Mohon tunggu...
mulyanto
mulyanto Mohon Tunggu... Administrasi - belajar sepanjang hayat

Saya anak petani dan saya bangga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Surabaya Darurat Prostitusi Anak

16 April 2016   12:09 Diperbarui: 16 April 2016   13:51 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Wali Kota Surabaya Ibu Tri Rismaharini pasti menjadi orang pertama kali sakit telinga mendengar persoalan perdangan prostitusi anak yang masih membelit Surabaya baru-baru ini. Misi membersihkan Kota Pahlawan dari transaksi hina itu nampaknya masih terganjal kerikil-kerikil tajam yang menghampar di bumi Ibu Kota Jawa Timur ini. Bu Risma pasti geram.

Memang, semua lokalisasi di Surabaya sudah ditutup Bu Risma, tak terkecuali lokalisasi kelas Asia-tenggara Dolly, namun praktik esek-esek via mulut ke mulut, atau via online –yang cukup marak- masih terus beroperasi, entah kapan kapoknya. Misalnya kasus terbaru, yang diberitakan Jawa Pos (14/4), mucikari Teddy Daru Murti berhasil digaruk Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polrestabes Surabaya, di sebuah hotel bintang tiga di Jl. Basuki Rahmat Surabaya, Rabu (13/4) yang tengah beroperasi menjajahkan dua anak buahnya: ABG yang sama-sama berusia 16 tahun inisaial ELS dan SSL.

Dari pengakuan sang mucikari Teddy, dagangannya: ELS dan SSL dijaring dari media online, dari FB dan BBM secara acak. Setelah anak buahnya mau bergabung, lalu ia jual. Sesekali Teddy si ayah dua anak ini memakai anak buahnya untuk melayani birahinya. Sungguh biadab. Kepada Polisi, dia mengaku mengusahakan menjualkan anak buahnya dengan pembagian “upah” yang adil. Namun kenyataannya dagangan laku bati tidak adil. Transaksi hina itu dirupiahkan pada kisaran Rp 1,5 juta sampai 2.5 juta. Pembagian hasil, 1-2 juta mucikari, sisanya untuk anak buah.

Sebenarnya, masih basah di ingatan, pada September 2014 lalu seorang ibu dua anak yang sehari-hari sebagai pedagang di kantin salah satu sekolah SMK di Surabaya juga menjual tetangganya yang masih di bawah umur, usianya juga 16 tahun, usia anak SMA. Akhirnya si Ibu Kantin (42 tahun) warga Sukolilo-Surabaya itu harus berurusan dengan Subdit IV Reknata Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Jawa Timur. Ibu kantin itu mengatakan harga transaksi dengan korban tetangganya sendiri sekitar Rp 500 ribu sampai Rp 1,5 juta. Pembagian hasil, diakui si Ibu kantin, 30 % untuknya, 70 % untuk anak buahnya. Dan masih banyak lagi peristiwa prostitusi (anak) yang masih belum tersiar. Semoga tidak banyak bener.

 

Enyahlah Penyebab Prostitusi

Penyimpangan sosial kata Soekanto (1989) adalah bumbu dalam kehidupan masyarakat. Di manapun berada, selalu terdapat penyimpangan-penyimpangan sosial yang dilakukan oleh anggotanya, baik yang dilakukan secara sengaja maupun terpaksa. Fenomena tersebut tidak dapat dihindari dalam sebuah masyarakat. Interaksi sosial yang terjadi di antara anggota masyarakat terkadang menimbulkan gesekan-gesekan yang tidak jarang menimbulkan penyimpangan norma yang berlaku pada masyarakat tersebut.

Masyarakat cenderung memandang wanita sebagai simbol keindahan, maka setiap yang indah biasanya menjadi target pasar yang selalu dijadikan komoditi yang mampu menghasilkan uang. Itulah sebabnya ada pihak yang mengumpulkan wanita dalam suatu tempat untuk kemudian “dijual” kepada siapa saja yang haus birahi sesaat.

Lebih dalam, bahwa wanita dalam dunia prostitusi, bisa terjadi karena 2 faktor utama, yaitu dorongan dari dalam dan dari luar. Dari dalam dapat berupa terlalu berhasrat, frustasi, berkaitan dengan kekuatan hati, kualitas diri sendiri dan lain-lain. Sedangkan dorongan dari luar dapat berupa masalah kondisi ekonomi, pengaruh lingkungan mendukung dunia “gelap zina”, gagal berumah tangga atau dalam percintaan, dan lain-lain.

 

Prostitusi (Anak) Harus Dihapuskan!

Psikolog Estining Dwi di pedulifakta.blogspot.co.id (2014)  mengungkap, 25% perempuan yang terlibat prostitusi menderita depresi. Kemudian, perempuan yang terjerumus prostitusi bisa mengalami disosiasi -suatu mekanisme pertahanan alam bawah sadar untuk melupakan peristiwa traumatik dan menakutkan. Peristiwa ini juga terjadi bagi orang yang diperkosa, dan mengalami kekerasan seksual lainnya. Yang terjadi biasa yang bersangkutan menjadi berubah dari sifat aslinya.

Jika itu terjadi di anak-anak kita usia belia, yang seharusnya di pundaknya tersunggul amanah merubah bangsa di masa depan. Maka tiada harapan negara ini. Namun, jika kita bangkit, gotongroyong, saling nasihat menasihati dalam kebaikan dan kebenaran. Semua komponen bersatu untuk ini, orangtua dan juga guru konsisten menjadi orangtua, memanusiakan anak dengan baik dan bijak. Kemudian pemangku kuasa menggulirkan regulasi yang relevan dan bijak,  maka InsyaAllah prostitusi bisa dihapuskan. Penjualan anak khususnya. Anak adalah harapan dan investasiu terbesar kita. Harus dijaga dengan sebaik-baiknya.

Kemudian, saya sangat menyakini. Para pelaku, kalian bukan orang yag tidak punya harapan. Bangkitlah, lepaskan sandera yang membelenggumu. Raihlah cita-cita suci dengan jalan yang diridhoi Allah. Jadilah mulia, meski tidak bisa dirubah masa lalu kalian yang kelam itu, namun sadarlah, masa depan kalian masih belum ternoda. Berubahlah. Semoga berguna. (mulyanto)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun