Lalu siapa di atas Sofyan Djalil? Siapa Don Corleone-nya?
Semua orang pada tahu bahwa sang Maestro-nya adalah Jusuf Kalla, yang kini adalah sang Wakil Presiden Negara Republik Indonesia.
Apabila Kita melakukan kilas balik ke tahun 2009, saat RJ Lino diangkat menjadi Direktur Utama (Dirut) PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II (Persero) Tbk. Dari sinilah mulai terlihat permainan dan kedekatan RJ Lino dengan Sofyan Djalil (yang pada saat itu posisinya adalah masih menjabat sebagai Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Indonesia). Waktu itu banyak drama yang perlu kita ketahui. Jadi setelah berakhirnya jabatan jajaran Direksi dari Perusahaan Plat Merah (BUMN), PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II (Persero) Tbk., kemudian pihak Komisaris dari PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II (Persero) Tbk. merekomendasikan nama-nama dari para calon jajaran Direksi BUMN ini, sesuai dengan aturan yang sudah termaktub dalam ketetapan perundang-undangan yang berlaku, dengan maksud dilaksanakannya Fit and Proper Test oleh Kementrian BUMN, namun ternyata tak dinyana-nyana/disangka-sangka sebelumnya justru nama Richard Joost Lino-lah yang muncul, dan nama ini sama sekali tidak pernah diusulkan ke Kementrian BUMN oleh Dewan Pengawas dalam hal ini adalah pihak Komisaris dari PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II (Persero) Tbk.
Kenapa hal itu bisa terjadi dan kenapa justru yang lolos adalah nama RJ Lino yang tak dinyana-nyana/disangka-sangka sebelumnya dan tak pernah sama sekali direkomendasikan oleh Dewan Pengawas dalam hal ini adalah pihak Komisaris dari PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II (Persero) Tbk. ke Kementrian BUMN……??
Demikian Inilah Liku-Liku Kisah Cerita Seorang RJ Lino :
Sebulan sebelum pergantian jajaran Direksi PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II (Persero) Tbk., Sofyan Djalil (yang pada saat itu posisinya adalah masih menjabat sebagai Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Indonesia) sempat berkunjung ke propinsi Guang-Xi, Republik Rakyat China (RRC) guna meninjau lokasi Pelabuhan Gui-Gang, yang dikelola oleh sebuah perusahaan milik jaringan grup Aneka Kimia Raya (AKR), di mana kepemilikkan jaringan grup ini adalah kepunyaan Ahmad Kalla, adik dari Jusuf Kalla. Kunjungan Sofyan Djalil itu juga atas saran dari Ahmad Kalla, untuk melihat proyek yang dikerjakan oleh RJ Lino. Kebetulan ketika itu RJ Lino menjabat selaku Direktur Utama (Dirut) di sebuah perusahaan milik jaringan grup Aneka Kimia Raya (AKR) yang mengelola Pelabuhan Gui-Gang — sebuah pelabuhan yang tidak terkenal karena hanya Pelabuhan sungai — di propinsi Guang-Xi, Republik Rakyat China (RRC), dan pada momen kesempatan itulah, keduanya dipertemukan dan diperkenalkan, sehingga menjadi semakin akrab satu sama lain. Sofyan Djalil kemudian dibuat takluk oleh kepiawaian dari seorang RJ Lino dalam membangun Pelabuhan Gui-Gang, di propinsi Guang-Xi, Republik Rakyat China (RRC) tersebut, dan tentu saja ditambahkan dengan arahan-arahan dari Ahmad Kalla pada saat itu. Di sana pulalah pada akhirnya Sofyan Djalil mendapatkan desakkan guna segera saja mengangkat RJ Lino sebagai Direktur Utama (Dirut) PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II (Persero) Tbk. di Tanjung Priok.
Pada awal bulan Mei 2009, Sofyan Djalil (yang pada saat itu posisinya adalah masih menjabat sebagai Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Indonesia) kemudian mengajukan RJ Lino, lewat Jusuf Kalla guna menjadi Direktur Utama (Dirut) PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II (Persero) Tbk. yang mana pada saat itu posisi kedudukan Sofyan Djalil adalah masih menjabat sebagai Menteri BUMN, sementara Jusuf Kalla sendiri adalah sebagai Wakil Presiden dari Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Akhirnya, RJ Lino pun dilantik menjadi Direktur Utama (Dirut) PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II (Persero) Tbk., dengan menelikung semua nama-nama yang tadinya telah direkomendasikan oleh Dewan Pengawas dalam hal ini adalah pihak Komisaris dari PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II (Persero) Tbk. melalui permainan kong-kali-kong antara Sofyan Djalil dan Jusuf Kalla, maka jadilah RJ Lino sebagai pemegang tampuk kekuasaan dan menjadi orang nomor wahid di Perusahaan Plat Merah (BUMN), PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II (Persero) Tbk. ini.
Dari oleh sebab itulah, makanya tak heran, Wakil Presiden Jusuf Kalla begitu membela RJ Lino ketika terjadinya penggeledahan oleh Badan Reserse Kriminal Kepolisian Negara Republik Indonesia (Bareskrim Polri), dan bahkan sang Wakil Presiden pun seakan-akan secara halus dan implisit “sedikit mengancam” Polisi guna bertindak “lebih berhati-hati lagi”, dan seharusnya menjalankannya sesuai dengan apa yang “diperintah” oleh atasan “tertingginya” (Presiden) untuk mengurusi permasalahan/persoalan seputar RJ Lino dalam kaitannya dengan posisinya sebagai Direktur Utama (Dirut) PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II (Persero) Tbk., demikianlah seperti apa yang dilansir oleh Harian Kompas, pada edisi terbitan 30 Agustus 2015: Jusuf Kalla berkata, “Polisi harus menjalankan perintah Presiden dalam mengusut kasus RJ Lino dan tidak boleh keluar dari itu”.
Luar biasa seorang Richard Joost Lino ini……!!
Sampai-sampai seorang Wakil Presiden Republik Indonesia pun harus pasang badan untuk Beliau ini lho……??
Selanjutnya, ada selentingan yang marak beredar waktu itu bahwa pada akhir bulan Agustus 2015, RJ Lino berencana ke luar negeri. Di samping itu, RJ Lino ditengarai masih sibuk menelpon dan mengirim pesan singkat ke beberapa pejabat penting di Istana Negara — mungkin saja minta perlindungan — , dan santer beredar, salah satu yang dihubungi adalah Teten Masduki, bahkan SMS RJ Lino ke Teten pun, sudah beredar di dunia maya.
Beginilah Isi-nya: “Pagi Pak Teten. Saya kira Presiden sudah tahu penggeledahan di Kantor Pelindo 2 kemarin oleh Bareskrim, saya nggak pernah ditanya dan diperiksa, kita digeledah seperti terrorist, kalau issuenya kaitan dengan dwelling time, sama sekali tidak ada kaitan (orang yang ngerti Pelabuhan akan ketawa). Kalau kaitan dengan korupsi atau proses pengadaan alat, hal ini sudah diaudit oleh BPK tiga bulan yang lalu dan clear. Kalau begini caranya aparat dan saya nggak didukung oleh Presiden dan Wakil Presiden sangat sulit bagi saya untuk bekerja (Anak buah saya pasti ketakutan, Boss-nya saja dibegitukan oleh Polisi). Kalau nggak ada dukungan dan commitment yang jelas dari orang No 1 & 2 di negeri ini, saya akan segera menyampaikan surat pengunduran diri saya…… Thanks. Lino.”