Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Romantic Journey di India, Catatan Perjalanan 4

18 Maret 2019   14:34 Diperbarui: 18 Maret 2019   15:02 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1.2 Becak Race di Chandni Chowk

Chandni Chowk adalah pasar yang berusia hampir 400 tahun. Terletak di jantung Old Delhi. Menjadi saksi dan  perjalanan sejarah cemerlang dan sisi kelam Negeri India.

Pasar Chandni dibangun hampir bersamaan dengan pembangunan  Red Fort dan Masjid Jama. Tahun 1600 lebih di masa pemerintahan Sultan Shah Jahan. Ketika Shah memindahkan ibukota Dinasti Mughal dari  Agra ke Delhi, Sang Sultan memiliki Visi kekuasaan yang harus ditopang kekuatan empat pilar utama.

Empat pilar utama itu akan segera diwujudkannya.

Pilar pertama adalah berlangsungnya Efektivitas pemerintahan. Ini diwujudkan Sultan dengan membangun Red Fort, istana megah dan indah di jantung Delhi. Menjadi pusat dan Tahta darimana Sultan mengatur dan mengendalikan Negara. Konon di dalam Red Fort terdapat bangunan bangunan hebat serta taman taman cantik bergaya Uzbek. Sayang kita tidak ada agenda mengunjunginya. Disarankan untuk Trip ke India berikutnya perlu mengunjungi Red Fort.

Kemudian berikutnya Pilar Spiritual. Sultan yang seorang  Muslim ini percaya, bahwa semua kejadian di Dunia ini tidak terlepas dari campur tangan Tuhan YMK. Sebagai Sultan, Dia harus selalu mendekatkan diri kepadaNya. Agar mendapatkan berkah dan Safaat dari Nya. Untuk itu Sultan mewujudkan pilar ini dengan membangun Masjid Jama. Yang menjadi penopang pusat spiritual untuk memohon Takdir yang baik bagi Negerinya.

Pilar ketiga adalah  pembelajaran dan pendidikan. Untuk itu sejatinya Sultan juga membangun Madrasah. Tempatnya berdekatan dengan salah satu Gerbang Masjid Jama. Sebagai sarana pembelajaran ilmu Akherat dan Ilmu Dunia. Madrasah itu terbakar ketika terjadi kerusuhan. Dan tidak pernah dibangun kembali sampai sekarang.

Kemudian pilar  ke empat adalah kekuatan  perniagaan dan industri. Diwujudkan dengan membangun pasar Chandni untuk pusat perniagaan.

Komplit sudah Visi 4 pilar kekuatan itu diwujudkan. Spiritual, Pemerintahan, Pendidikan dan Perniagaan. Yang tereja wantah dalam bentuk fisik nyata. Yaitu Masjid Jama, Istana Red Fort, Madrasah Jama dan pasar Chandni Chowk.

Meresapi Visi pilar Sultan Shah Jahan, saya jadi teringat ketika membaca buku Biografi senior kita Bpk Wardijasa. Buku berjudul Wardijasa, Menjaga Asa Industri Kimia itu antara lain menyiratkan kalau pak Wardi itu sosok ABG. Seorang tokoh yang pernah intens berkecimpung di dunia Academy, Business dan Government atau ABG.

Dokpri
Dokpri
Ketika tahun 1960 an saya masih bermain petak umpet dan mencari Belut di sawah, pak Wardi sudah menjadi Dosen. Bahkan ketua jurusan Fakultas Teknik Kimia di UGM. Kemudian beliau juga menjadi Nahkoda di beberapa BUMN, PT Pusri, Pupuk Kujang. Dan selanjutnya menjabat Eselon satu Departemen Perindustrian. Lengkap sudah. Kita doakan semoga Bpk Ibu Wardijasa selalu sehat, tetap berkarya dan enjoy life. Aamiin.Pasar Chandni Chowk dirancang oleh salah satu puteri Sultan Shah Jahan. Sebenarnya menyebut pasar Chandni Chowk itu berlebihan. Karena dalam bahasa Urdu.... bahasa integrasi dari bahasa Arab, Persi dan India.... Chandni berarti Terang Bulan dan Chowk adalah pasar. Jadi Chandni Chowk berarti Pasar Terang Bulan.

Pasar Chandni dirancang berbentuk blok blok  yang dibatasi kanal kanal air. Pada saat Bulan Purnama, sinarnya memantul di permukaan kanal kanal itu. Memberikan penerangan redup romantis dari Toko toko yang buka sampai malam. Itulah asal muasal sebutan Pasar Terang Bulan sejak hampir 400 tahun yang lalu.

Tentu saja kanal kanal itu kini tinggal cerita. Tidak ada lagi. Sudah diurug, menjadi lahan untuk perluasan pertokoan.

Kini Chandni Chowk adalah pasar teramai di India. Disitu bisa ditemui ribuan jenis  masakan India. Ratusan model Tekstil, kain dan Sari. Onderdil, mainan dan sebagainya. Hampir segala dagangan dijual di pasar riuh ini.

Setelah mengambil sepatu di penitipan, rombongan kembali menuruni 35 undakan pintu selatan. Dari undakan nampak jalanan macet dan riuh rendah dengan bebunyian aneka klakson.

Sampai di dasar undakan disambut para penjaja aneka souvenir yang gencar menawarkan dagangan. Salah satunya bapak tua menjajakan Cemeti Gajah atau Kuda. Profil pak tua ini mengesankan. Berjas dengan sarung penutup pantalon dan juga bersorban. Bercambang dan kumis baplang sorot matanya tajam berkilat kilat. Profil seperti ini sebenarnya layak dimiliki oleh seorang Brahmana atau Ksatria. Namun bapak itu hanya menjajakan Souvenir. Atau apakah dia seorang Bangsawan yang sedang menyamar?

Penampilan memang kadang kadang menipu. Dari jarak jauh Huawei kesayangan  membidik profil adreng itu.

Dibawah Vijay sudah menunggu. Dan memberi instruksi. Kita akan melakukan Convoy dengan Becak manual. Bukan yang bermesin. Sebanyak tujuh belas Becak akan beriringan. Satu Becak dinaiki dua penumpang.

Rute sudah ditetapkan dan biaya sudah ditanggung. Vijay menambahkan para pengayuh Becak ini mengharapkan diberi tip. Minimal 100 Rupee, maksimalnya  terserah masing masing. Tip supaya diberikan setelah kembali dan berhenti di depan Gerbang selatan Masjid.

Becak ride dimulai. Saya dan junior bertemu pengayuh berambut hitam rapi. Tubuhnya langsing namun berotot. Rambut berombak disisir ke belakang licin. Di pergelangan kirinya melingkar jam tangan kuning Emas mencolok. Rolex atau Lolex.

Dokpri
Dokpri
Kayuhan pertama menggoncang. Becak segera melaju. Menyelinap diantara himpitan mobil mobil berjejal. Bersimpangan dengan motor, gerobag dan segala macam kendaraan.Sisa sisa gerimis pagi tadi meninggalkan genangan dan sebaran tanah. Membuat Becak Racing semakin mendebarkan.

Becak kencang memotong jalan berbelok kanan. Menyusur lorong sempit laksana memasuki fantasi. Ratusan untaian Kabel kait mengkait tak beraturan dari bangunan ke bangunan. Kabel listrik, telpon dan entah apalagi. Di atas kabel berayun ayun lincah beberapa ekor monyet seolah menonton balapan Becak di jalanan becek itu. Unbelievable.

Becak beroda tiga ini bergoyang. Hampir terjerembab ketika salah satu rodanya masuk jalan berlobang. Saya tertawa lepas, junior sedikit tegang.

Pengayuh ramping ini kerja keras ketika lorong sedikit menanjak. Pantatnya melambung dari sadel untuk mendapatkan kekuatan tambahan. Barangkali dua penumpang 165 Kg jarang dia temui.

Pengayuh ini memang perkasa. Di depan toko kain Sari dia menyalib Becak di depannya sambil membunyikan bel nya keras keras.

Di lorong sempit dibawah jelujuran kabel bak belantara bersulur ini orang menjajakan berbagai dagangan. Penganan, buah buahan, pakaian, mainan dan bermacam macam lagi.

Ketika Becak belok ke kiri memasuki jalan agak lebar....Alamak.......Di pinggir jalan duduk di dingklik tukang cukur santai menjalankan tugasnya. Anjing berkeliaran santai mengais makanan.

Di jalan yang sama, Becak melewati orang bermain kartu. Mencuci baju, orang orang mandi bersabun. Bahkan melewati peniup seruling India di depan keranjang Ular Kobra yang kepalanya mendongak, siap memagut.

Inikah miniatur India? Atau sekedar sepotong pojokan di sudut Nostalgi India lama.

Ketika racing hampir berakhir, jalanan kembali menanjak. Pengayuh itu terengah engah. Berkali kali berbisik, heavy work, heavy work.

Usai sudah Becak racing yang mendebarkan. Turun dari Becak di Gerbang selatan Masjid.

Pengayuh Becak tersenyum mengembang, ketika menerima tip lebih dari Junior.

Dokpri
Dokpri
          Bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun