Bersama kerumunan pengunjung yang mulai ramai, kami melangkah undakan rendah pintu gerbang.
Byar.... Tiba tiba lurus di depan kami 600 meter disana, berdiri megah Taj Mahal legendaris itu. Teronggok bagai makhluk putih raksasa menatap kerumunan di pintu gerbang.
Dua pilar di depan, putih menjulang ke langit. Mengapit bangunan utama berkubah raksasa. Bak Mahkota.
Bangunan itu menghadap lurus ke gerbang utama. Diantaranya terhampar taman luas. Di tengahnya  kolam air memanjang mempertemukan Taj Mahal Putih dan Pintu Gerbang Merah. Spektakuler. Kolam di apit deretan pohon Pinus yang dipotong pendek rapi, simetris.
Taj Mahal benar benar nyata di depan mata. Bukan lagi sekedar hapalan pelajaran saat di Sekolah Dasar. Saya memandangnya dan sebentar lagi akan menyentuhnya, bahkan menginjaknya.
Alhamdulillah, Takjub. Inilah keajaiban Dunia itu.
Tidak jauh di kanan bangunan utama Taj, berdiri Masjid Merah tanpa menara. Di kiri Taj, berdiri bangunan berwarna serupa dengan Masjid. Merah. Taj Mahal benar benar tampak seimbang penampakannya.
Marmer putih Taj itu sangat berkualitas, tembus cahaya. Dari pengaruh sorotan cahaya yang menembus marmer, warna permukaan Taj akan berubah ubah.
Pagi hari saat Matahari terbit, konon Taj Mahal akan merona merah muda memantul di permukaan kolam di depannya. Pada siang hari, Taj Mahal adalah bangunan putih kemilau. Sedang pada malam hari, saat cahaya Bulan Purnama menerpa permukaan Taj Mahal berubah berwarna kuning keemasan. Sayang saya hanya akan melihat Taj waktu siang saja.
Persis di belakang Taj Mahal mengalir sungai Yamuna, salah satu sungai suci di India.
Masuk pintu utama bangunan Taj, tepat dibawah kubah utama terbujur batu nisan marmer putih serupa dengan warna seluruh bangunan. Dikelilingi pembatas rendah ornamental. Suasana temaram, hening dan sejuk. Hanya gemeremang rendah para peziarah. Sayang pengunjung tidak boleh mengambil foto disini.