Mohon tunggu...
Mulyadi Djaya
Mulyadi Djaya Mohon Tunggu... Dosen Univ. Papua -

Memotret Papua bagai oase yang tidak pernah kering. Terus berkarya untuk Indonesia yang berkemajuan (#dosen.unipa.manokwari).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyingkap Spekulasi Hilangnya Anak Milyuner Amerika di Papua (1961)

16 Februari 2018   17:39 Diperbarui: 16 Februari 2018   18:14 1663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rockefeller kepada Rene Wassing sempat mengatakan, "Saya rasa, saya bisa membuatnya," dan dia bergegas berenang ke pantai dengan menggunakan jerigen sebagai pelampung. Boleh jadi Rockefeller meninggal karena kelelahan dan teggelam ketika berenang dengan jarak yang sangat jauh itu. 

Keesokan harinya Wassing berhasil diselamatkan, sementara Rockefeller tidak pernah terlihat lagi, meski usaha pencariannya intensif dan panjang oleh tim yang diutus oleh orang tuanya. Hilangnya Rockefeller adalah berita utama dunia. Mayatnya tidak pernah ditemukan. Secara hukum Amerika dia dinyatakan meninggal tanpa ditemukan jenazahnya pada tahun 1964.

Ada spekulasi yang menyebutkan bahwa anak wakil preseden Amerika itu tewas dimangsa buaya atau ikan hiu di pantai selatan Papua. Kalau demikian kejadiannya kenapa Rene Wassing selamat hingga ke darat? Sejauhmana pendalaman peristiwa dari sahabat Belanda tersebut? Dan, bagaimana keberadaan dua orang pemandu warga Asmat itu? Belum ada tulisan yang mengungkap.

Selanjutnya, sampai di darat ia disambut oleh serombongan penduduk pribumi yang memiliki kebiasaan kanibal kepada setiap musuh-musuhnya. Memang, enam bulan sebelumnya seorang polisi Belanda pernah mengeksekusi hukuman mati penduduk lokal di wilayah tersebut. Ketika Michael Rockefeller muncul dari dalam laut menggunakan kemeja biru dan celana pendek warna putih, langsung ditangkap dan dibunuh sebagai obyek balas dendam kepada polisi Belanda tadi.

Tentang Mechael Rockefeller yang masih berusia 23 tahun itu ditangkap dan dibunuh oleh suku-suku kanibal Asmat dapat dibantah dengan argumen riil peristiwa tahun 1960-an, bahwa tidak pernah terjadi warga kulit putih atau orang barat yang datang ke Papua diperlakukan dengan tindakan kekerasan apalagi dibunuh. Semenjak kedatangan dua misionaris Jerman Ottow-Geissler 5 Februari 1855, antropolog, peneliti biologi, pendeta, pastur, guru, dan orang berkulit putih lainnya berkeliaran di Papua tanpa ada gangguan, dan budaya pengayau (kanibal) dan perang antar suku sudah berkurang. Justru orang berkulit putih dianggap dewa penyelamat yang datang membawa kesejahteraan dan kebahagiaan bagi orang Papua, yang disebut cargo cultyang sangat diyakininya. 

Muncul Sosok Kulit Putih dan Berjenggot

Benarkah demikian? Pejabat Belanda di Papua menduga bahwa Michael Rockefeller telah tenggelam. Rumor tersebut bertahan hingga tahun 1968, membuat Milt Machlin Editor Majalah New York terbang ke Papua untuk melakukan investigasi berbulan-bulan. Dia bertemu dengan seorang pensiun tentara Belanda yang terakhir menjadi misionaris di Papua bernama Cornelius van Kessel yang sudah tinggal bersama dengan suku Asmat ketika peristiwa itu terjadi. Pendeta itu bercerita bahwa seminggu setelah pencarian Mechael Rockefeller dinyatakan berhenti, ada desas-desus orang Amerika itu telah ditangkap dan dibunuh. Sama seperti isu-isu sebelumnya.

Namun pendapat itu dibantah oleh pejabat Belanda lainnya bahwa informasi dari sang misionaris tidak bisa diandalkan. Milt Machlin belum mampu menemukan kebenaran peristiwa yang sangat menggemparkan dunia itu. Karena masa tinggalnya berakhir dia kembali ke Amerika dan mengutus fotografer dan kameramen, Malcolm Kirk untuk melanjutkan penyidikan disertai dengan pengambilan gambar ke Papua.

Dari hasil shooting film Kirk-lah terungkap sosok kulit putih berjenggot sedang naik kano atau perahu khas Asmat bersama beberapa orang Asmat. Ternyata rekaman dalam bentuk film telah disimpan oleh Milt Machlin selama 40 tahun kemudian ditemukan dipublikasikan oleh Fraser Heston putra aktor Charlton Heston. 

Film dokumenter itu diberi judul The Search For Michael Rockefeller diteliti berdasarkan buku Milt Machlin tentang hilangnya Rockefeller di Papua. Benarkah orang putih berjenggot dalam rekaman itu Michael Rockefeller? Ada yang membenarkan karena jarang orang Papua berkulit putih dan berjenggot panjang seperti nampak dalam film sekilas tersebut. Michael Rockefeler telah menyerahkan jiwa dan raganya untuk bergabung dan mengabdikan diri dengan orang-orang Asmat yang digelutinya.

Pihak yang berseberangan menyebutkan bahwa orang-orang Papua juga ada orang berkulit putih albino yang sulit dibedakan dengan orang Eropa.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun