Demikian Orang Asmat yang tinggal di muara sungai pasang surut dan rawa-rawa memiliki cara sendiri untuk mempertahankan hidup. Mereka mampu membuat jaring dari anyaman daun sagu. Jaring tersebut digunakan untuk menjaring ikan di muara sungai.
Caranya sangat sederhana  dengan melemparkan jaring tersebut ke laut kemudian ditarik secara gotong royong. Karena sifat muara sungai yang banyak mengandung lumpur, sangat menyulitkan ketika jaring ikan ditarik ke pesisir. Untuk mengakalinya, mereka tambatkan jala atau jaring tersebut pada waktu air pasang dan kemudian ditarik kembali ketika air surut. Ini menujukkan bahwa teknik dan pengetahuan lokal telah tumbuh secara alami di masyarakat Papua.
Aturan Adat Menyelamatkan Laut
Membaca budaya masyarakat adat Papua tentang relasi dengan wilayah pesisir di atas telah melahirkan aturan adat tentang pola penangkapan ikan, sistem menjaga dan memelihara sumberdaya laut, serta ikut menjaga kehidupan masyarakat nelayan yang tinggal di wilayah pantai dan pulau.
Walaupun aturan tersebut belum dibuat secara tertulis tetapi  disampaikan secara lisan dalam setiap acara atau ritual adat, seperti melarang melakukan pemboman; peracunan dan pembiusan, penyetruman dengan alat listrik, pengambilan terumbu karang, dan bahan-bahan lain yang dapat merusak lingkungan hidup dan biota lainnya. Demikian juga melarang menebang atau merusak pohon-pohon kayu di pesisir atau  pantai seperti pohon bakau, ketapang, dan sagu, serta melarang menangkap biota laut yang dilindungi seperti  lumba-lumba  dan penyu. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H