Morata sangat excited, selebrasinya seperti orgasme kecepatan. Akan ada pembalasan.
Suporter merah pendukung Spanyol bersorak sorai di tribun. Genderang ditabuh keras keras. Suporter biru berkostum tentara Romawi terdiam. Perjalanan masih panjang.
90 menit plus 3 menit berlalu. Babak perpanjangan harus digelar.
Babak perpanjangan 2 kali 15 menit. Para pejuang yang kelelahan. Pada saat letih menguasai badan, seseorang cenderung merespon situasi kembali ke karakter dasar.
Tiga puluh menit perpanjangan tidak begitu menarik. Seolah menjadi anti klimak laga. Gaya permainan kedua kesebelasan tanpa sadar kembali ke sifat dasar mereka. Itali dengan Catenaccionya dan Spanyol kelelahan ber Tiki taka. Babak perpanjangan berlalu. Tak ada tusukan berbahaya berlaku.
Untuk pertama di ajang ini, Itali harus menjalani adu pinalti. Spanyol sebelumnya telah memenangkan adu kiper ini saat melawan Swiss di perempat final.
Pinalti, eksekutor dan kiper berhadapan satu lawan satu di 12 lepas. Sebagaimana hasil penelitian, 90 persen lebih eksekusi pinalti itu berhasil membuahkan gol. Di momen genting ini, beban psikis lebih banyak ditanggung oleh eksekutor. Kiper memanggul beban mental lebih rendah. Karena kalau gol itu terjadi merupakan hal yang wajar. Kiper tidak akan dipersalahkan.
Disinilah memilih eksekutor harus cermat. Pemain berpengalaman yang memiliki jam terbang tinggi telah merasakan asam garam laga lah yang mesti dipilih sebagai penembak. Terutama penembak yang ke 1,4 dan 5. Mereka itu harus bermental baja. Kebal dari provokasi dan intimidasi.
Itali mendapat giliran pertama. Penembak pertama gagal. Menata bola dengan wajah tegang, arah tendangannya terbaca Unai Simon kiper Spanyol dan berhasil ditepis. Eksekusi pertama itu krusial, bisa memberikan efek penularan kepada eksekutor selanjutnya.
Olson gelandang serang, play maker Spanyol pemberi umpan gol Morata ditunjuk sebagai eksekutor pertama Spanyol. Entah karena tegang atau terlalu semangat, tembakan pemain berwajah dingin itu terbang melayang diatas gawang Italia. Suporter dan punggawa Itali bersorak, bernafas lega.
Penembak Itali dan Spanyol tak tertular kegagalan eksekutor pertama. Mereka berhasil menjebloskan bola ke gawang. Kecuali Alvaro Morata.Â