1. Penurunan ketersediaan pangan pokok bagi sebagian besar masyarakat dalam jangka waktu tertentu.
2. Lonjakan harga pangan pokok dalam jangka waktu tertentu.
3. Penurunan konsumsi pangan pokok sebagian besar masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan sesuai norma gizi.
Lalu apa sih hubungan di antara kedua elemen di atas?
Nah biar lebih jelasnya saya akan menjelaskan secara singkat, Pandemi Covid-19 yang terjadi di dunia saat ini jelas memengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat, tidak hanya dari sisi kesehatan. Apalagi, tidak ada yang tahu kapan pandemi Covid-19 ini akan berakhir. Hal ini tentu sangat berpotensi menganggu ketersediaan, stabilitas, dan akses pangan. Lalu Organisasi Pangan Sedunia (FAO) juga telah mengidentifikasi 27 negara terancam mengalami krisis pangan karena pandemi Covid-19.
FAO dan WFP telah mencatat empat faktor utama bagaimana pandemi virus korona dapat mendisrupsi krisis pangan lebih dalam. Pertama, lapangan kerja dan upah yang menurun. Kedua, disrupsi penanganan pandemi pada produksi dan pasokan pangan dunia. Ketiga, menurunnya pendapatan pemerintah, dan keempat, meningkatnya ketidakstabilan politik yang memicu konflik berbasis sengketa sumber daya alam.Â
Sementara itu, berdasarkan survei oleh FAO dan WFP, produksi pangan pada masa pandemi muncul sebagai tantangan serius. Petani yang disurvei melaporkan banyak tantangan dalam mengakses benih, sehingga mengurangi penanaman. Dinamika ini yang akan mengarahkan ke dalam lingkaran setan penurunan produksi yang memicu kekurangan kesempatan kerja pertanian dan meningkatnya harga, serta memburuknya ketahanan pangan dan gizi. [4]
Di Negara kita sendiri, Indonesia, merespons potensi krisis pangan tersebut, pemerintah negara diminta untuk sigap dalam melakukan kontrol ketersediaan pangan ini.Â
Pentingnya Ketersediaan Air Bersih dan Pangan Lokal Di Indonesia, pemerintah meyakini sinergi antar-lembaga telah dilakukan, sehingga stok pangan nasional saat ini aman. [5]Tak bisa dipungkiri, kecukupan bahan pangan menjadi amunisi utama sebuah negara bertahan ditengah pandemi Covid-19. Sayangnya, Indonesia masih menggantungkan ketersediaan sejumlah bahan pangan dari impor karena minimnya produksi di dalam Negeri. Peneliti Center for Food, Energy dan Sustainable Development Indef, bahwa kondisi defisit pangan sebetulnya bukan hal baru.Â
Defisit bahan pangan kerap dialami Indonesia bahkan jauh sebelum pandemi Indonesia mengalami defisit namun tidak mengkhawatirkan dikarenakan dipasar global negara yang menjadi importir pangan cukup tersedia, namun berbeda halnya di tengah masa pandemi, Negara yang selama ini menjadi supplier pangan bagi Negara lain saat ini lebih memilih mengamankan kebutuhan dalam Negeri mereka, itupun ketika mau menjual tentu dengan harga yang lebih mahal dibanding sebelumnya, sebagai konklusi kekuatan internal bangsa dalam memenuhi kebutuhan pangan menjadi satu-satunya harapan. [6]
Menurut saya di tengah situasi pandemi yang masih berjalan ini bukan hanya aspek Health security tetapi juga memengaruhi aspek-aspek contohnya saja banyak sekali sector usaha banyak terjadi PHK atau pemecatan, yang menyebabkan banyak orang menjadi pengangguran karena tidak memiliki pekerjaan dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa aspek yang terkena adalah economic security, tidak hanya berhenti di sana pandemic ini juga menyebabkan food security mengapa demikian ?Â