Ken menyamakan Kyoto kota lama Jepang, seperti Yogya di Indonesia. Malaka di Malaysia dan Ayutthaya di Thailand.
Kota kota yang bagi sebagian orang di Negara masing masing sebagai tempat tetirah. Persinggahan untuk nge charge energi daya hidup, manakala hari hari dirasa mulai membosankan.
Bagi Awak sebagai alumnus Yogya dan sekarang berada di rantauan, jargon itu bukan hanya omong kosong. Ada kebutuhan, untuk setiap kali mesti bertandang lagi ke kota Gudeg. Meskipun terkadang tidak tahu mau ngapain.
Apalagi ada hymne yang sudah menjadi klasik. Lagu berjudul Yogyakarta dari grup musik KLA. Yang enak didengar dalam segala cuaca dan situasi perasaan. Lagu yang seolah mewakili suasana hati para rantau Yogya. Dengan syairnya yang puitis sederhana, namun terasa pas.
Cuplikannya,
pulang ke kotamu,
ada setangkup haru dalam rindu,
masih seperti dulu,
tiap sudut menyapaku bersahabat, penuh selaksa makna,
terhanyut aku akan nostalgi,
saat kita sering  luangkan waktu, nikmati bersama,
suasana Jogya
.............
.............
dst
Barangkali ada juga lagu sejenis Yogyakarya, untuk Kyoto. Senandung tentang rasa kangen dan tak ingin melupakan. Entahlah.
Pagi Kyoto masih seperti kemarin pagi di Osaka. Langit redup kelabu. Menyambutku kali pertama ke kota ini. Mempertegas aura dan nuansa seni budayanya yang melingkupi.
2.1 Kuil Kiyomizu
Bus dari Osaka belum datang. Menunggu sebentar. Tak berapa lama Bus masuk pelataran parkir. Rombongan pelawat naik, berangkat menuju Kuil Kiyomizu. Kuil yang menjadi top list destinasi Wisata Kyoto. Dikunjungi sekitar 3,5 juta wisatawan per tahun.
Kiyomizudera memiliki arti sumber air yang jernih murni. Pengunjung Kuil ini biasanya  melakukan ritual minum dan membasuh muka dari air yang berada di tiga pancuran. Dipercaya air ini menyehatkan dan membuat awet muda. Tiga pancuran terletak disamping kanan bawah bangunan kuil utama.