Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Amerika Latin, Catatan Perjalanan 21

30 April 2020   07:45 Diperbarui: 30 April 2020   13:22 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik



Antique street, Cuzco. Dokpri
Antique street, Cuzco. Dokpri
 

Cuzco berarti pusar. Karena secara geografis memang kota ini ibarat pusar yang melesak di perut lembah Urubamba gugusan pegunungan Andes. Suku Inca masa lalu meyakini kalau Cuzco sebagai pusar atau pusat dunia.

Tentu saja sebagaimana banyak keyakinan yang lain, klaim sebagai pusat semesta ini tidak didukung bukti bukti keilmuan. Tetapi hanya berdasarkan warisan cerita cerita pendahulu dari generasi ke generasi, words of mouth. Ketika Francesco Pizzaro penguasa Spanyol membangun kota Lima, juga menganggap ibukota Peru itu sebagai pusat dunia. Inipun tanpa bukti bukti perhitungan geografis atau matematis. Orang malas berpikir mempertanyakan hal hal seperti itu. Kalau ternyata tidak benar pasti bakal keliru selamanya. No matter no problemo lah hal hal seperti itu.

Yang nyata saat ini Cuzco adalah destinasi wisata ternama Republik Peru. Bersama sama dengan Machu Picchu, tahun 1983 telah ditetapkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO (United Nations of Educational, Scientific and Cultural Organization).

Selain para wisatawan mengunjungi peninggalan peninggalan suku Inca disini, Cuzco juga menjadi gerbang dan pangkalan bagi mereka yang akan menyambangi destinasi top wisata dunia Machu Picchu. Seperti halnya kami, rombongan latam besok juga akan ke Machu Picchu pergi pulang dari kota Cuzco.

Bangun pagi, hari pertama di Cuzco yang terlihat adalah vintage nya hotel tempat kami menginap..... vintage terminologi berasal dari sebutan anggur, diasosiasikan sebagai sesuatu yang kuno dan indah.... Membuka jendela keluar ke balkon. Dari balkon lantai dua ini dibawah tersaji nuansa khas Inca kuno. Jalan batu sempit memanjang dengan bangunan bangunan masif kuno tanpa ujung. Suasana pagi yang lengang, antik tidak biasa.

Kemudian selain yang nampak, juga ada rasa berbeda kepala agak pusing. Dan itu ternyata dirasa pula oleh sebagian besar teman teman rombongan latam, akibat dari udara yang tipis oksigennya. Sebagaimana nanti diperbincangkan saat sarapan. Terpaksa sebagian besar members latam harus membeli tabung oksigen untuk membantu pernafasan.

Awak sebagai mantan pendaki gunung pasti pernah mengalami udara seperti ini juga. Waktu beberapa puluh tahun yang lalu berada di puncak Semeru, gunung tertinggi di pulau Jawa dengan tinggi 3676 meter lebih tinggi dari Cuzco 3400 meter, rasa pusing seperti ini juga menyerang. Ternyata justru obatnya adalah dengan berjalan jalan pelan, akan dapat meredam serangan rasa lemas dan pusing itu. Inilah upaya adaptif terhadap lingkungan sebagaimana pejabat baru di lingkungan baru. Adaptif, evaluasi baru change.
 

Patio, Spanish style. Dokpri
Patio, Spanish style. Dokpri
dokpri
dokpri
Pukul 5.30 pagi turun dari kamar. Lukisan lawas gaya klasik dan surealis menghiasi dinding di selasar bepilar pilar lengkung Spanish style. Menuruni undakan tangga manual furnitur furnitur kuno teronggok di sudut sudut dan mepet di dinding. Memberi kesan shabby chic, lusuh yang menawan. 

Sebagaimana celana jins masa kini, pudar dan bolong bolong tetapi menawan. Melangkah pelan menikmati suasana keantikan hotel. Jadi teringat suasana hotel kuno Majapahit di Surabaya, hotel Tugu di bundaran Walikota Malang. Atau hotel kuno Inna Garuda di jalan Malioboro Yogya. Banyak orang suka suasana kuno seperti itu termasuk awak, namun tak kurang orang yang merasa takut dan mrinding menghadapi aura keantikan bangunan.

Di patio dan resto yang vintage, dengan Spanish Cuzco style kental sudah ramai wisatawan yang sarapan. Dan bersiap siap akan berangkat ke Machu Picchu....... kalau di resto kebanyakan hotel, biasanya baru dibuka pukul 6.30 untuk sarapan. Tetapi hotel hotel di Cuzco tamu bisa breakfast mulai pukul 4 pagi, menyiapkan khususnya bagi mereka yang akan berangkat ke Machu Picchu dini hari...

Keluar hotel belok kanan, sendirian menyusuri jalanan sempit sedikit menanjak. Melangkah pelan dalam naungan bangunan bangunan kuno masif perkasa, berornamen bebatuan hitam tersusun cantik rapi dengan balkon balkon kecil Spanish. Setelah berjalan pelan sejenak, rasa pusing dan lemas itu berkurang bahkan akhirnya menghilang. Udara pagi begitu sejuk dan menyegarkan badan. Menarik nafas dalam dalam, menyedot sawab energi Inca kuno.

Menyusuri jalan sempit ini nuansanya serasa menyusur kampung batik di Kauman atau Laweyan kota Solo yang juga jalannya sempit dan kuno. Kalau di Solo bangunan bangunan peninggalan Belanda itu banyak berhias pintu jendela ornamen kayu jati utuh kuat, bergaya Jawa. Di Cuzco bangunan kuno ini didominasi ornamen ornamen batu yang variatif, rapi dan padu. Keterpaduan dan cita rasa yang memukau. Memang suku Inca dikenal sebagai ahli penata batu berseni.

Jalanan sempit memanjang lengang, seolah tak berujung. Sendirian menghela langkah diuari udara pagi yang dingin. Lingkungan ini terasa kosong magis sekaligus indah. Kaki terus melangkah menuju plaza luas yang tadi malam sepintas terlihat.

Cuzco old street. Dokpri
Cuzco old street. Dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
 

Melintasi ranting ranting jalan dan gang lebih sempit berhias bebatuan. Membayangkan kalau jadi sutradara film, kira kira shooting adegan seperti apa yang cocok di tempat ini. Romantis, Horor adegan kejar kejaran?

Berbelok beberapa kali, menyusuri rotunda berlengkung lengkung cantik akhirnya sampailah awak di plaza itu.

Peru sebagai negara yang pernah dikuasai Spanyol, pasti meninggalkan jejak jejak budaya dan arsitek dari negeri Matador. Sebagaimana di kota Lima, plaza tempat awak berdiri pagi ini disebut plaza de armas atau plaza major Cuzco. Kalau kita berada di kota Madrid ibukota Spanyol, bakal juga ditemui plaza major sejenis di jantung kota dengan warna warna tembok mencolok. Plaza major berarti lapangan besar atau plaza de armas yang bermakna lapangan parade. Pasti lapangan itu dibangun untuk tempat perayaan dan parade.

Pagi masih lengang duduk sendirian di kursi taman di tengah plaza de armas. Di depan, menjulang megah masif kathedral utama Cuzco nampak antik ikonik. Berdinding warna maron kuno, berarsitektur eklektik Inca dan Spanish, megah intimidatif. Di sebelah kanan awak, tegak gereja kolonial lebih kecil dengan warna serupa, merah maron.

Dibelakang awak adalah fountain aktif, sebagaimana di kota Lima dianggap sebagai titik pusat dunia. Di kejauhan gugusan pegunungan Andes melingkungi. Gugusan tinggi seolah mengepung kota ini. Suasana pagi lengang sunyi. Seolah hari sedang bermeditasi. Awak kagum dan larut dalam suasana, tepekur. Membayangkan kehebatan orang orang Inca kuno, baik cita rasa keindahannya serta kecerdasan trampil keteknikannya. Walaupun rata rata bertubuh mungil, namun mereka orang Inca kuno mampu menghasilkan legacy legacy megah, indah dan abadi hingga kini.

Penuh rasa kagum awak bangkit dari tempat duduk, menyeberang jalan. Menapak undakan kathedral yang memanjang. Berdiri di tengah halaman batu luas. Menikmati dan memotreti sekeliling. Membayangkan tengah berada di pusat dunia. Menarik nafas dalam, shocking udara miskin oksigen tak terasa lagi. Badan terasa bugar. Pelan kembali merasa bersyukur, mengucap Alhamdulillah. Tubuh tua ini masih bisa diajak kompromi untuk bepergian jauh.

Matahari mulai menunjukan keberadaannya, dengan bersit bersit cahaya menoreh langit. Orang orang berdatangan masuk gerbang utama kathedral. Rupanya ada misa pagi. Awak ikut melangkah masuk gerbang. Penjaga kathedral memberitahu, di dalam ruangan tidak boleh memotret dan tidak boleh duduk di kursi kecuali peserta misa.

Sejenak mengagumi ruangan megah kathedral tua ini. Tata lampu temaram membikin suasana adem, sakral sekaligus tintrim. Nyanyian koor sayup mengapung di ruangan sangat tinggi berdinding kelabu itu. Misa teduh pagi hari.

Keluar kathedral, kembali berdiri di halaman memanjakan diri bersensasi tegak di pusat semesta. Sekali lagi melayang pandang sekeliling menikmati dan mengagumi jantung kota Cuzco. Kota tua bersuasana khas. Ibukota kerajaan Inca masa lalu.

Melihat arloji, saatnya kembali ke hotel untuk sarapan.

Menuruni undakan, memunggungi kathedral dengan kubah besar, merah dan artistik ornamental barok. Bentuknya mirip kubah kubah Masjid, juga kubah kubah Hindu di India. Kembali awak menyusuri jalanan kecil tak berujung, menuju hotel.

Pagi yang segar, mencerahkan dan memorable.

Plaza de armas Cuzco zco
Plaza de armas Cuzco zco

Cuzco Kathedral. Dokpri
Cuzco Kathedral. Dokpri
    berlanjut

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun