"Apa yang akan kau lakukan? Maksudku selain berdoa?"
Sampai kapan pun, aku adalah perempuan bersahaja yang paling kau cinta, Sayang. Akan kubuktikan materi bukan segalanya. Bahkan jika perlu, aku akan bersumpah. Apa pun yang terjadi, tidak akan pernah mengiba-iba, mengharap derma pada mereka. Tidak akan!
"Akan kubuktikan pula. Aku lelaki yang membuatmu bahagia. Sebahagia-bahagianya. Sekarang dan selamanya."
Senja luruh.
Kini kita adalah sepasang petarung dengan dada yang menyala-nyala. Cinta telah menumbuhkan segalanya. Arah yang benderang. Sayap-sayap kekuatan siap dikepakkan.
"Bagaimana andai restu tak juga jadi milik kita?" Kau bertanya seraya merenggangkan pelukan. Ada gurat nakal membayang di paras tampanmu.
Terkadang cinta tetap bisa bersatu, walaupun tanpa restu. Dan aku bisa senekat itu.
Kau cubit mesra hidungku, dekapan kembali dieratkan. Perlahan hangat menyusup lembut. Percakapan senja berakhir. Tidak ada yang tertinggal, kecuali hening.
Hari-hari ke depan adalah waktunya pembuktian ditunaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H