Mohon tunggu...
Erwin Mulialim
Erwin Mulialim Mohon Tunggu... wiraswasta -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Interests in Computer Technology, System Analyst & Networking

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kupas Tuntas Para “BANDIT GARONG ISTANA” vs. “SOSOK NAN KONTROVERSIAL” dari Seorang RJ LINO

7 Februari 2016   14:28 Diperbarui: 9 Februari 2016   06:06 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali membahas ke permasalahan/persoalan pada kasus alat bongkar muat (ABM) yang mangkrak tersebut, jadi pembelian ini ternyata adalah seperti sebuah permainan saja, yang mana Keuangan Negara diputar-putar ke sana - ke mari, dan ujung-ujungnya adalah dilarikan ke kantong-kantong dari kongsi bisnis tersebut di atas.

Sebab dengan adanya “bekingan” dari “Orang Kuat” (dengan inisial JK) ini pulalah, yang kemudian membuat RJ Lino seperti tak tersentuh, walaupun banyak sekali protes dan laporan tentang dia, sebagaimana seperti fakta di lapangan, di mana PT. Bukaka Utama adalah kongsi utama dari Kalla Group — bisnis keluarga Wakil Presiden Jusuf Kalla — , dan konon berkembang berbagai rumor-rumor tak sedap nan menarik yang di antaranya adalah bahwa: "Banyak proyek pelabuhan jatuh ke Kalla Group — bisnis keluarga Wakil Presiden Jusuf Kalla —"; dan rumor yang terakhir berkembang adalah bahwa: "Ditemukannya bahwa ternyata menantunya RJ Lino sendiri, yang adalah seorang pengusaha yang berkewarganegaraan Malaysia, yang bernama Moh Ezra Effendi, yang diketahui menikahi putri RJ Lino bernama Clarissa, terbukti adalah Pemilik 49% Saham pada perusahaan Bukaka Group".

Sebenarnya “relasi politik” RJ Lino menjadi terang-benderang dan terbuka adanya sejak pada waktu RJ Lino dengan sangat emosionalnya menelpon Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Sofyan Djalil. Pada saat itu juga Publik pun menjadi bertanya-tanya: Kok bisa-bisanya ya seorang RJ Lino yang jabatannya hanya sebagai seorang Direktur Utama (Dirut) pada salah satu Perusahaan Plat Merah (BUMN), berani-beraninya menelepon seorang mantan Menko dengan nada yang amat ketus dan raut wajah yang menahan amarah, dan tak akan mungkin hal ini bisa terjadi apabila RJ Lino tak punya hubungan yang intim/khusus dengan sang “Big Boss” dari si mantan Menko tersebut, yang kini adalah menjabat sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Dan Publik pun semuanya tahu dengan gamblang bahwa Sofyan Djalil walaupun tak berprestasi, tetap saja bisa menjadi seorang Menteri di dalam Kabinet Pemerintah, karena ia memang adalah “orang-orangnya” Jusuf Kalla……

 

 

 

BANTAHAN DARI PIHAK KELUARGA

[caption caption="Menantu RJ Lino, yang adalah seorang pengusaha yang berkewarganegaraan Malaysia, yang bernama “Moh Ezra Effendi”, berfoto bersama putri RJ Lino yang bernama “Clarissa”"]

[/caption]

PENULIS merasa bersyukur bahwa pada hari Jum'at malam, tanggal 05 Februari 2016, PENULIS berkesempatan bertemu dengan Paman Kandung (Adik dari Ayah) -nya Richard Joost Lino, yang biasa dipanggil dengan "Pak Lino" (karena rupa-rupanya "Lino" adalah merupakan nama Marga/Fam). "Pak Lino", begitulah Beliau biasa disapa, adalah seorang pria yang kini usianya sudah mulai senja (uzur) dan tak dapat dikatakan muda lagi meski perawakan tubuhnya masih segar-bugar yang disertai dengan rambut di kepala yang nampak lebat dan masih senantiasa dihitamkan dengan semir rambut, dan juga pembawaannya yang masih lincah serta sangat bersemangat dalam bertutur-kata dan berkisah. Dalam diskusi santai sambil bersantap malam bersama, menurut "Pak Lino" yang mengawali pembicaraan diskusi santai ini dengan berbasa-basi, bahwa ayah "Pak Lino" ini adalah berasal dari sebuah pulau di propinsi Nusa Tenggara Timur, yang bernama pulau Rote, mereka sekeluarga kemudian merantau ke pulau Alor dan juga lama menetap di pulau Flores (kedua pulau yang terakhir ini adalah juga berada di propinsi Nusa Tenggara Timur). Richard Joost Lino, yang adalah anak dari kakak kandungnya "Pak Lino" ini, ternyata adalah seorang yang amat cerdas sejak masih mengenyam pendidikan di bangku sekolah, sejak muda RJ Lino sudah terbiasa berprestasi di dalam riwayat akademiknya hingga ketika Perguruan Tinggi yang ditempuhnya di jurusan Teknik Sipil, ITB Bandung, dapat diselesaikannya dengan waktu yang cukup singkat, hanya Tiga Setengah tahun saja. Selanjutnya Richard Joost Lino pernah menempuh pendidikan Luar Negeri pula di negara Belanda, India, Jepang, dan bahkan di negara “Paman Sam”, Amerika Serikat.

Kemudian dituturkan pula oleh "Pak Lino" bahwa keponakkannya itu, Richard Joost Lino, sebelum menjabat sebagai Presiden Direktur (Presdir) atau Direktur Utama (Dirut) PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II  (Persero) Tbk., juga pernah bertugas menjabat sebagai Direktur Utama (Dirut) di sebuah perusahaan yang mengelola Pelabuhan Gui-Gang, di propinsi Guang-Xi, Republik Rakyat China (RRC) — yang dikelola oleh sebuah perusahaan milik jaringan Kalla Group (bisnis keluarga Wakil Presiden Jusuf Kalla) yang tergabung di dalam jaringan grup Aneka Kimia Raya (AKR) —, dan bahkan ditambahkan pula oleh "Pak Lino" bahwa keponakkannya itu tak akan pernah mau bertugas di PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II  (Persero) Tbk. apabila memang tidak diberikan tawaran posisi guna menjabat sebagai Direktur Utama (Dirut) pada Perusahaan Plat Merah (BUMN) itu sebagaimana yang disampaikan oleh RJ Lino kala ia masih berada dan bertugas di Pelabuhan Gui-Gang, di propinsi Guang-Xi, Republik Rakyat China (RRC) — pada perusahaan milik jaringan Kalla Group (bisnis keluarga Wakil Presiden Jusuf Kalla) yang tergabung di dalam jaringan grup Aneka Kimia Raya (AKR) selaku Direktur Utama (Dirut) -nya — kepada Pemerintah Republik Indonesia yang diwakilkan oleh Sofyan Djalil (yang pada saat itu posisinya adalah masih menjabat sebagai Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Indonesia). Permintaan dari seorang Richard Joost Lino ini bukannya tidak berdasar, alasan yang dikemukakan olehnya adalah karena dengan menjabat sebagai Direktur Utama (Dirut) PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II  (Persero) Tbk., Richard Joost Lino merasa lebih leluasa dan bebas merombak serta mengadakan “Revolusi Mental” secara TOTAL pada Perusahaan Plat Merah (BUMN), PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II  (Persero) Tbk., dan memang telah terbukti bahwa itulah yang menjadi VISI dan MISI dari seorang Richard Joost Lino selama berada pada posisi menjabat selaku Direktur Utama (Dirut) PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II  (Persero) Tbk.

Disampaikan pula kepada PENULIS bahwa Richard Joost Lino telah memangkas begitu banyaknya “Pungutan Liar” yang menjadi ceperan-ceperan dari anak buahnya, sehingga ia akhirnya menghadapi demo buruh dan berbagai tuntutan dari Serikat Pekerja PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II  (Persero) Tbk. yang dimotori oleh barisan anak buah - anak buahnya yang merasa sakit hati kepadanya sebagai akibat dimutasikannya mereka-mereka itu dari “Kursi Nyaman”-nya yang berada di “Ladang Basah” ke tempat yang “Kering-Kerontang” (yang tak bisa menghasilkan ceperan-ceperan apapun). Di lain pihak ternyata seorang Richard Joost Lino juga bisa berlaku ADIL adanya, dengan bukan hanya semata-mata memberikan PUNISHMENT kepada para anak buahnya, namun juga disertai dengan adanya REWARD dari Perusahaan kepada para anak buahnya, sehingga bagi mereka-mereka yang giat dan berprestasi, maka oleh RJ Lino lantas dikirim ke Luar Negeri, di beberapa universitas ternama di Eropa dan Asia, guna diberikan Pendidikan dengan Pengetahuan Khusus dengan Disiplin Ilmu yang spesifik yang mana berkaitan dengan bidang tugas dan pekerjaannya masing-masing yang sesuai dengan posisi mereka di PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II  (Persero) Tbk. pada saat itu. Dan Sejauh ini, PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II  (Persero) Tbk. setidaknya telah mengirimkan tak kurang sebanyak Enam Puluh Dua orang karyawan sejak tahun 2009 guna melanjutkan studi di sejumlah universitas di Eropa dan Asia, yang mana kesemuanya ini sudah dialokasikan dana sebesar hingga Ratusan Miliar Rupiah (di dalam catatan PENULIS adalah senilai US Dollar 50 Juta atau setara Rp. 470 Miliar).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun