Semangat tanpa batas adalah doktrin di Panti Asuhan Muhammadiyah (Paymuh) Sumenep sejak 25 tahun-an silam. Selain itu, pengasuh kami mengatakan: sukses itu milik semua orang, bukan hanya milik anak orang kaya atau anak raja saja.
Alhasil, kini deretan alumni panti telah banyak yang menjadi "orang" di negeri ini. Mereka tersebar di berbagai profesi.
Tak mau ketinggalan, para santri panti Muhamamdiyah Sumenep angkatan saat ini juga ingin menoreh karya fenomenal. Melalui bukulah mereka ingin menyumbang "hadiah intelektual" untuk peradaban. Bukunya berjudul "Dari Panti Kukejar Matahari: Antologi Hikmah Kehidupan Anak Panti".
Buku ini berisi antologi kisah manis dan sarat hikmah. Merupakan pengalaman berharga penuh makna dan berkesan dalam penggalan hidup para santri Paymuh Sumenep.
Hasbi As-Siddiqi, satu penulis pada diskusi buku di Jakarta mengatakan dengan buku yang ditulisanya ia banyak bercermin. Dikatakan anak panti bukan orang susah karena semua kebutuhannya sudah ada yang menanggung.
"Justru ternyata masih ada banyak orang yang lebih kekurangan daripada kita. Seperti tulisan saya di buku ini, Pak Tua Si Penjual Kacang itulah yang lebih butuh uang dariapada saya," ujar pelajar kelas XII IPA SMA Muhammadiyah 1 Sumenep itu.
Hasbi menulis kisah dirinya bertemu dengan penjual kacang miskin mengetuk hatinya untuk membayar lebih untuk membeli kacang. Ia mengaku tidak butuh kacang tapi ia perlu meringankan beban hidupnya semampu Hasbi.
Di buku yang setebal 90 halaman itu aktualisasi pendidikan karakter menolong sesama tumbuh berkembang baik di diri para santri lainnya. Amir ma'ruf, misalnya, ia menulis kisah dirinya yang senang membantu ibunya. Ia membelikan singkong ke pasar, membantu menggorengkan, bahkan membantu menjajahkan kripik singkongnya kepada rekan-rekannya di sekolah semasa SMP.
 Dr Abdul Mu'ti MEd pada sambutannya menyatakan, PP Muhammadiyah menyambut baik dan mendukung penuh inisiatif tersebut.
"Bahasanya enak dibaca. Buku ini singkat bahasanya mengalir. Sehingga dibaca sambil nunggu boarding pesawat atau menunggu tamu bahasanya sangat enak sangat cair. Ini buku kisah nyata bukan fiktif bukan fiksi. Cerita dari pengalaman pribadi para penulisnya," ujar Mu'ti.
Lebih lanjut, Mu'ti berharap buku ini dapat bermanfaat secara luas dengan wujud difilmkan mengikuti jejak film Laskar Pelangi yang berkisah perjuangan belajar di sekolah Muhammadiyah, diangkat dari novel karya Andrea Hirata.
"Syukur-syukur kalau nanti ada yang berkomunikasi dengan produser film. Saya kira kisah-kisah seperti ini menarik difilmkan sebab inspiratif. Seperti Laskar Pelangi," jelas Mu'ti.
Rita Pranawati yang juga Ketua KPAI menyampaikan, cerita-cerita di buku ini merupakan ejawantah dari karakter anak untuk berterima kasih kepada orangtua dan kepada sesama.
"Menghormati orang lain itu terasa ketika empati itu ada. Mudah-mudahan buku semacam ini banyak diproduksi oleh panti-panti yang lain. Sehingga menjadi hasil karya yang luar biasa bagaimana panti Muhammadiyah ikut mewarnai pendidikan pencerahan untuk bangsa Indonesia," ungkap Rita.
Sementara itu Sunanto berharap terbitnya buku ini dapat mengubah stigma negatif masyarakat awam mengenai status anak panti asuhan.
"Selama ini ada stigma dua hal, yaitu miskin dan bodoh. Saya membuktikan dua hal ini tidak benar. Bagi kami anak panti bukan anak yang tidak mampu, buktinya adalah kesalehan sosial yang luar biasa. Saya berharap buku ini memberikan pandangan lain mengenai anak Panti," harap pria yang akrab disapa Cak Nanto yang juga alumni Paymuh Sumenep itu. (mul)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H