Mohon tunggu...
Muliana Adigunawan
Muliana Adigunawan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Penulis amatir yang terus meng upgrade diri.

Ada suara didalam diri, entah dipikiran atau dihati, semua itu membentuk melodi, yang menemani hari hari, tatkala sendiri, yang kalau diteliti terdapat inspirasi , temukanlah dan sadari, maka pemahaman tentang diri, akan dimengerti.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Gagal Bernalar Bagian 7

14 Juni 2023   09:43 Diperbarui: 14 Juni 2023   15:02 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kesan pertama saat memasuki tempat baru,tidak bisa dipisahkan dari rasa penasaran yang Selalu memunculkan dilematika didalam hati, ketakutan karena ketidaktahuan atau kekhawatiran karena keingintahuan .yang terbebas dari rasa itu, tentu adalah orang berpengetahuan. "

(entah qoutes apa yang kutulis diatas ini, wkwkwkk) 

hari pertama sekolah

Niluh sukerti berjalan kaki menggandeng tangan anaknya De ana, menuju ke sekolah dasar(SD)  yang jarak dari rumahnya tidak lebih dari 1.5 km .
De ana, yang kini usianya menginjak 5.5 tahun, sesampainya disekolah yang akan menjadi tempatnya menuntut ilmu itu, dibekali uang jajan  Rp 500.lalu ditinggal pulang oleh sang ibu, lewat kata "dada dada"sambil melambaikan tangan. Kebetulan disana ada "Adi" dan" tu oyet" teman sebayanya yang biasa dia ajak bermain dirumah . (Sedang duduk dengan lugunya tanpa kata seolah berada ditempat asing yang penuh bahaya)
 lalu tegur sapa pun terjadi khas ala kebiasaan mereka dirumah(saling toss,lalu tertawa bersama)

Note:
sampai saat ini penulis masih meneliti, dimana letak ke lucuan saat orang lain bertemu temannya dijalan,atau disuatu tempat secara kebetulan,pasti tertawa. kenapa mereka tertawa?apa yang menyebabkan tawa tersebut? Bagaimana bisa tidak ada yang lucu mereka tertawa?

Lanjuett,,,,

sebenarnya ,De ana  belum cukup umur untuk masuk SD, tapi karena usianya tanggung,kalau nunggu tahun depan, tentu kelamaan pikir sang ayah yang logikanya entah dari mana!!.

Kebetulan, pada saat melakukan pendaftaran siswa didik baru saat itu, cuma ditanya anak nya umur berapa pak?
sang ayah membulatkan umur anaknya menjadi 6 tahun, kalau dibilang 5 tahun tentu bukan solusi yang baik, karena pasti tidak akan memenuhi syarat administrasi,.
Dan kebetulan nya lagi, tidak ditanyai kebenarannya lebih detailnya,.

Seorang anak yang belum bisa menulis angka 1-10, juga bahkan tidak mengerti bentuk dan wujud dari abjad A-Z itu.Hanya hafal pengucapannya saja.bahkan kocaknya lagi si anak tidak mengerti sama sekali bahasa indonesia,karena bahasa sehari-harinya adalah bahasa Bali.satu satunya yang si anak bisa adalah menggambar, itupun gambar gunung.
 Yang ini:  

Gagal bernalar.jpg1
Gagal bernalar.jpg1


Orang tuanya sudah mengajarinya, menulis dan berhitung, tetapi namanya anak-anak lebih senang untuk bermain.
fasilitas buku dan pensil digunakan mainan,


buku dirobek untuk membuat pesawat kertas ,mungkin untuk menyindir konten gak berfaedah pesawat kertas di instagram. 


pensilnya dicoretkan kedinding lewat garis panjang naik dan turun,mungkin untuk menyindir gambaran harga saham gorengan di IHSG .

Berbeda dari anak yang lainnya yang setidaknya bisa membaca dan menulis walau terbata-bata,. Disamping itu, sebagiannya lagi sudah pasih membaca dan menulis karena mengikuti TK(taman kanak-kanak) tetapi beruntung nya De ana , dia tidak sendiri,dari semua 30 siswa diruang kelas 1 itu, ada 1 murid senior yang memulainya sudah 2 tahun lalu,dengan bakat yang sama pula seperti yang dimiliki De ana.tapi belum naik kelas jua dan kini masih menjadi penguasa pribumi dikelas itu serta mengklaim dirinya sebagai preman kelas yang bernama" Bayu" alias" saplar".

Bagaimana kah nasib De ana? Apa dia akan mengikuti si  jejak bayu?

****


Dikisahkan disekolah tersebut,lebih tepatnya diruangan kelas  1 baru itu , para murid sedang beradaptasi dengan lingkungan barunya,dan saling berkenalan, walau 5 menit kemudian mereka sudah lupa,siapa nama orang yang mereka ajak kenalan itu. sehingga suasana menjadi berisik, berisiknya itu tidak jelas, tapi keras serta membahas berbagai tema tentang perkenalan, dicampur aduk menjadi rata menghasilkan frekuensi suara yang terdengar sampai ke RUANG GURU, lebih tepatnya ketelinga sang wali kelas tersebut yang benama "Ibu raden".

Ibu raden dirumorkan, adalah seorang ibu guru galak, yang telah mendidik selama puluhan tahun disekolah itu, bahkan sebagian orang tua siswa dikelas tersebut  adalah anak didik beliau.tentang betapa garang dan menakutkannya aura ibu guru yang satu ini.semua bermula dari cerita yang dibawakan oleh salah seorang anak, yang konon katanya,ayahnya menjadi saksi kegalakan sang guru, hingga menjadikannya sukses saat ini, kebetulan bakat yang dimiliki sang ayah tersebut pada saat itu, sama pula, dengan De ana dan si bayu, kebetulannya lagi cerita itu Dibawakan oleh si anak dengan majas metamorfora yang yang menambah horornya cerita tersebut, Bahkan (bayu)sang preman kelas yang belum menunjukkan taringnya itupun ikut menggigil ketakutan saat menguping cerita tersebut karena lagi lagi kebetulan wali kelas nya yang sebelumnya bukan beliau, sehingga  si berandal kecil yang mengklaim dirinya sebagai preman itu, tidak memiliki data empiris tentang sosok yang satu ini.

Singkat kata-singkat cerita, bel sekolah yang dipukul melalui lonceng tanda masuk pelajaran pertama dimulai.satu kelas itu nampak sepi, san damai ,saat sang wali kelas masuk keruangan itu, padahal barang 5 menit yang lalu frekuensi ributnya sudah sampai ketelinga sang guru, kini suara itu berganti menjadi hening dilatari rintik rintik suara sepatu hak tinggi yang dengan kejamnya menggetok setiap lantai yang diinjak  nya,menambah kesan kebenaran cerita yang disampaikan lewat kabar burung itu.
Klot"tok"tok...(suara sepatu,bukan sepatu kuda) ..
Suara itu berirama dengan detak jantung murid"baru dikelas itu.
Dalam hati sang murid bertanya-tanya apa yang akan terjadi selanjutnya?

"Slamat pagi, anak-anak,,,,ucap ibu raden(ramah menyapa siswa barunya)
Selamat Pagiiiii ibu guru, (kompak semua siswa menjawab)

Dari nada yang nampak ramah itu Keraguanpun mulai muncul tentang rumor ibu guru yang galak itu, apa benar begitu, pikir si preman kecil. (Sambil tersenyum didalam hatinya)

Sementara de ana, yang duduk dipojokkan, dan tidak mengerti apa tema yang dibicarakan teman-teman barunya itu,berfikir keras, menerjemahkan kata demi kata, menyambungnya pelan pelan, bahkan dia sibuk didalam pikirannya, karena semua berbahasa Indonesia, dan dia hanya tahu bahasa Bali saja, kalo ibarat kata, sama seperti orang indonesia yang tahu sedikit-sedikit bahasa ingris menonton film berbahasa inggris. Begitulah kira kira perasaan yang dialami de ana.bahkan dia tidak tahu kalau seorang guru yang dibicarakan barusan adalah guru yang ada dihadapannya kini sedang memperkenalkan diri, 

Ya ampun...... ..

Bersambung.......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun