan baru berlangsung hangat. Dengan sajian Sea food yang lezat, segar dan berlimpah. Pertemuan pertama yang langsung akrab.

Ada satu permintaan pak Eteng Amin sebagai komut yang tak kan pernah terlupa. Pak Eteng meminta supaya para direksi baru tinggal di Makassar bersama isterinya masing masing, jangan sendirian seperti sebagian besar direksi sebelumnya.

Kami mengangguk angguk, tetapi kelihatannya tak kan mungkin menepati permintaan itu sepenuhnya. Barangkali permintaan itu hanya terealisir kurang dari 10 persen waktu. Isteri isteri akan datang ke Makassar manakala ada acara yang melibatkan para ibu.

Malam itu saya tidur nyenyak kekenyangan. Persiapan besok pagi ada agenda acara. Pak Dunda dirpum lama mengajak direksi lama dan baru untuk bersama sama main sepak bola di lapangan Karebosi atau Matto Anging.

Penunjuk waktu HP  kala itu belum bisa otomatis berubah seperti sekarang. HP saya masih setelan jam Jakarta. Pagi itu alarm HP berdering terlambat satu jam dari yang diharapkan. Saya bangun kesiangan, tidak bisa mengikuti acara sepak bola.

Pagi itu daripada sendirian di hotel saya keluar cari angin. Isteri ingin tetap tinggal di kamar.

Berjalan kaki keluar lobi, belok ke kiri menuju pantai Losari. Masih sepi. Menyusuri jalan penghibur sisi pantai Losari lama yang berdinding tembok miring.

Sendirian, nangkring di pagar pembatas menatap ke barat. Cakrawala selat Makassar memanjang di pagi ranum, syahdu. Pulau Kahyangan melela begitu dekat. Di kejauhan pulau Samalona mengambang membayang samar.

Inilah Makassar, saya sudah disini dan harus tetap disini. Bisikku kepada diri sendiri untuk membesarkan hati. 

   berlanjut

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun