Mohon tunggu...
Mulla Kemalawaty
Mulla Kemalawaty Mohon Tunggu... -

Penulis merupakan staf di Politeknik Indonesia Venezuela (Poliven) yang berlokasi di Cot Suruy, Aceh Besar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tokyo Tower, Icon Kebangkitan Jepang

16 Januari 2012   04:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:50 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13286238632062178557

Tokyo Tower merupakan obyek wisata yang ‘wajib’ dikunjungi jika Anda berkunjung ke Tokyo.Karena menara yang mirip dengan Menara Eiffel ini, selain simbol kota Tokyo, juga merupakan simbol kebangkitan ekonomi Jepang.Jadi biasanya turis-turis menjadikan Tokyo Tower ini sebagai tujuan utama wisata mereka.Namun agak berbeda denganku.Aku baru menjejakkan kaki ke sini setelah kurang lebih tiga tahun berada di JepangBut, better late than never. Terkadang kesempatan memang tidak datang begitu saja, tapi harus dikejar.

Aku pergi bertiga dengan suami dan anakku, Faisal yang berusia dua tahun.Dari kejauhan, Tokyo Tower nampak tinggi menjulang, tampil beda dibandingkan bangunan-bangunan lain di sekelilingnya.Tiang-tiang bajanya berwarna oranye cerah berpadu dengan putih, nampak kokoh dan elegan.Menara ini terletak di tengah kota, dan bisa dicapai dari banyak stasiun, antara lain:

  1. Stasiun Onarimon di jalur Metropolitan Subway Mita Line;
  2. Stasiun Akabanebashi di jalur Oedo Subway Line;
  3. Stasiun Hamamatsucho di JR Yamanote atau JR Keihin-Tohoku Line;
  4. Stasiun Daimon di jalur Metropolitan Subway Asakusa Line;
  5. Stasiun Kamiyacho di jalur Tokyo Metro Hibiya Line;

Di situs web resminya http://www.tokyotower.co.jp/english terdapat peta.Jadi tinggal pilih jalur yang sesuai dengan tempat tinggal.

Memasuki gedung, di ticket office, kami membeli tiket untuk dua orang, aku dan suami. Harga tiket masuk ke Main Observatory untuk dewasa sebesar 820 Yen, untuk anak-anak SD dan SMP sebesar 460 Yen, dan untuk anak-anak di atas empat tahun sebesar 310 Yen.Jadi Faisal tidak perlu membeli tiket karena umurnya di bawah empat tahun.Selain tiket, kami juga mendapat booklet yang berisi informasi seputar Tokyo Tower.Petugas tiket memberikan cenderamata berupa bolpoint berbentuk maskot menara, salah satu dari si kembar Noppon kepada Faisal, yang disambut dengan senyum sukacita.

Setelah itu, kami naik lift langsung menuju ke Main Observatory. Dari ketinggian 150 meter kita dapat melihat pemandangan Perfektur Kanagawa (Kawasaki, Yokohama), Saitama dan Chiba.Kawasan ini disebut juga dengan Kanto (Tokyo dan sekitarnya). Uniknya, kita bisa melihat dari segala arah mata angin atau 360 derajat. Syukurnya, cuaca cerah, jadi kami dapat memantau semua sisi kota dengan jelas.

Dilihat dari atas kota, aku bisa menyimpulkan bahwa Tokyo merupakan kota metropolitan yang sangat padat.Gedung-gedung pencakar langit, perkantoran dan apartemen, berhimpitan seperti berebut tempat.Pemandangan yang umum ditemui di kota-kota besar dunia.Selain gedung-gedung, nampak jalan raya dengan mobil-mobil yang berseliweran, seperti mainan saja layaknya.Dari sebelah tenggara, nampak bagaimana birunya Teluk Tokyo (Tokyo Bay) berpadu dengan putihnya langit.Andai memiliki sayap, ingin rasanya langsung terbang ke sana. Di dekatnya ada Museum of Maritim Science di Odaiba yang bentuknya seperti kapal laut.Juga Rainbow Bridge, jembatan gantung yang mirip dengan jembatan San Fransisco.Amboi indahnya.

Sedang asyik-asyiknya menikmati pemandangan, ada hal yang membuat saya tercengang.Di tengah padatnya bangunan yang mendominasi kota, dan pastinya harga tanah di sini juga melambung tinggi, terselip kawasan hijau berupa rimbunnya pepohonan.Dari booklet yang dibagikan saat membeli tiket, saya mendapat informasi bahwa kawasan itu adalah sebuah taman.Ada Hama Rikyu Garden dan Shiba Park di sebelah timur, juga ada Shinjuku Gyoen Park di sebelah barat.Sedangkan di sebelah utara, Imperial Palace dan Hibiya Park terhampar bagaikan karpet hijau.Sangat menyejukkan mata.

Sebagaimana kita ketahui, kawasan hijau ini berfungsi untuk mengurangi polusi udara dan sebagai daerah resapan air. Jadi efektif untuk mencegah banjir .Kebijakan pemerintah untuk tetap mempertahankan keberadaan taman-taman ini di tengah perebutan lahan yang sengit, patut diacungi jempol.

Selama ini aku berpikir Tokyo Tower fungsinya hanyalah sebagai objek wisata, ternyata saya salah.Fungsi utamanya adalah sebagai menara antena pemancar TV analog (UHF/VHF), TV lokal digital, dan radio FM. Selain itu, perusahaan KA East Japan Railway juga menggunakan menara ini untuk meletakkan antena radio sistem darurat kereta api, dan sejumlah instrumen pengukuran dipasang oleh Kantor Lingkungan Hidup Metropolitan Tokyo.Subhanalloh!Lagi-lagi bibir ini berdecak kagum.Antena pemancar dimanfaatkan sebagai objek wisata.Memang hebat pemerintah Jepang.Sekali mendayung, dua bahkan tiga pulau terlampaui.Sangat efisien dan efektif.

Dan siapa sih pencetus ide cemerlang ini?Orang yang berjasa ituadalah pengusaha surat kabar dari Osaka bernama Hisakichi Maeda (kelak menjadi direktur utama Sankei Shimbun, Kansai Telecasting Corporation, dan Osaka Broadcasting Corporation). Hisakichi melihat kebutuhan mendirikan menara pemancar bersama untuk sejumlah stasiun TV di Tokyo.

Pemancar yang diletakkan di Tokyo Tower bisa menjangkau wilayah Kanto hingga radius 100 km. Sebelum menara ini didirikan, sejumlah stasiun TV di Tokyo, NHK General TV, Nippon Television (NTV), dan TBS sudah beroperasi dengan antena pemancar sendiri yang tingginya mencapai 170 m. Pada tahun 1958, Fuji TV, NET (sekarang TV Asahi), dan saluran pendidikan NHK mulai memindahkan antena pemancar ke Menara Tokyo.

Menara ini dibuka untuk umum pada Desember 1958.Desainnya mengikuti Menara Eiffel di Paris, Perancis. Tingginya 333 m, lebih tinggi 13 m dari Menara Eiffel, namun beratnya hanya 4.000 ton (Menara Eiffel yang beratnya 7.000 ton). Bagian atas menara dirancang untuk tahan terhadap hembusan angin kencang hingga kecepatan angin 100 m per detik, sedangkan bagian bawah menara tahan terhadap angin berkecepatan 80 m per detik.

Fasilitas apa saja sih yang ada di Main Observatory ini?Di sini ada kafe, toko cenderamata, penyewaan teleskop dan juga look-down window.Kita bisa melihat ke bawah melalui jendela yang tembus pandang.Asyik khan! Dan di malam hari pada hari-hari tertentu, ada pertunjukan konser musik dari Club 333.Pada Rabu dan Kamis malam, mulai jam 19.00 sampai jam 21.00 (dua kali pertunjukan), pengunjung akan dihibur oleh lantunan musik jazz, R&B, dan bossanova.Sungguh suatu kolaborasi yang cantik antara Tokyo’s night scene dengan musik.Romantis sekali.Dan pada Jumat malam, ada DJ juga lho, jadi pengunjung bisa merequest lagu-lagu favorit.Komplit deh.

Nah bagi yang belum puas melihat pemandangan dari ketinggian 150 m, bisa naik lagi sampai ketinggian 250 m.Namanya Special Observatory.Tapi harus beli tiket lagi, untuk dewasa sebesar 600 Yen, untuk anak-anak SD dan SMP sebesar 400 Yen, dan untuk anak-anak di atas empat tahun sebesar 350 Yen.Beli tiketnya di Main Observatory lantai dua.Dari sinijangkauan pandang kita bisa lebih jauh lagi.Sejauh Gunung Fuji atau Gunung Tsukuba.

Ohya kalau ingin ke Menara Tokyo ini, saran saya sebaiknya pergilah di sore hari.Karena pemandangan terindah itu adalah saat menjelang maghrib. Saat mentari turun ke peraduan, dimana langit memerah jingga, alam terlihat begitu syahdu.Danketika malam membayang pun ‘view’nya tak kalah eksotis.Kemilau cahaya yang berasal dari kerlip lampu dari seluruh penjuru kota bertabur bagaikan kerlip bintang di angkasa.Sayangnya di sini tidak tersedia mushola, jadi perlu mencari tempat yang memungkinkan untuk sholat maghrib.

Tokyo Tower sendiri pun, di malam hari terlihat begitu anggun bercahaya, dengan ratusan lampu yang menyinarinya. Warnanya yang oranye keemasan begitu kontras berpadu dengan gelapnya malam. Dan mengapa menara ini dicat dengan warna oranye, ternyata ada maksudnya.Hal itu berdasarkan peraturan keselamatan penerbangan, agar tidak ditabrak oleh pesawat yang lalu lalang.

Tokyo Tower atau Tokyo Tawa, demikian biasa orang Jepang menyebutnya, menawarkan aneka fasilitas.Di bawah menara masih ada bangunan berlantai empat yang bernama Foot Town.

Lantai B1 terdapat Security Center dan Medical Room.

Lantai 1F terdapat Information, ticket office, lift, toko cenderamata, akuarium, pertokoan

Lantai 2F terdapat toko cenderamata,restoran

Lantai 3F terdapat kafe dan Wax Museum (Museum Lilin).Museum ini buka dari jam 10.00 sampai jam 21.00.Tiket untuk dewasa sebesar 500 Yen dan untuk anak-anak sebesar 350 Yen.

Lantai 4F terdapat game corner

Roof (atap) terdapat aneka permainan anak-anak (amusement park)

Sangat lengkap.Bisa dikatakan, Tokyo Tower ini merupakan “One Stop Shopping”.Disamping rekreasi, bisa santai di kafe, bisa cuci mata sekalian belanja, bisa mendengarkan konser musik.Anak-anak juga bisa menikmati aneka permainan. Yangheboh food courtnya, tak hanya meyediakan makanan Jepang, tapi ada Western food, Chinese food, kari, dan lain-lain. Pengelola Tokyo Tower ini rupanya cepat tanggap dan sangatmengerti jika yang berkunjung ke sini kebanyakan turis manca negara.Jadi makanannya disesuaikan dengan selera turis-turis itu.Begitu juga dengan cenderamata, tidak perlu pusing-pusing hunting ke tempat lain, di sini juga tersedia banyak pilihan, tinggal pilih yang sesuai selera.Hemat waktu, uang dan tenaga khan.

Dari Tokyo Tower ini kita dapat melihat betapa seriusnya pemerintah Jepang mengelola pariwisata.Beragam kenyamanan dan fasilitas disediakan di sini.Banyak peluang usaha dan lapangan kerja yang tercipta.Sebut saja industri makanan, industri cenderamata, industri mainan dan banyak lagi.Bisa dikatakan, Tokyo Tower ini memberikan efek ganda (Multiplier Effect) yang besar bagi masyarakat, dunia industri dan pemerintah.Roda perekonomian pun berputar dengan lancer seiring derasnya perputaran uang.Itu semua hanya dari satu objek wisata saja.Belum lagi dari objek wisata yang lain.Ini semua adalah berkat manajemen yang baik, perencanaan yang matang dan cermat, dan kordinasi dengan banyak pihak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun