"Ummm, eh. Umm, iya. Gu-gue ... gue juga. Itu ... gue suka banget sama lo." Malu-malu kukatakan jawaban. Suara seperti tertahan, tetapi kuyakin Rian mendengar.
Ini pertama kalinya aku jadi suka wayang-wayangan buatan bapak. Entah mengapa, di tangan Rian mainan itu tampak lucu. Terlihat menarik. Mungkin karena ... dipegang dengan rasa cinta. Ah, terima kasih monyet cokelat, telah jadi perantara ungkapan rasa.
Aku tidak menyesal sudah mengajak Rian ke rumah. Membuat cowok bermata elang itu membawa mainan yang sebelumnya kuanggap hanya sampah. I love you too, Adrian. Hari ini sungguh indah.
Tamat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H