Mohon tunggu...
Mulyani S.Pd
Mulyani S.Pd Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Jawa SMK N 1 Puring, Kebumen

Guru di salah satu wilayah Kebumen, tertarik dengan isu sosial dan pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tantangan dan Peluang: Menjadi Guru Bahasa Jawa di Era Digital

28 Agustus 2022   11:30 Diperbarui: 28 Agustus 2022   11:45 1159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

" Inga ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut Wuri Handayani" 

Siapa yang tidak asing lagi dengan kalimat tersebut? Setiap kita barangkali pernah mendengarnya, minimal sekali seumur hidup. Ya, apabila mendengar deret kalimat tersebut, muncullah sosok pahlawan yang sangat berjasa dalam hal pendidikan. Beliau adalah Ki Hajar Dewantara. Pejuang dalam hal pendidikan. 

Sebagaimana makna dari tiga susunan kalimat sebelumnya, yaitu " di depan memberi teladan, di tengah membangun semangat, di belakang memberikan dorongan", kita juga tidak akan melupakan kehadiran sosok guru. 

Guru juga menjadi pahlawan bagi dunia pendidikan itu sendiri; mereka yang mengabdikan dirinya untuk kerja-kerja sosial dalam mencerdaskan anak bangsa. Kalau tidak ada guru, apa jadinya pendidikan kita?

Bicara tentang pendidikan hari ini yang  dihadapkan pada pesatnya kemajuan zaman, tentu membuat kita banyak merenung. Terlebih dalam hal komponen mata pelajaran yang diajarkan di kelas-kelas, khususnya dalam aspek muatan lokal. 

Sebut saja mata pelajaran Bahasa Jawa; apakah masih diminati? Apakah peserta didik zaman sekarang masih memiliki ketertarikan terhadap mata pelajaran tersebut? Apakah bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman? Kecamuk pertanyaan tersebut pada akhirnya menorong penulis untuk menyampaikan opininya. Faktanya, tidak sedikit siswa yang mulai asing dengan mata pelajaran Bahasa Jawa. 

Padahal mereka lahir, tinggal, dan dibesarkan di Pulau Jawa. Tidak ayal, perhatian mereka banyak tersita dengan hal-hal yang berbau modernitas. 

Arus globalisasi yang membuat siswa lebih familiar dengan hal-hal asing: bangga ketika bisa belajar bahasa asing, merasa percaya diri ketika menggunakan produk luar negeri, bahkan lebih mengunggulkan hal-hal yang viral dan berbau nonlokal. 

Hal tersebut tentu menjadi PR tersendiri bagi para pendidik hari ini. Salah satunya yaitu pelajaran Bahasa Jawa di era digital yang menuntut kita untuk lebih melek teknologi.

Tantangan Menjadi Guru Bahasa Jawa  di Era Digital

Hasil obrolan saya bersama beberapa guru Bahasa Jawa banyak menyoroti tentang kegelisahan terkait dengan metode dan model pembelajaran Bahasa Jawa yang ada di sekolah-sekolah pada era kemajuan tekonologi hari ini. 

"Siswa kadang susah sekali untuk diajak berpikir lebih kritis dalam konteks mata pelajaran ini." Muncul juga temuan," Lha bagaimana mau kritis, motivasi mereka untuk belajar Bahasa Jawa masih rendah." 

Inilah tantangan-tantangan guru Bahasa Jawa di era sekarang. Salah satunya bagaimana membuat proses pembelajaran di kelas semenyenangkan mungkin dengan memanfaatkan teknologi. Mau tidak mau, kita dituntut untuk menyesuaikan zaman. 

Teknik pembelajaran model lama juga harus diperbaharui agar relevan dengan konteks saat ini, sehingga esensi pembalajaran tetap sampai tanpa menghilangkan nilai-nilainya. Tantangan menjadi guru Bahasa Jawa di era digital memang besar, tapi bisa kita upayakan.

Peluang?

Bahasa Jawa sebagai salah satu ikon kekayaan bangsa Indonesia semestinya memiliki nilai lebih apabila terinternalisasi dalam mata pelajaran Bahasa Jawa itu sendiri. 

Guru dan siswa dapat melakukan kolaborasi-kolaborasi kegiatan di dalam kelas untuk mengembangkan metode pembelajaran berbasis teknologi. Kabar baiknya, di era digital seperti sekarang ternyata memberi akses lebih luas serta kemudahan kita untuk mengembangkan kreativitas. 

Contonya, melakukan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Jawa menggunakan project based learning. Siswa akan menjadi subjek dari pembelajaran tersebut yang terlibat aktif melalui projek-projek kelas. 

Selain itu, tentu guru bisa mengembangkan alat-alat pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi. Salah satu contohnya, menggunakan android dalam memudahkan pembelajaran aksara Jawa; bisa melalui quis online, kamus online, dan lain sebagainya.

Pada intinya, era digital tidak menghambat guru mata pelajaran Bahasa Jawa untuk terus mengembangkan dirinya. Melalui pemanfaatan teknologi yang tepat, justru pelajaran Bahasa Jawa dapat semakin diminati. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun