Mohon tunggu...
Mulyano Nafli
Mulyano Nafli Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Berselancar dengan akun @bangmulyano

Selanjutnya

Tutup

Politik

Cucu Ketua Dewan Syuro NU "Ditelanjangi"

2 Desember 2013   17:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:24 1123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bahkan ulama yang di datangi Athiyyah untuk meminta petunjuk dan petuah, enggan menemuinya. Harapan adanya kehangatan dan senyum ceria dari ulama-ulama tersebut tak didapatinya, justru mereka berpaling dan tidak menanggapi kehadiran Athiyyah, justru mereka berlomba-lomba menghindar.  Padahal mereka adalah ulama-ulama yang pernah belajar dan berguru pada Kyai Ali Ma'sum, termasuk ulama yang berguru di Pesantren Krapyak, tapi ulama-ulama tersebut takut bantuan dari pemerintah untuk pesantrennya dihentikan. Mereka merasa Athiyyah sumber tersendatnya bantuan pendanaan, karena itu mereka berupaya menghindar dan menjauh dari Athiyyah. Perlakuan yang tidak seimbang dengan pamrih yang diberikan Kyai Ali Ma'sum sekeluarga kepada mereka, semakin berat beban Ibu empat anak ini. Walaupun demikian, masih ada ulama yang simpati, tak tanggung-tanggung Syeikh Ahmad Maliki guru dari ulama-ulama besar di dunia yang bermukim di Mekkah. Bahkan Syeikh Maliki (keturunan dari cucu Rasulullah, Hasan bin Ali) mendoakan agar Athiyyah tabah dalam ujian dan bisa menjalani ini semua dengan ikhlas dan tawakkal. Bahkan Syeikh Maliki menyempatkan diri bersama santrinya berdoa dan munajat di depan Ka'bah diiringi ulama-ulama di seluruh dunia yang ikut mengamininya. Mungkin itulah obat terindah dan menyejukkan hati Athiyyah. Apalagi Syeikh Maliki bukanlah orang lain, karena Kakek Syeikh Maliki juga pernah mengajari Kyai Ali Ma'sum (kakek Athiyyah) saat masih belajar di Mekkah.

Lain lagi dengan cerita sebuah koran ternama yang pernah didatangi untuk meminta klarifikasi seputar gambar cover yang menunjukkan Athiyyah (seolah) pelaku kejahatan. Tanpa bersalah mereka bersikukuh tidak melakukan pelanggaran. Padahal visualisasinya jelas memperlihatkan betapa dengkinya media tersebut kepada Athiyyah. Si "pemandu" media berkelit bahwa mereka hanya menceritakan infomasi yang didapat dari sumber anonim yang tidak jelas jenis kelaminnya. Beritanya direkayasa sedemikian rupa, informasi diplintir, sumber berita dibuat samar seolah benar adanya dan menggambarkan Athiyyah sebagai pelaku kejahatan yang harus diringkus dan dijebloskan ke dalam penjara.

Tapi "Gusti Allah Ora Sare",  bagi Athiyyah, kejahatan diberitakan atau tidak akan tetap terkuak. Semakin kuat menyimpannya, semakin menyengat pula bau busuknya. Kejahatan tidak pernah sempurna, semakin direkayasa semakin ketahuan pula penulis skenarionya. Lihatlah berita di media sosial, cuplikan berita tentang peran para sutradara sedikit demi sedikit tersingkap dan akan terkuat dalam wajah aslinya dalam waktu yang tidak lama lagi. Tuhan telah tuliskan dengan kalimat yang tegas dan jelas bahwa "Makarlah, dan pasti Allah akan balas makar-makarmu. Dan Allah lah sebaik-baik pembuat makar".

#Minang Muda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun