Mohon tunggu...
mulyanto
mulyanto Mohon Tunggu... Administrasi - belajar sepanjang hayat

Saya anak petani dan saya bangga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta yang Parah

19 Oktober 2020   07:57 Diperbarui: 19 Oktober 2020   08:07 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perempuan itu tak pernah menyangka hidupnya bakal seperti sekarang ini. Dia bersyukur Allah menganugerahi hidup yang indah ini.

Dia usianya 24 tahun dua hari lagi, Senin depan. 3 bulan lalu itulah pertama kali ia berjumpa dengan lelaki itu. Lelaki yang tampan dan senyumnya menawan. Bila memandangnya runtuh beban2 dalam hidupnya. Yang tersisa hanya sayang dan ingin selalu mendekap lelaki itu.

3 bulan lalu perempuan itu bertemu dengan lelaki itu dan akhirnya mereka saling jatuh cinta hingga siang ini.

Malam itu perempuan itu membuat semacam janji atau serupa sumpah atau taruhan untuk dirinya sendiri. Bersumpah kepada Tuhan. Bahwa bila mas ojek online yang mengantar pesanan makannya malam itu ganteng dan jomblo maka ia akan menikahinya: akan langsung to the point di depannya saat itu juga. Tapi kalau tukang ojek onlinenya sudah bapak2 atau perempuan maka niat itu tidak jadi. Tak jadikan teman/sodara saja.

Dengan dada berdebar perempuan itu memencet-mencet HP pintarnya malam itu. Ia memilih2 menu dengan wajah semringah. Dia membayangkan sosok lelaki ganteng yang akan dikirim Allah dalam hidupnya lewat aplikasi ojek online itu. Dia begitu hakkul yakin jodohnya adalah mas ojek (yang ganteng) yang memgantarkan makan malamnya malam ini.

Kuatnya keyakinan itu lantaran dua malam lalu ia bermimpi naik ojek online dan tahu-tahu mereka menikah. Lalu bahagia punya dua anak. Sesingkat itu mimpinya.

Nah karena itu ia yakin Allah memberi semacam tanda-tanda. Dia sudah lama menjomblo. Ada 5 tahunan terakhir ini. Sempat didekati beberap cowok tapi tidak cocok. Bahkan pernah dilamar ASN dishub kota, 3 tahun lalu tapi katanya sebagai istri kedua. Ya dia jawab emoh, tak sudi. Dan sebagai dokter ia merasa bila pun tak segera menikah bukan berarti tak bisa bahagia kan. Dia bahagia bila menyembuhkan warga yang berobat padanya.

Dengan matanya yang agak bulat lebar, sambil hidung mancung yang ramping diendus2kan ia malam ini serius mencet2 HP. Segera ia temukan aplikasi ojek daring itu. 

Dan karena ia tak punya agenda apa-apa dan hanya sedikit lapar maka ia putuskan memesan makanan lewat layanan ojek online itu. Dia memesan dua porsi makan plus minumnya.

"Permisiiiii, JoFood," kata seseorang di depan pagar.

"Oh.. iya, Mas... Pak...," tangkas perempuan itu mengangkat tubuhnya dari kursi rotan menghampiri, dan membukakan pagarnya untuk tukang ojek itu. Si dokter ini sengaja standby di beranda rumahnya menunggu si ojek.

"Dengan mbak Yuni?"

"Betul mas... pak..."

"Nasi padang rendang dua dan jus melon dua ya. Ini mbak."

"Betul. Makasih ya Mas... Pak... berapa semua?

"75 ribu, mbak."

"Ini. Makasih ya,"

"Uang pas aja mbak."

"Sudah buat Bapak aja kembaliannya, makasih ya."

"Makasih mbak. Makasih. Mari,"

"Iya Pak."

Si dokter merelakan 25 ribu buat si ojek. Itung2 sedekah. Ia agak kecewa. Ternyata tukang ojeknya sudah bapak2.

Tapi ada momen, tiba2 ada dorongan kuat dari dalam hati si dokter untuk melihat wajah si pak ojek. Setua apa sih dia.

"Pak... pak..." panggil Yuni saat pak ojek baru nunggangi motornya.

"Iya mbak kenapa?" Bapak itu sudah menyetrarter motornya. Tapi diaturun lagi. Si dokter menghampiri.

"Ini buat Bapak." Nasi dan jus yang seporsi dia sodorkan pada pak ojek. Si ojek jelas bingung. Sudah dilebihi bayarnya terus diberi nasi lagi.

"Kenapa mbak?"

"Ini buat bapak. Makasih ya."

"Duh kok repot2 mbak.

"Nggak. Memang udah niat aku. Makasih ya, Pak."

"Ya saya yang makasih, Mbak. Makasih banyak ya."

"Sama-sama Pak. Tapi mohon maaf. Boleh saya minta sesuatu."

"Apa itu mbak?"

"Tolong buka helm dan masker bapak dulu."

"Hmm... buat apa mbak?"

"Mohon."

Dan si ojek menurut. Dan alangkah terperangah bahwa setelah membuka helm dan maskernya rupanya si ojek bukan bapak2 tetapi pemuda tampan. Tingginya sekira 180an cm, kulit putih, hidung mancung rambut pendek model masa kini, dan senyumnya menawan. Usianya 25 tahun. Cuma suaranya agak berat. Makanya tadi dikira bapak2.

Si dokter terperangah, seneng, tertarik, lalu menyampaikan sumpahnya. Dia katakan bahwa dia berniat membeli dua porsi makan pakai ojek online karena dia berniat akan makan malam dengan si ojek bila seorang itu masih jomblo dan baik.

"Aku mungkin tidak baik mbak. Tapi aku jomblo." Kata mas ojek.

"Ah.. sampean mas. Namanya siapa kalau boleh tahu?"

"Dino, mbak."

"Aku Yuni. Salam kenal ya. Jadi gimana? Berkenan makan malam di dalam rumahku?"

"Aduh gimana ya... mohon maaf."

Si dokter benar2 menyampaikan kalau dia akan menikahi orang yang membawa makan malamnya malam ini bila ia muda dan jomblo. Dan lelaki itu agak bingung dan malu. Sungkan mungkin. Aneh saja.

Memang sungkan adalah ciri orang baik. Itu dimiliki mas ojek Dino ini. Namun akhirnya ia mau juga masuk ke rumah si dokter yang luas dan mewah itu. Ia tinggal berdua saja dengan pembantu.

Makan malam benar-benar terjadi. Mereka bahagia. Memang merasa aneh tapi mereka meyakini inilah takdir Tuhan.

Lalu janji atau sumpah si dokter Yuni juga terjadi. Si Dino mau mengikuti janji si dokter. Dino mau lantaran Yuni punya semuanya. Cantik dan kaya. Dan tentu saja karena Yuni sudah mapan. Dia ASN di dinkes provinsi.

Mereka sehari-hari kian dekat. Kian akrab dan akhirnya mereka memutuskan akan melangsungkan pernikah di bulan Maret. Semua dipersiapkan. Orangtua Dino dan Yuni yang sama-sama dari desa datang ke kota.

Ortu Dino menginap di kontrakan Dino. Mereka akan melamar resmi ke rumah Yuni yang juga sudah datang ortunya.

Ibu dan paman-bibi Dino sudah oke. Dino samikna wa atokna takdir Allah.

Esok harinya saat melamar, rupanya Dino bertemu dengan Bapaknya sendiri. Itu juga bapaknya Yuni. Bapak Dino telah minggat sejak Dino kelas 3 SD. Dan mungkin menikahi resmi si ibunya Yuni. Artinya Yuni adalah adik Dino beda ibu. Maka buyarlah semuanya.

Dan Yunilah yang merasa paling parah. Dia kadung sangat bahagia hingga hari ini. Sejak 3 bulan lalu hingga siang ini mereka bersama, berboncengan ke sana ke mari. Jalan-jalan pagi, siang sore malam dan parahnya lagi si Dino telah menitipkan sesuatu di rahim dokter Yuni.

"Maafkan Mas ya, Sayang,"

Itu WA Dino yang paling baru. Terkirim bakda dzuhur.

Si Yuni membalas panjang lebar tapi centang saja. Dino ditelepon, HPnya sudah tak aktif.

Yuni siang ini menangis sejadi-jadinya seolah tak akan ada lagi hari esok. Tangisnya berderai-derai. Dadanya panas berkobar-kobar.

(Tamat, semoga menghibur )

...

Sorbhajha, 18/10/2020

Mulyanto, kelahiran Sumenep, karyawan SD swasta di Surabaya. Penulis Bukan Anak Raja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun