Mohon tunggu...
Mulyano Nafli
Mulyano Nafli Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Berselancar dengan akun @bangmulyano

Selanjutnya

Tutup

Politik

Istri Anas?

21 November 2013   17:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:51 1598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Lebih dari dua tahun prahara itu menerpa Duren sawit, tanpa ba-bi-bu sorotan kamera tajam menyinari rumah Athiyyah. Tak satu sudutpun yang lepas dari pena wartawan. Athiyyah berusaha tegar, tapi serangan bertubi-tubi yang datang dari segala penjuru angin mulai melunturkan nyalinya. Untung alunan kitab suci selalu menggema dan memayungi rumah serta keluarganya, itulah penolong dan perisai dari serangan politik yang tak henti-hentinya. Athiyyah mulai paham apa yang membuat AU gundah, Athiyyah mulai mengerti cara menangkal "guna-guna" politik yang sakti mandraguna, yang sanggup menyihir orang baik menjadi buruk rupa.

Perkenalkan Athiyyah Laila, lulusan UGM adalah putri KH Attabik Ali pengasuh Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta, yang tak lain adalah anak dari mantan Rais A'am PB NU KH Ali Ma'sum. Tidak banyak cerita yang bisa ditelusuri menyangkut riwayat Athiyah. Umumnya data tentang perempuan satu ini di dapat dari situs wikipedia, itu pun sangat terbatas. Mungkin karena perannya yang tak menonjol dalam dunia politik sehingga tak diminati media. Tapi itu dulu, sekarang wajahnya rutin menyapa pemirsa dan pembaca berita.

Seusai pemeriksaannya sebagai saksi, sang suami Anas Urbaningrum (AU) memperkenalkannya. Mungkin dikesempatan itulah Athiyyah mulai ditelusuri rekam jejaknya. Meski sudah meminta untuk tidak selalu menulis Athiyyah Laila sebagai "Istri Anas" tapi media tetap melakukannya, mungkin karena nilai berita Athiyyah tak semoncer jika ditulis dengan nama Istri Anas.

Tak banyak yang tahu kalau Athiyyah juga punya hubungan dengan KH Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah. KH Ali Ma'sum kakeknya mempersunting anak KH Munawir Krapyak dan adik KH Munawir, Nyai Rum adalah istri dari KH Ahmad Dahlan. Itulah mengapa anak-anak Athiyyah dididik di sekolah-sekolah modern ala Muhammadiyah, tapi di rumah dibiasakan dengan tradisi NU. Gabungan dua tradisi ini nampak jelas pada tampilan AU, jika didepan terlihat modern tapi di belakang selalu "sarungan" khas nahdliyin.

Sebagai anak pimpinan pesantren, Athiyyah adalah perempuan rumahan, khas santriwati. Pengaruh kultur pesantren lekat dengan kesehariannya. Lingkungan pesantren telah membentuk Athiyyah menjadi wanita penurut dan taat suami. Jika suatu waktu Athiyyah terlihat di luar rumah, pasti disampingnya sedang diapit oleh sang suami AU.

Athiyyah seperti perempuan Indonesia umumnya, selepas disunting AU, tak ada kegiatan kantoran yang dilakukannya. Athiyyah membenamkan diri dengan urusan rumah tangga. Kegiatannya tak jauh dari halaman dan dapur rumah.

Sebagai Ibu, Athiyyah  rutin menyiapkan sarapan, mengantar dan menjemput anak-anaknya ke sekolah, sesampai dirumah Athiyyah kembali menyibukkan diri dengan urusan rumah tangga. Tak banyak kegiatan yang dilakukannya kecuali bercengkrama dengan anak-anaknya. Dengan cara itulah Athiyyah mengajari anak-anaknya. Itulah mengapa AU dan keluarganya sangat dekat satu sama lainnya.

Tak banyak istri politisi seperti Athiyyah. Hilir mudik tamu-tamu politik yang mengunjungi rumahnya tak membuat Athiyyah tertarik untuk menjadi politisi. Jangankan menjadi pengurus, untuk ngomong-ngomong politik saja Athiyyah sudah menjauh. Athiyyah benar-benar concern dengan urusan rumah tangga. Wajar jika setiap tamu yang bertandang ke Duren Sawit selalu bertemu dengan Athiyyah. Karena Athiyyah memang tak pernah jauh dari rumahnya.

Athiyyah adalah pribadi yang santun dan simpatik. Setiap tamu-tamu AU selalu dilayani dengan ramah, tak terkecuali peserta diskusi yang selalu dihidangkan makanan enak khas Jawa Timur. Itulah mengapa diskusi-diskusi di Duren Sawit selalu ramai didatangi, disamping tertarik dengan tema diskusi, juga suka dengan kuliner yang "enak dan enak sekali" buatan tangan Athiyyah.

Soal masak memasak Athiyyah jagonya. Yang pernah makan di Duren sawit pasti punya pendapat yang sama, kalau makanan yang dihidangkan bikin ketagihan. Bahkan mereka yang ngak doyan makan, akan terkejut dengan selera makannya yang meningkat. Jangan khawatir dengan kolesterol, makan di duren sawit di jamin bebas penyakit, semakin banyak makan, semakin nikmat mengunyahnya (asal jangan lupa olah raga, itu namanya keseimbangan).

Sebelum "hambalang" menyapu Demokrat, nama Athiyyah nyaris tak terdengar, karena media tak pernah menyentuhnya. Namun sesudah itu, Athiyyah mulai rajin diberitakan. Ibarat "Kesalahan setitik rusak susu sebelanga". Itulah gambaran Athiyyah, perbuatan yang tak dilakukannya harus ia tanggung karena bersuami dengan politisi papan atas.

Pukulan "hambalang" telak mendarat diwajah Athiyyah. Meski berusaha tegar dan ceria, raut kegelisahan tak sanggup disembunyikannya. terkadang kalimatnya terbata-bata tak selancar dulu lagi. Terkadang sesekali terdengar agar tersendat karena menahan haru.

Untung Profesor Din (Ketua Muhammadiyah) datang, setidaknya bisa menenangkan hati Athiyyah. Meski Ketua NU (salah seorang murid Kyai Ma'sum, kakek Athiyyah) tak berani hadir (mungkin akibat "briefing" di Cipanas), tapi kehadiran Ibu Sinta Abdurrahman Wahid cukup mewakili pelukan hangat keluarga besar NU. Sayang murid Pak Natsir tak berani menampakkan diri (sikap yang tak mencerminkan karakteristik dan budaya minang).

Sungguh Athiyyah perempuan polos, saat ditanya tentang kondisi keluarganya, tanpa sadar air matanya berlinang. Tapi yang Athiyyah khawatirkan adalah psikologi anak-anaknya yang masih kecil. Meski tak rajin menonton, tapi agresifitas berita lambat laun terdengar (terlihat, terbaca) oleh anak-anaknya. Sungguh tragis, seorang istri lugu tanpa status hukum diolok-olok beramai-ramai oleh media. Rumahnya dikepung, dilempari batu dan dibawain anjing. Seolah Athiyyah dan keluarganya adalah ancaman serius dan menakutkan.

Suatu waktu Athiyyah pernah ditanya anak-anaknya, mengapa bapaknya "digemari" media, mengapa bapaknya diberitakan yang buruk-buruk?  Athiyyah menjawab dengan santun, bahwa itu semua tidak benar, tapi ini adalah politik dan Alhamdulillah anak-anaknya paham dan bisa menerimanya. Sungguh tragis derita ibu rumah tangga yang bersuamikan politisi. Derita seorang cucu rois aam Nahdatul Ulama yang punya hubungan keluarga dengan Kyai Dahlan pendiri Muhammadiyah. Perlakuan yang tak seimbang dengan prestasi keluarga besar Athiyyah.

Sungguh kejam dan sadis, skenario penghancuran keluarga AU dan Athiyyah dilakukan sistematis dan terencana. Tak ada tempat untuk lari, kecuali Allah "حَسْبُنَااللَّهُوَنِعْمَالْوَكِيلُ (Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung)”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun