2.2 Fushimi Inari
Meninggalkan Kyomizudera, Bus menyusuri tepian sungai di tengah kota Kyoto.
Di seberang sungai berderet bangunan dengan bentuk mirip menghadap sungai. Warna nuansa gelap. Seolah paham keingin tahuan kami. Ken menjelaskan, bangunan di seberang itu adalah deretan resto resto yang ramai di malam hari.
Lima belas tahun lalu, resto resto itu sangat ramai dan bersinar di malam hari. Para pengusaha menjamu kolega bisnisnya disitu sampai malam hari. Sering pula mereka mengundang Geisha untuk menyemarakan suasana.
Kini masa keemasan bisnis Jepang menyurut. Resto resto itu tidak begitu ramai lagi. Anggaran perusahaan untuk jamuan bisnis mengecil.
Korea Selatan dan Cina mulai menggerogoti pangsa pasar bisnis Jepang hampir di semua lini. Elektronik, Seluler, Otomotif.
Untuk segmen Eloktronik, Korsel sudah mengalahkannya. Pangsa Telivisi praktis dikuasai Samsung dan LG. Seluler demikian juga, Korsel dan Cina adalah rajanya. Samsung dan yang terkini adalah produk Cina, Huawei.
Tinggal Otomotif yang masih didominasi Jepang di seluruh dunia.
Persaingan yang semakin keras dan sering terjadi disrupsi tak terduga. Merusak tatanan yang normal. Raksasa raksasa bisnis tak jarang berguguran dalam waktu singkat. Untuk bisa survive menghadapi serangan para pesaing diperlukan adaptasi dan inovasi rutin berkesinambungan.
Bus berlalu dari resto resto tepian sungai, melaju mendekati Kuil Kekayaan, Kuil Fushimi Irani.
Tak berapa lama Bus sampai di lapangan parkir yang disediakan.
Kami berjalan kaki sekitar dua kilometer menuju gerbang Kuil.
Menyusuri jalanan khas Jepang,  bersih rapi. Menyeberangi dua kali rel kereta api. Saat mendekati gerbang, jalanan ramai, mulai padat. Kembali pemandangan asyik itu berseliweran di jalan. Remaja remaja putri dan sebagian kecil pria  memakai kostum Kimono.