Mohon tunggu...
Mulyano Nafli
Mulyano Nafli Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Berselancar dengan akun @bangmulyano

Selanjutnya

Tutup

Politik

Istri Anas?

21 November 2013   17:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:51 1598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pukulan "hambalang" telak mendarat diwajah Athiyyah. Meski berusaha tegar dan ceria, raut kegelisahan tak sanggup disembunyikannya. terkadang kalimatnya terbata-bata tak selancar dulu lagi. Terkadang sesekali terdengar agar tersendat karena menahan haru.

Untung Profesor Din (Ketua Muhammadiyah) datang, setidaknya bisa menenangkan hati Athiyyah. Meski Ketua NU (salah seorang murid Kyai Ma'sum, kakek Athiyyah) tak berani hadir (mungkin akibat "briefing" di Cipanas), tapi kehadiran Ibu Sinta Abdurrahman Wahid cukup mewakili pelukan hangat keluarga besar NU. Sayang murid Pak Natsir tak berani menampakkan diri (sikap yang tak mencerminkan karakteristik dan budaya minang).

Sungguh Athiyyah perempuan polos, saat ditanya tentang kondisi keluarganya, tanpa sadar air matanya berlinang. Tapi yang Athiyyah khawatirkan adalah psikologi anak-anaknya yang masih kecil. Meski tak rajin menonton, tapi agresifitas berita lambat laun terdengar (terlihat, terbaca) oleh anak-anaknya. Sungguh tragis, seorang istri lugu tanpa status hukum diolok-olok beramai-ramai oleh media. Rumahnya dikepung, dilempari batu dan dibawain anjing. Seolah Athiyyah dan keluarganya adalah ancaman serius dan menakutkan.

Suatu waktu Athiyyah pernah ditanya anak-anaknya, mengapa bapaknya "digemari" media, mengapa bapaknya diberitakan yang buruk-buruk?  Athiyyah menjawab dengan santun, bahwa itu semua tidak benar, tapi ini adalah politik dan Alhamdulillah anak-anaknya paham dan bisa menerimanya. Sungguh tragis derita ibu rumah tangga yang bersuamikan politisi. Derita seorang cucu rois aam Nahdatul Ulama yang punya hubungan keluarga dengan Kyai Dahlan pendiri Muhammadiyah. Perlakuan yang tak seimbang dengan prestasi keluarga besar Athiyyah.

Sungguh kejam dan sadis, skenario penghancuran keluarga AU dan Athiyyah dilakukan sistematis dan terencana. Tak ada tempat untuk lari, kecuali Allah "حَسْبُنَااللَّهُوَنِعْمَالْوَكِيلُ (Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung)”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun