Mohon tunggu...
MULYATI
MULYATI Mohon Tunggu... Guru - ASN

menulis adalah menciptakan ruang untuk mencurahkan segala ekspresi

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Bahagianya Bisa Nulis Artikel di Koran

11 Mei 2020   10:36 Diperbarui: 11 Mei 2020   10:42 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Berawal dari mata kuliah penulisan karya ilmiah yang saya dapatkan di semester 3 dulu akhirnya kenal dengan yang namanya artikel ilmiah populer. Tugas yang mengharuskan saya menerbitkan artikel di koran sangat memotivasi diri untuk bisa menulis. 

Apalagi diembel-embeli bahwa setiap tulisan yang berhasil nongkrong di salah satu rubrik koran lokal maupun nasional akan mendapatkan uang saku baik dari pihak Fakultas maupun Rektorat. Begitulah iming-iming dari Sang Dosen yang selalu menjadi kompor bagi mahasiswanya.

Bukannya tanpa hambatan, meskipun secara teori sudah dijelaskan panjang kali lebar sewaktu kuliah, ternyata menulis bukanlah perkara mudah. Hanya untuk sekedar menemukan ide saja sulitnya minta ampun. Apalagi harus merangkai kata yang berkesinambungan dan mudah dipahami. 

Sulitnya bukan main. Seringkali hanya mentok sampai judul hahahaha. Itu saja terkadang belum tepat ketika saya ajukan ke Dosen. Pemilihan diksi untuk judul saja sangat menentukan kemenarikan sebuah artikel.

Berulang kali ngirim artikel ternyata belum tembus juga. Sampai batas waktu yang ditentukan pun ternyata saya belum berhasil menerbitkan artikel di koran. Yasudahlah pasrah, nilai A yang sudah dijanjikan pun harus rela saya lepaskan. Mungkin belum saatnya tulisan saya bisa terbaca oleh khalayak.

Perkuliahan penulisan karya ilmiah sudah berlalu. Waktu itu sudah ganti semester. Tetiba hati saya tergerak ingin sekali menulis artikel ketika melihat sebuah peristiwa nasional dan sedang ramai-ramainya dibahas. Kalo tidak salah ingat, peristiwa itu ketika Edi Baskoro mengundurkan diri dari anggota DPR. 

Muncullah ilham dalam otak saya untuk membahas kontroversi yang tengah panas di masyarakat. Terciptalah sebuah artikel berjudul "Ketika Rakyat Ditinggalkan Wakilnya". Sebenarnya waktu itu hanya iseng, sudah tidak berani berharap seperti dulu-dulu karena takut baper. Apalagi tulisan tersebut bertema politik bidang yang saya tidak ngerti sama sekali.

Keesokan harinya, saya mencoba membuka epaper Harjo yang kala itu masih bebas akses alias gratis. Ternyata artikel saya termuat di rubrik jagongan. Memang bukan rubrik bonafit yang bisa menghasilkan komisi alias gratisan. 

Namun teman-teman, saya merasa sangat bahagia waktu itu. Akhirnya pecah telor. Saya berhasil nongkrongin artikel di koran dan dibaca oleh banyak orang. Sejak saat itu saya asah dan asah terus kemmpuan menulisssaya dengan cara sering mengikuti berita aktual dan membaca apa pun tidak terkecuali novel.

Lalu, kenapa penting membaca teman-teman? Jadi kemampuan menulis kita sangat ditentukan oleh seberapa sering kita membaca. Semakin banyak buku yang kita baca, idealnya semakin banyak diksi baru yang kita punya, semakin mudah kita memahami sebuah alur bacaan pula. Termasuk juga membaca buku fiksi seperti novel. 

Kebetulan saya memang menyukai novel. Dengan membaca novel bukan berarti akan membuat kita pribadi yang melankolis yang teman-teman, melainkan akan membuat kita pandai berbahasa baik secara verbal maupun tulisan. Diksi kita dalam menulis akan semakin luwes dan pas dengan konteks yang akan kita bahas nantinya. Itulah pentingnya kita membaca beraneka ragam genre bacaan.

Sekali terbit membuat saya termotivasi untuk menulis dan mengirimkan artikel setiap hari. Bukan hanya membahas politik saja melainkan pendidikan juga ada. Hingga pernah suatu saat, waktu itu sedang penat menulis skripsi maka saya hanya menulis artikel. Dan ajaibnya tiga hari berturut-turut artikel saya nongkrong manja di rubrik jagongan koran Harian Jogja. 

Rasanya tentu bahagia sekali, apalagi setelah merasakan uang saku tambahan dari Universitas. Nulis jadi kegiatan legit yang menggigit. Menulis jadi pekerjaan part time yang elegan sekali ya gaes. Selain dapat uang, kita juga tampak intelek sekali di mata teman maupun dosen. Hihi

 Kegiatan nulis saya sempat terhenti saat tahu epaper Harjo tak lagi bisa diakses gratis. Jadi saya kurang bisa mengikuti topik apa yang tengah hangat di bahas di sana. 

Maklum lah, jiwa miskin saya sebagai fresh graduate meronta-ronta kalo harus berlangganan. Kemudian, saya browsing-browsing karena tangan udah gatel pengen banget punya tulisan yang bisa dibaca banyak orang tidak hanya sekedar draf yang tersimpan memenuhi memori saja. 

Ketemulah saya dengan epaper Media Indonesia. Dan ternyata di sana juga ada sebuah rubrik gratisan yang menjaring opini masysrakat tentang sebuah tema yang ditentukan. Alhamdulillah sekali nulis, besok paginya sudah kongkow-kongkow manja di Media Indonesia. 

Kala itu membahas peristiwa terbakarnya pabrik kembang api yang ternyata banyak sekali kegiatan no prosedural di dalamnya. Hati saya melambung tinggi yan gaes, punya tulisan nongkrong di koran nasional sekelas Media Indonesia. Dan sejak saat itu pula, api semangat menulis kembali membara dalam dada.

Tema tulisan saya di MI lebih banyak bertemakan kejadian sosial di tanah air dan juga beberapa kali tentang pendidikan. Hampir tiap minggu artikel saya kongkow-kongkow manja di sana. Namun sejak epaper MI berbayar, saya jadi tidak pernah menulis di sana lagi ya. seperti biasa, kendalanya belum punya budget lebih untuk berlangganan. Padahal saya suka sekali sebenarnya. Huhu

Selain Harjo dan MI yang pernah menjadi tempat singgah hati saya. Beberapa kali saya berhasil tembus di koran kawasan Jawa Tengah dengan panjang artikel yang lebih panjang tentunya. dan foto saya nampang. Hehe

Dari sekian banyak artikel yang terbit, tema politik adalah yang yang paling banyak teman-teman. Rupanya jiwa kekritisan saya justru sangat peka di dunia politik bukan dunia pendidikan meskipun saya seorang Guru. Kalo sekarang masih nulis juag teman-teman, pengennya fokus ke dunia pendidikan karena saya pikir politik sudah kurang relefan dengan status saya sebagai seorang guru. Nah jadi teman-teman, jangan berputus asa dulu kalo tulisan kalian belum termuat di koran ya. Tetap semangat mencoba dan jangan lupa untuk selalu haus berliterasi atau membaca. 

Sekian sharing pengalaman tentang menulis artikel populer di koran. Semoga bermanfaat dan menginspirasi bagi pembacanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun