Nama        : Mulyani Indah Lestari
NIM Â Â Â Â Â Â Â Â : 24402400456
Bidang Studi  : PGSD (D)
Mata Kuliah   : Filosofi Pendidikan Indonesia
Universitas Islam Sultan Agung
"Pendidikan Berlandaskan Pancasila Mewujudkan Generasi Emas yang Berakhlak dan Berprestasi"
Pendidikan di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai yang terkadung dalam Pancasila. Pancasila merupakan dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia yang memiliki peran penting dalam pendidikan nasional. Pendidikan yang berlandaskan pada Pancasila bertujuan untuk mencetak generasi yang tidak hanya cerdas dan berprestasi secara intelektual, tetapi juga berakhlak mulia, mencintai tanah air, dan mengutamakan kebersamaan. Penerapan nilai-nilai pancasila dalam aspek pendidikan dapat diterapkan pada lingkungan masyarakat, keluarga dan sekolah. Pancasila terdiri dari lima sila yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Penerapan nilai-nilai tersebut sangat penting untuk membentuk karakter dan akhlak peserta didik, yang telah diketahui sebelumnya bahwasannya kelima sila tersebut memiliki makna yaitu, sila pertama, "Ketuhanan Yang Maha Esa," mengajarkan kita untuk menghormati perbedaan agama dan kepercayaan. Sila kedua, "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab," menekankan pentingnya menghargai martabat setiap individu. Dengan demikian, pendidikan yang berlandaskan Pancasila harus mampu mengintegrasikan nilai-nilai ini dalam proses belajar mengajar.
Pada saat saya mengingat masa-masa bersekolah, saya teringat bagaimana guru saya selalu menekankan pentingnya sikap gotong royong, kejujuran, dan cinta tanah air. Nilai-nilai tersebut tertanam di berbagai kegiatan, baik akademik maupun non akademik. Misalnya, pada saat sekolah setiap hari senin pasti melaksanakan kegiatan upacara bendera hal tersebut mengajarkan peserta didik untuk cinta tanah air dan mengenang serta menghargai jasa para pahlawan yang telah berjuang untuk bangsa Indonesia, kemudian pada saat kegiatan pramuka, saya diajarkan untuk bekerja sama dalam kelompok dan berlatih tentang kepemimpinan. Kegiatan tersebut mencerminkan nilai-nilai Pancasila, terutama sila keempat tentang musyawarah dan sila ketiga tentang persatuan. Pada saat itu saya belum sepenuhnya menyadari keterkaitannya dengan Pancasila, namun pada saat ini saya menyadari bahwa kegiatan tersebut merupakan bagian dari nilai pancasila yang terkandung dalam aspek pendidikan. Salah satu pengalaman akademik yang sangat berkesan adalah pada saat saya SD dan belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Dalam mata pelajaran tersebut, guru saya memberikan contoh secara langsung dan menjelaskan tentang pentingnya kerukunan umat beragama (toleransi), saling menghargai pendapat satu sama lain, dan tidak boleh membeda-bedakan sesama teman. Pada saat pelajaran guru saya mengajarkan pentingnya menjaga hubungan baik dengan keluarga, guru dan teman, kemudian beliau menjelaskan bahwasannya Indonesia merupakan Negara dengan memiliki banyak suku, agama, budaya, bahasa dan adat istiadat yang berbeda-beda, maka dari itu saya diajarkan akan pentingnya rasa saling toleransi, menghargai dan saling menjaga kelestarian budaya. Kegiatan ini tidak hanya meningkatkan pengetahuan saya secara akademik namun juga dapat membentuk karakter dan kepribadian baik saya, serta memupuk rasa empati terhadap sesama dan sikap saling toleransi.
Namun, setelah saya mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG), pemahaman saya mengenai bagaimana Pancasila menjadi landasan penting dalam pendidikan semakin mendalam. Mata Kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia merupakan salah satu mata kuliah dalam PPG yang membantu saya memahami bahwa pendidikan bukan hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan saja, tetapi juga tentang bagaimana membentuk karakter peserta didik. Mata kuliah ini menjelaskan bagaimana pendidikan seharusnya berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila yang menekankan keseimbangan antara aspek intelektual, spiritual, dan sosial. Pendidikan Pancasila yang berakar pada kebudayaan bangsa menjadi landasan yang kuat untuk menyusun kurikulum, mengelola pembelajaran, serta membentuk peserta didik yang berakhlak.
Dalam proses belajar di Pendidikan Profesi Guru (PPG), saya juga belajar tentang pendekatan-pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan semangat Pancasila. Salah satu pendekatan yang relevan adalah Pembelajaran Berdiferensiasi, di mana guru berusaha memenuhi kebutuhan belajar peserta didik yang beragam. Pendekatan ini selaras dengan sila kedua, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab, di mana setiap peserta didik diperlakukan dengan adil, sesuai dengan kebutuhan dan potensi mereka. Penerapan pembelajaran berdiferensiasi ini saya alami langsung dalam praktik mengajar di kelas. Saya berusaha menyesuaikan metode dan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik masing-masing peserta didik, mengingat setiap anak adalah individu yang unik sehingga sebagai seorang guru harus mengerti kebutuhan peserta didik dan mengajar sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman peserta didik.
Dalam menyusun modul ajar pada saat PPL, saya mengintegrasikan nilai-nilai profil pelajar pancasila kedalamnya. Misalnya, ketika mengintegrasikan nilai gotong royong dan cinta tanah air ke dalam materi pembelajaran Pendidikan Pancasila, saya merancang kegiatan diskusi kelompok yang menekankan pentingnya kerjasama dan sikap saling menghargai terhadap pendapat orang lain. Melalui diskusi, peserta didik belajar bagaimana bermusyawarah untuk mencapai mufakat, yang merupakan bagian dari nilai-nilai Pancasila. Saya juga melibatkan peserta didik dalam kegiatan proyek yang berkaitan dengan kebudayaan lokal, sehingga mereka dapat menghargai warisan budaya bangsa dan mencintai tanah air. Selama PPG, saya juga diajarkan tentang pentingnya evaluasi pembelajaran yang adil dan berkesinambungan. Hal ini selaras dengan sila kelima, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Setiap peserta didik memiliki kesempatan yang sama untuk berhasil, dan tugas guru adalah memberikan dukungan dan bimbingan yang dibutuhkan untuk mencapai potensi maksimal mereka. Dalam praktik mengajar, saya berusaha memberikan umpan balik yang konstruktif dan bervariasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing peserta didik.
Pengalaman pada saat belajar di PPG juga semakin menguatkan pemahaman saya bahwa pembelajaran yang berlandaskan pada Pancasila tidak hanya melibatkan penanaman nilai-nilai moral, tetapi juga mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam setiap aspek pembelajaran. Sebagai contoh, dalam mata kuliah Pemahaman tentang Peserta Didik dan Pembelajarannya, saya belajar pentingnya memahami latar belakang sosial dan budaya peserta didik. Dengan demikian, nilai-nilai Pancasila, seperti penghargaan terhadap keragaman dan persatuan, dapat diterapkan secara nyata dalam kelas yang multikultural. Pendidikan yang berlandaskan pada Pancasila bukanlah konsep yang abstrak, melalui pengalaman belajar di sekolah, saya semakin yakin bahwa Pancasila harus diinternalisasi dalam setiap langkah pendidikan, mulai dari perencanaan pembelajaran hingga evaluasi. Dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila, harapannya dapat membentuk generasi emas yang tidak hanya berprestasi secara akademis, tetapi juga memiliki akhlak mulia, cinta tanah air, dan mampu berkontribusi untuk kesejahteraan masyarakat luas. Pendidikan yang berlandaskan Pancasila adalah kunci untuk menciptakan Indonesia yang lebih baik di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H