Secara ringkas, basil dari pemikiran Aristoteles dapat dikategorikan dalam lima cabang atau kelompok, yaitu Logika, Fisika dan Metafisika, Biologi dan Psikologi, Etika dan Politik, Estetika dan Kritik Literatur. Kelima cabang pemikiran ini dituliskan dengan sangat cermat dan hati-hati, yang mana inti tujuannya adalah untuk membangun keilmuan di setiap aspek yang dibahasnya.
Aristoteles  mengembangkan sebuah penalaran tentang apa yang menjadi tujuan hidup manusia. Menurutnya, ada dua macam yang menjadi tujuan manusia, yaitu tujuan sementara dan tujuan akhir. Tujuan sementara adalah sebagai sarana untuk mencapai tujuan lebih lanj ut. Misalnya, seorang petani menebang pohon di hutan dan selanjutnya membakamya adalah bertujuan untuk selanjutnya dapat dicangkul dengan lebih gampang. Si petani selanjutnya mencangkul lahan tersebut agar dapat menanam bibit dari tanaman. Adapun yang menjadi tujuan dari penanaman bibit tanaman tersebut adalah agar pada suatu saat ia dapat memetik basil dari tanaman tersebut. Demikian selanjutnya, si petani melakukan berbagai macam kegiatan lanjutan.
Aristotle membagi pengetahuan manusia menjadi dua:Â
- Pengetahuan Non-Theoria Produktif (Praktis):
- Ini adalah pengetahuan yang tidak berfokus pada kebenaran absolut, melainkan pada kegunaan, efektivitas, dan efisiensi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks kepemimpinan, pemimpin sering kali dihadapkan pada situasi di mana mereka tidak perlu selalu melakukan hal yang benar dalam arti kebenaran absolut, tetapi melakukan hal yang paling berguna dalam situasi tersebut. Misalnya, seorang pemimpin bisnis tidak harus mengikuti metode yang paling ilmiah atau benar secara teori, tetapi lebih penting memastikan keputusan yang diambil menghasilkan keuntungan atau keberhasilan. Contoh yang diberikan dalam halaman ini adalah pembuat bakso. Pembuat bakso mungkin tidak memikirkan apakah cara membuat baksonya benar atau sesuai dengan teknik kuliner yang sempurna, tetapi fokus utamanya adalah membuat bakso yang enak dan laku di pasaran.
- Pengetahuan Theoria (Absolut):
- Berbeda dengan pengetahuan praktis, pengetahuan ini berfokus pada kebenaran yang tidak bisa dikompromikan. Dalam ilmu pengetahuan atau matematika, kebenaran bersifat absolut; misalnya, dalam matematika, hasil 5 + 5 selalu 10, dan tidak ada alternatif lain. Dalam konteks ini, kebenaran adalah prioritas utama, meskipun mungkin tidak memiliki manfaat langsung yang dapat dirasakan secara praktis. Â
Nilai Praktis dalam Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah tentang pengambilan keputusan yang tepat dalam konteks praktis. Pemimpin sering kali dihadapkan pada situasi di mana mereka harus menyeimbangkan antara apa yang "benar" dan apa yang "berguna". Kegunaan sering kali diutamakan karena kepemimpinan melibatkan tanggung jawab untuk mencapai tujuan bersama, sehingga hasil yang efektif dan efisien lebih diprioritaskan dibandingkan kebenaran teoretis yang mungkin tidak relevan dengan situasi yang dihadapi
Moral dan Pragmatisme dalam Kepemimpinan
Aristotle juga menyoroti dilema yang sering dihadapi oleh para pemimpin: apakah mereka harus membuat keputusan berdasarkan prinsip moral yang mutlak atau lebih mengutamakan kegunaan praktis? Dalam banyak kasus, pemimpin harus membuat keputusan yang bersifat pragmatis, di mana mereka memilih opsi yang paling menguntungkan meskipun mungkin tidak sesuai dengan kebenaran moral yang ideal.
Sphere of Action or Feeling yang berhubungan dengan Kelebihan, Keseimbangan, dan Kekurangan Moral (Moral Virtue Deficiency)Â
1. Konsep Moral Virtue Menurut Aristotle