Mohon tunggu...
mulia nasution
mulia nasution Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Pernah bekerja sebagai jurnalis The Jakarta Post, RCTI, Trans TV. Sekarang bergiat sebagai trainer jurnalistik, marketing dan public relations

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

15 Tahun Transjakarta, Kisah Penumpang Setia

26 Februari 2019   10:15 Diperbarui: 26 Februari 2019   17:09 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, sekitar 2 menit kemudian, muncul bus transjakarta Pinang Ranti - Pluit (Koridor 9)  di Halte Pancoran Barat. Meski ada beberapa penumpang yang berdiri di depan pintu, saya menerobos ke dalam dan menemukan bangku kosong. Bangku yang istimewa, sebab bus ini punya bangku yang menutup sendiri bila tidak diduduki. Saat akan diduduki harus ditarik dulu dengan tangan. Penumpang yang di sebelah membantu saya untuk menarik dudukan kursi. Bantuan tulusnya, itulah bentuk keramahan yang istimewa bagi saya di dalam angkutan umum.        

"Maaf Bu, saya terlambat sampai kantor. Saya salah pilih bus, seharusnya naik bus yang lewat tol dari Pinang Ranti, eh malah naik bus yang regular. Saya sudah dekat, mau sampai di Halte Gatot Subroto LIPI, dan nanti saya transit di Halte Semanggi," kata seorang penumpang berusia belia menjawab telepon, dan suaranya terdengar kencang.

Dari kata-katanya, saya mendengar ia akan menuju ke sebuah mal di kawasan Semanggi.  

"Oh ya Bu, kawan-kawan lain sudah pada nyampe kah?" lanjutnya. Ia memakai head set di telinganya saat bertelepon ria dan cuek dengan penumpang lain.

Dalam hati, saya menghibur diri, ternyata hari ini bukan hanya saya yang mengambil langkah keliru dalam memilih bus yang harus ditebus dengan keterlambatan. Sambil memandangi jalan raya, saya menyaksikan kesibukan polisi lalu lintas menghentikan mobil yang melanggar aturan plat nomor ganjil-genap. 

Hari ini tanggal genap, sedangkan plat nomor mobil yang kena tilang, punya plat ganjil. Kalau saya juga menjadi sopir mobil Ford Escape Limited yang berplat ganjil ke pusat kota, saya akan terkena tilang. Dengan naik bus yang nyaman ini, saya merasa lebih santai, rilek, dan enjoi menikmati suasana di jalan raya Ibukota. Lebih hemat bahan bakar dan ongkos perjalanan. Smart city smart mobility, itu tagline transjakarta. 

Bagi saya, kenyamanan berada di angkutan transportasi umum ini, hak publik yang sudah lama terabaikan pemerintah. Namun kini ditebus dengan kenyamanan di dalam angkutan transjakarta.

Seiring dengan derasnya lonjakan penumpang setahun terakhir, pada jam sibuk seperti pagi hari saat jam berangkat kantor, atau sore hari saat jam pulang kantor, jangan membayangkan kenyamanan berada di dalam transjakarta. Penumpang biasanya penuh sesak dan berdesak-desakan, bahkan berjubel seperti sardencis. 

Pengalaman di Koridor 13, pada jam sibuk pelayanan buat bangku prioritas pun sering terabaikan, karena tingkat kesadaran penumpang buat memberikan bangkunya kepada orang lain, relatif rendah. Sementara kernek bus pun sering abai  buat mengingatkan penumpang lain agar merelakan kursinya bagi penumpang prioritas seperti ibu hamil,orang cacat, atau lansia. Harap maklum!   Kehidupan kita memang semakin terkotak-kotak dan individualistis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun