Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kolonial Heritage Journey 10

28 April 2021   10:19 Diperbarui: 29 April 2021   04:48 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelabuhan internasional Tanjung Priok terus berkembang hingga kini. Merupakan pelabuhan laut terbesar dan tersibuk di Indonesia. Sedangkan sejak keberadaan Tanjung Priok Sunda Kelapa menjadi pelabuhan untuk kapal kapal kecil.

Langit semakin meredup, angin laut sore beraroma khas menghembus pelan. Berlatar dua minaret Masjid gaya Turki menjulang di cakrawala panorama Sunda Kelapa sore itu terasa begitu romantik. Kami ditemani pak GM dan beberapa kolega IPC Sunda Kelapa menyusuri dermaga.

Ini tidak seperti yang awak bayangkan dan harapkan. Yakni jejeran kapal kapal kayu bersandar susun sirih masing masing terhubung dengan jembatan kayu melintang atau miring. Kemudian ada tenaga kerja bongkar muat telanjang dada betotot berkulit coklat kehitaman memanggul karung muatan sekitar setengah kuintal menuju ruang palka mendaki jembatan kayu itu. Sinar senja menerpa tubuhnya di jembatan miring, siluet berotot menyatu tertimpa bercak jingga. Moment yang selalu menjadi obyek foto epik favorit para turis untuk dijepret.

Momen itu kini jarang dijumpai.

Memang awak sudah sekitar sepuluh tahun tidak kesini, banyak terjadi perubahan fisik maupun cara kerja di Sunda Kelapa. Kapal kapal kayu ukuran sedang masih banyak bersandar berjejer sepanjang dermaga. Tapi tidak lagi dengan cara susun sirih. Buruh memanggul pun sulit lagi ditemui, kini cara manual panggul itu mulai ditinggalkan.
Kini kapal kapal kayu itu rata rata dilengkapi derek bongkar muat berukuran kecil. Derek yang sudah  menjadi bagian perangkat kerja kapal, dibawa kemanapun kapal pergi.

Small ship crane membikin bongkar muat lebih cepat, hemat. Buruh hanya membantu kerja crane, tak perlu lagi memanggul karung merepih jembatan kayu. Dan tentu saja pemandangan eksotis buruh pemanggul terpapar sinar mentari senja tak lagi ditemui.

Kapal kapal kontainer antar pulau dengan kapasitas muat 100 Teus atau 100 ukuran 20 kaki mulai bisa bersandar disini. Lapangan dengan tumpukan kontainer warna warni dibangun disana sini. Istilah pelabuhan rakyat bagi Sunda Kelapa kini berbeda nuansa dibanding masa sepuluh tahun lalu.

Lingkungan dan perairan Sunda Kelapa nampak bersih. Terasa nyaman berjalan  sore sore disini.

Kapal kelotok sewaan kapasitas enam orang telah menunggu di pinggir dermaga. Hati hati kami satu persatu melompat ke kapal kecil yang bergoyang goyang kiri kanan. Pak navigator dari Banten mengulurkan tangan membantu untuk keseimbangan.

Kapal kelotok dengan bendera Merah Putih berkibar di haluan berkelotok kelotok di perairan. Langit luas tanpa batas menaungi, perahu kecil tumpangan gagah berani meluncur arah cakrawala menjauhi tepian.

Perahu mesin dua tack tenang santai melewati kapal kapal kayu yang bersandar di kanan. Di sebelah kiri dua minaret masjid menjulang itu mulai menyala dibelakang tembok pembatas memanjang. Kumpulan anak telanjang dada ceria mandi laut, di sebelahnya siluet sosok pria berdiri di ujung jembatan kayu, asyik memegang wilah pancing. Matahari turun ke barat mendekat garis cakrawala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun