Mohon tunggu...
Hilman Mulya Nugraha
Hilman Mulya Nugraha Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Coba menulis saja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mimpi Kami Bersama Seni Tradisi

25 Mei 2016   23:51 Diperbarui: 26 Mei 2016   00:14 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
contoh kostum yang kami miliki

“Man, mau ga bantu saya suatu saat nanti agar saya punya sanggar seni? Saya punya mimpir sih punya sanggar seni, apalagi seni tradisi

Itulah perkataan yang dilontarkan Kang Iwan pada saya kira-kira 10 tahun kebelakang. Mimpi yang teramat sederhana baginya. Karena waktu itu saya dan dia satu visi, saya pun nurut saja apa keinginannya. Maklum, meski kami terpaut beda 5 tahun, tetapi kami punya tujuan yang sama, ingin memajukan seni tradisi.

Awalnya, kami mendirikan sebuah kelompok seni.  Namanya Menara OZA. Nama “Menara” mengacu pada sebuah bangunan yang harus kami susuri. Bisa dibilang nama “Menara” adalah representasi kami terhadap mimpi. Sementara OZA kami ambil dari “oryza sativa” yang berarti padi.

Sederhannya, kami ingin menjadi kelompok seni yang punya mimpi setinggi menara tapi tetap merunduk seperti padi ketika sampai di puncaknya.

Waktu itu, kami bukanlah kelompok seni yang aktif. Tapi kami cukup produktif dalam kegiatan seni seperti teater, tari, dan seni lainnya.

Beberapa tahun kemudian, Menara OZA mengalami perubahan. Kami mengubah konsep kelompok ini menjadi sebuah pusat kesenian. Sesuatu yang disampaikan Kang Iwan kepada saya kalau kelompok Menara OZA harus berubah.

Saya sebenarnya tidak terlalu berharap akan terjun di dunia seni. Tetapi, saya tidak bisa mengelak dari kenyataan kalau saya juga memang suka dunia seni meski saya sering berada di belakang panggung. Itulah saya, Hilman Mulya Nugraha, pria yang menulis tulisan ini.

Sementara, teman saya, Kang Iwan (Lengkapnya Iwan Setiawan), adalah seorang guru seni di salah satu sekolah negeri di Bandung.  

Kami berdua merumuskan perubahan Menara OZA untuk bukan hanya sebagai kelompok semata tetapi menjadi sebuah kelompok yang lebih bermanfaat kepada masyrarakat. Maklum, saat itu kami memang lebih banyak ngumpul layaknya kelompok bermain.

33e-5745d6b5349373e608cba396.jpg
33e-5745d6b5349373e608cba396.jpg
Menara OZA perlahan berubah. Tidak sekadar kelompok seni tetapi sebagai tempat latihan bagi masyarakat sekitar yang ingin belajar tentang seni, terutama seni tari. Ide ini mendapat sambutan yang baik dari masyarakat tempat Menara OZA ada, yakni di daerah Ciwastra Bandung.

Tahun 2012, kami pun mengubah Menara OZA menjadi “Taman Ilmu Menara Oza”. Waktu itu, kami membuka juga kelompok belajar untuk anak-anak kecil di sekitar sanggar kami berada.

Oh yah tempat kami waktu itu kecil tetapi cukup buat latihan atau sekadar belajar bersama. 

Seiring berjalannya waktu, kelompok belajar tidak efektif tetapi kursus seni tari berkembang.  Banyak anak kecil yang mau belajar menari di sanggar kami.  Tapi kami membatasi yang ikut kursus, maklum waktu itu belum banyak pelatih. 

Beberapa tahun ke belakang, kami menyewa sebuah garasi miliki tetangga. Di garasi inilah kami bisa latihan dan berkumpul bareng. Uang untuk membayar garasi ini berasal dari hasil kursus tari anak-anak.

Di garasi ini juga, kami menyimpan beberapa kostum tradisional dan kostum lain yang pernah tim Menara Oza buat. Ada kostum tradisional yang biasanya digunakan untuk accara perpisahan atau acara pernikahan. Ada juga kostum-kostum lainnya yang pernah dibuat bekas pementasan drama atau teater.

4555-5745d7b48c7e618a1504420c.jpg
4555-5745d7b48c7e618a1504420c.jpg

Oh yah, sebelum kami punya garasi, kalau kami tidak latihan di ruangan kami yang kecl, kami biasa latihan di lapangan terbuka. Begitu juga dengan kursus tari, kadang kami latihan tari di lapangan terbuka yang tentu saja jika cuaca tidak mendukung kami tidak akan latihan.

Kami berpikir untuk tidak mengandalkan kursus saja. Kami juga harus punya sesuatu yang lain yang bisa menghasilkan agar bisa membayar garasi yang kami gunakan.

Saya mengusulkan ke Kang Iwan agar membuat jasa sewa kostum atau bahkan jasa membuat kostum. Ide ini terlintas karena banyaknya kerabat kami yang meminjam kostum tradisional milik MENARA OZA. Lagipula, kostum-kostum rasanya sayang saja kalau hanya dibuat untuk kepentingan ketika ada pertunjukan saja.

Kang Iwan menyutujui ide ini. Kostum-kostum yang kami buat memang belum terlalu banyak tetapi setelah kami membuka sewa kostum tradisional, banyak orang yang menyewa kostum kepada kami. Apalagi, kami menyewa kostum dengan harga terjangkau.  Saking terjangkaunya, bahkan kami sering mendapatkan pelanggan yang tidak membayar kostum.

contoh kostum yang kami miliki
contoh kostum yang kami miliki
Kejadian-kejadian kecil ini membuat saya ingin terpikir agar kami punya sistem penyewaan yang lebih baik. Kami juga bahkan berencana membuat jasa sewa kostum ini lebih besar dan bisa menghasilkan.

Kami mencoba realistis. Kami ingin tetap berkesenian tetapi kami juga harus berkembang dan ada dukungan dana.

Terinspirasi dengan berkembanganya era digital, saya mengusulkan agar jasa sewa kostum yang dimiliki memiliki situs sendiri. Ide ini diterima baik dengan Kang Iwan. Hanya saja kami belum melaksanakan ide ini. Mengingat dana dan operasional saat kami mengembangkan situs jasa kostum ini membuat kami sedikit mengurungkan niat.

Tapi setidaknya minimal kami punya mimpi mengarah kesana. Rencannya, tahun ini, ide memiliki situs harus terlaksana. Tinggal pengelolaannya yang harus kami pelajari.

Bukan itu  saja, kami juga punya mimpi agar sanggar yang kami miliki bisa lebih besar. Kami membandingkan ruangan sanggar di sekolah tempat Kang Iwan mengajar. Minimal kami memiliki ruangan seperti itu. Ruangan yang cukup luas yang juga sering kami gunakan.

Begitulah kini, saya dang Kang Iwan beserta rekan-rekan lain yang juga turut mengembangkan Menara Oza punya mimpi dalam bidang seni.  Awalnya, mimpinya hanya berupa sanggar tetapi kini berkembang menjadi lebih jauh. Karena dengan satu mimpi yang terjadi, bisa membuat kami membuka mimpi lain untuk diwujudukan.

Semoga apa yang kami usahakan nanti terlaksana!.

Saya dan Menara Oza
Saya dan Menara Oza

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun